Foto: Shutterstock
Sejak pandemi COVID-19 melanda dunia dan pemerintah menerapkan kebijakan social distancing untuk mengurangi penyebaran virus pada 15 Maret 2020, Gereja Katolik pun menutup rumah-rumah ibadah bagi umatnya. Di lain sisi, Gereja-gereja membuka kanal Youtube untuk menyiarkan siaran langsung misa Ekaristi dan ibadat lain seperti ibadat sabda, doa rosario, pembinaan iman dan lain-lain.
Perjumpaan langsung yang melibatkan banyak orang adalah hal yang ditekankan dalam kehidupan rohani Gereja Katolik. Karena, sesuai Injil Matius 18:20, Yesus mengatakan, “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” Namun, kondisi pandemi memang membuat Gereja Katolik harus turut mendukung upaya pemerintah dalam menanggulangi virus ini.
Pastor Andreas Atawolo OFM, dosen teologi dogmatik STF Driyarkara, Jakarta dalam artikel di ofm-indonesia.org yang berjudul “Ekaristi Online Banyak Maknanya” menjelaskan bahwa umat harus menyadari bahwa ini adalah situasi yang khusus. Disebut khusus, karena selain terkait pandemi, juga tergantung faktor teknis yaitu ketersediaan jaringan dan sarana digital yang dimiliki.
Selain itu, misa online ini juga memunculkan solidaritas dalam komunitas gereja. “Mengingat, masih banyak umat di berbagai wilayah yang ‘bertahan dalam situasi khusus’ karena hanya bisa mendapatkan pelayanan misa ekaristi hanya beberapa kali setahun,” tulis Pastor Andreas.
Menurut Pastor Andreas, dalam mengikuti misa online perlu ditumbuhkan kesadaran bahwa umat harus ikut berpartisipasi, bukan sekadar menonton. Partisipasi yang dimaksud adalah, ketika perayaan Ekaristi disiarkan secara live, dan umat berpartisipasi di saat yang sama melalui media digital, maka frasa ‘disaat yang sama’ menegaskan bahwa orang yang mengikuti streaming saat itu adalah berpartisipasi secara spiritual dan batiniah dalam sebuah misa Ekaristi.
Frater Priyo Jatmiko, AOD (Ordo Agustinus Tak Berkasut) mengatakan, bahwa sesungguhnya tidak ada bedanya antara misa online dan offline. “Persiapan yang kita lakukan sama saja, karena misa adalah waktu kita untuk ikut perjamuan bersama Tuhan,” kata Frater Priyo yang dalam beberapa bulan kedepan akan ditahbiskan sebagai pastor.
Persiapan seperti menyalakan lilin atau meletakkan rangkaian bunga seperti layaknya dalam sebuah perjamuan sepanjang bisa membantu kita untuk memfokuskan hati kepada Tuhan, menurut Frater Priyo, boleh saja dilakukan, meski bukan menjadi keharusan. “Yang lebih penting adalah mematikan semua notifikasi di peralatan digital yang kita gunakan, untuk menghindari gangguan-gangguan eksternal,” sarannya.
Sebelum misa berlangsung, Frater Priyo menyarankan agar umat menyiapkan batin. Perlu adanya ‘waktu kosong’ sekitar 15-30 menit sebelum misa, yang bisa diisi dengan doa-doa pribadi atau doa rosario. Dan selama misa pun, ketika menggunakan aplikasi Google Meet atau Zoom sebaiknya suara di-mute agar tidak mengganggu jalannya ibadah.
“Namun, meski fitur speaker di-mute, kita tetap harus aktif. Ketika ada doa-doa yang harus diucapkan, ya ucapkan. Ketika waktunya menyanyi, ya menyanyi. Dengan demikian kita benar-benar akan masuk ke dalam perjamuan misa itu,” kata Frater Priyo.
Satu hal yang menjadi wacana ketika awal-awal misa online ini diterapkan adalah, bagaimana dengan keabsahan komuni batin? Komuni atau penerimaan hosti (roti bundar kecil) merupakan inti dari rangkaian upacara Ekaristi, yaitu saat umat menerima dan bersatu dengan Yesus yang disimbolkan lewat hosti yang dimakan. Selama misa online, maka komuni pun dikenal dengan nama komuni batin.
“Komuni batin tentu tidak sama dengan komuni biasa, namun untuk situasi saat ini, kita diajak untuk ‘bermain’ dengan pikiran dan imajinasi. Sambil mendoakan doa komuni batin, bayangkan dan hayatilah bahwa kita benar-benar seperti menerima dan menyantap hosti seperti yang biasa kita lakukan di gereja,” Frater Priyo menjelaskan.
Pastor Andreas menggarisbawahi, bahwa menerima tubuh Kristus dalam rupa hosti memang sulit dipenuhi dan manusia sebagai makhluk inderawi, maka ini bisa menjadi kekurangan besar. Namun, kekurangan ini tidak perlu menjadi alasan untuk meremehkan atau pesimistis akan makna Ekaristi secara live streaming.
Kekurangan ini justru menjadi kesempatan kita untuk mengundang Tuhan agar hadir dalam hati kita. Hosti merupakan simbol, yang maknanya bisa terbatas, namun kasih Tuhan tidak terbatas oleh simbol. “Kita makhluk terbatas yang seringkali menuntut tanda, namun kita dikasihi Tuhan tanpa batas ruang dan waktu,” tulis Pastor Andreas.
Tips Dari Frater Priyo:
- Luangkan waktu 30-15 menit sebelum misa sebagai persiapan batin untuk Tuhan dengan doa-doa pribadi atau doa rosario.
- Mematikan semua notifikasi sarana digital
- Mute fitur speaker saat mengikuti misa lewat aplikasi Google Meet atau Zoom.
- Tetap aktif dalam mengikuti rangkaian acara, tidak cuek dan diam saja.
- Untuk kolekte (donasi), bisa dilakukan setelah misa selesai untuk menjaga kekhusyukan sepanjang misa. (f)
Baca Juga:
5 Cara Merayakan Natal Tanpa Merusak Lingkungan
5 Dekorasi Natal Wajib Ada di Rumah dan Maknanya
Yuk Coba Riasan Bold di Hari Natal
Topic
#Natal