Trending Topic
Membidik Bisnis Ramah Lingkungan untuk Konsumen Muda, UN Women Ingatkan Soal Greenwashing

5 Sep 2024

Kiri ke kanan: Petty S. Fatimah, CBO Akademi Femina, Jessica Halim, Co-Founder Demibumi, Dr. M. Setiawan Kusmulyono, Direktur Program Sarjana School of Business and Economics Universitas Prasetiya Mulya, dan Iriantoni Almuna, Programme Manager Women's Economic Empowerment, UN Women Indonesia. Foto: Dok. IWC 2024

Dalam beberapa tahun terakhir, tren bisnis ramah lingkungan semakin digandrungi terutama oleh konsumen muda. Tren ini melejit selaras dengan masyarakat yang semakin sadar akan pentingnya menjaga kelestarian bumi. Bisnis produk lingkungan kini menjadi salah satu sektor yang menarik untuk digeluti para pengusaha. Produk-produknya bukan hanya memberikan manfaat bagi konsumen, tetapi juga memberikan dampak positif bagi lingkungan.

Mulai dari diri sendiri

Contoh bisnis ramah lingkungan yang dikembangkan Jessica Halim, Co-Founder Demibumi, ide bisnisnya berawal dari pengalaman Jessica ketika mencoba mengurangi sampah. Jessica melakukan banyak riset mengenai apa saja yang harus dilakukan untuk menjaga bumi. Riset-riset tersebut kemudian dijadikan sebagai fondasi untuk mengedukasi banyak orang melalui produknya.

"Untuk buat bisnis ramah lingkungan itu kita harus mengalami sendiri, biar kita jadi tahu cara mengedukasi orang," ujar Jessica.

Tentu menjalankan dan mempertahankan bisnis produk ramah lingkungan selama 5,5 tahun bukan perkara mudah. Terlebih saat Jessica mulai mengubah produk sehari-harinya menjadi ramah lingkungan. Contohnya adalah saat ia memperkenalkan kepada keluarganya sampo batang di tengah sampo konvensional yang biasanya berbentuk cair, atau mencuci piring dengan lerak. Perubahan tersebut menuai banyak protes dari keluarga Jessica, entah dari wangi atau busa yang tidak sebanyak produk konvensional.

Namun, Jessica menyebut proses edukasi itu membutuhkan waktu. "Perjalanan 5,5 tahun di Demibumi ini sebetulnya karena kita terus belajar. Habis belajar satu hal, kita belajar yang lain, dan itu menyenangkan," ujarnya. 
 
Para pembicara Kelas Inspirasi berjudul Narasi Bisnis Ramah Lingkungan untuk Konsumen Muda berbagi tips membidik pasar anak muda untuk konsep bisnis ramah lingkungan. Foto: Dok. IWC 2024

Tidak terlalu perhatikan target pasar

Karena berangkat dari produk yang dibuat untuk diri sendiri, Jessica mengaku Demibumi tidak memiliki target pasar tertentu. "Karena kami kenal orang-orang sekitar kami, jadi kami kasih coba. Lama-lama kami jadi tahu, ‘Oh ternyata produk ini cocok di umur sekian’. Jadi saat kami bikin produk targetnya kami sendiri," cerita Jessica. 

Meski menjangkau semua kalangan, didukung oleh kemampuan Jessica yang bergelut di branding and marketing, Demibumi mulai menjadi tren di kalangan anak muda. Meski demikian Jessica tidak membatasi untuk siapa produknya bisa dibeli dan digunakan. Demibumi yakin dengan mempromosikan produk alami, pembeli akan lebih tertarik.

Dengan terus membuat suatu yang baru dan alami, Jessica yakin Demibumi akan menjadi pembeda bagi produk-produk konvensional lainnya. "Tantangannya adalah membuat yang belum ada dan alami, kami buat ada," ujar Jessica. 

Gen-Z lebih suka produk kaya experience

Saat memilih produk, Gen Z menginginkan pengalaman yang unik dan berbeda dari yang lain. Produk yang menawarkan pengalaman yang personal dan interaktif akan lebih menarik minat mereka. Fakta ini didukung oleh pendapat Dr. M. Setiawan Kusmulyono, Direktur Program Sarjana School of Business and Economics Universitas Prasetya Mulya, yang menyebut bahwa konsumen muda lebih menyukai experience atau pengalaman dari sebuah produk.

Misalnya, produk Tempe Kit dari Demibumi yang memberi kesempatan semua orang untuk membuat tempe sendiri di rumah. Pada paket tersebut, sudah lengkap termasuk dari kacang hingga ragi yang bisa membuat kurang-lebih 7 tempe. Bagi Gen Z atau siapa pun yang mencoba Tempe Kit ini, ia akan merasa senang karena membuat sesuatu dengan tangan sendiri dapat meningkatkan rasa percaya diri dan kepuasan pribadi.

Perhatikan nilai emosional dan sosial!

Selain menyukai pengalaman, agar produk bisa menjangkau konsumen muda lebih luas, produk tersebut harus tidak hanya memiliki nilai jual. "Gimana caranya sebuah produk tidak hanya memiliki nilai fungsional tapi juga bisa menaikkan nilai sosial. Buat pamer, buat narsis," ujar Setiawan. 

Setiawan memberikan contoh nilai sosial itu dari perbedaan tas ramah lingkungan menggunakan bungkus kopi bekas tanpa menghilangkan merek produknya, dengan tas ramah lingkungan yang sudah diolah dengan memperhatikan estetika, seperti model atau warna. Tentu konsumen akan memilih tas yang kedua. 

Namun, bisa jadi orang memilih tas yang pertama; karena, selain nilai sosial, konsumen bisa juga membeli sebuah barang dengan manfaat emosional. "Hal ini juga yang diperhatikan, manfaat sosial dan emosional. Misalnya, produk itu dibuat oleh ibu-ibu luar biasa atau orang dengan disabilitas," Setiawan menambahkan.

Hati-hati jangan sampai terlibat greenwashing!

Tunggu dulu! Sebelum memulai bisnis produk ramah lingkungan, jangan mudah terjebak dalam lingkaran greenwashing.

Apakah greenwashing itu? Ini adalah praktik pemasaran dengan menipu konsumen, misalnya, mengklaim bahwa produk atau layanan tersebut ramah lingkungan atau berkelanjutan padahal kenyataannya jauh dari itu.

Iriantoni Almuna, Programme Manager Women's Economic Empowerment UN Women Indonesia menyebutkan, pengawasan dan regulasi penting dilakukan untuk menghindari praktik greenwashing terjadi. Toni juga menjelaskan, ketika produk mengklaim dirinya ramah lingkungan dan terindikasi greenwashing, ke depannya akan berpengaruh pada penjualan serta performa bisnis jenama tersebut. Konsumen akan ragu apakah bahan yang digunakan benar-benar alami dan tidak mencemari alam.

Sangat menarik mencermati paparan para pembicara mengenai Narasi Bisnis Ramah Lingkungan untuk Konsumen Muda. Jika poin-poin diskusi ini dikombinasikan dengan baik, tentu akan membawa potensi besar bagi bisnis kita. Tertarik untuk mencoba? (f)

Baca juga:
Indonesia Womenpreneur Conference 2024 Dorong Pengusaha Perempuan Naik Kelas 
Park Shin-hye dan Park Hyung-sik Promosikan Dubai dalam Kampanye Global Terbaru
Intip Keseruan KEUKEUN 2024 Bertema Farm to Table
 

Ghina Athaya


Topic

#IWC2024, #BisnisRamahLingkungan