
Dok. Unsplash
2/ Tangga Karier yang Curam
Perkembangan karier wanita di dunia kerja modern ini, tentu sesuatu hal yang membanggakan. Mengingat kini, semakin banyak posisi CEO yang diisi oleh wanita. Pertumbuhan tertinggi yang pernah dicatat oleh Fortune 500 adalah 6.4 persen (32 CEO wanita di tahun 2017) dibandingkan 23 tahun lalu.
Kendati demikian, pencapaian tersebut tak serta merta membuat wanita bisa dengan bebas memecahkan ‘langit-langit kaca’ begitu saja.
Pasalnya, masih menurut penelitian yang sama, pertumbuhan wanita di jajaran CEO berbagai perusahaan di dunia justru mengalami penurunan di tahun 2018 lalu. Yaitu hanya sekitar 24 orang saja (sekitar 4.8 persen) yang menduduki posisi tertinggi dalam perusahaan.
Lebih buruknya lagi, hanya 2 CEO wanita yang tercatat dalam penelitian Fortune 500 ini yang berasal dari Asia. Yaitu, Indra Nooyi, CEO PepsiCo asal India dan Joey Wat, CEO Yum China Holding asal Tiongkok.
Dengan kata lain, representasi wanita dalam jajaran tertinggi di dunia kerja masih sangat minim.
Menurut Lily, memang wanita sudah punya akses yang lebih baik untuk mendapatkan pekerjaan. Namun, di dalam pekerjaan itu sendiri masih tak setara.
Ada ketimpangan, baik dari segi upah, kesempatan berkembang hingga kualitas bekerja itu sendiri.
“Nyatanya masih ada glass ceiling yang belum bisa diterobos oleh wanita. Baik itu karena kebijakan atau sistem yang diterapkan di banyak perusahaan yang masih diskriminatif terhadap pekerja wanita,” papar Lily.
Padahal menurut laporan McKinsey Global Institute 2018, turut berperan serta memajukan kesetaraan di lingkungan kerja di negara-negara Asia Pasifik dapat menambah pendapatan nasional tahunan sebesar 4.5 triliun dollar AS pada tahun 2025 dan peningkatan bisnis hingga 12 persen.
Dengan begini, seharusnya keterwakilan wanita dalam dunia kerja berperan penting dalam memberikan keuntungan yang besar bagi negara.
(lanjutkan ke halaman berikutnya)
Topic
#kesetaraangender