Sex & Relationship
Waspadai Ketika Cinta Bisa Dibeli!

13 Mar 2017


Foto: Fotosearch
 
Siapa, sih, yang nggak ingin mencintai dan dicintai? Dua perasaan ini bikin kita merasa eksis dan dibutuhkan. Nggak heran saat menemukan orang yang pas buat jadi pacar, kita pun berusaha mati-matian mempertahankannya. Saking takutnya kehilangan pasangan, nih, kita bahkan rela berkorban harta demi kelanggengan hubungan. Kita jadi nggak ragu mengeluarkan uang lebih banyak selain untuk acara kencan. Contohnya, membelikan bensin untuk mobil atau motornya, membayari kencan, hingga melunasi tagiha kartu kreditnya! Benar, sih, pada akhirnya dia makin terikat, tapi kita juga perlu waspada karena sebenarnya hal ini bisa jadi bom waktu bagi hubungan kita, tuh.
 
Sedikit banyak, usaha kita mempertahankan hubungan saat ini terkait pengalaman di masa lalu. Misalnya, kita nggak mau merasakan sakit hati dan kegagalan yang sama karena ditinggalkan pacar terdahulu. Perasaan ini menjadi patokan kita dalam membina hubungan selanjutnya.
 
“Seseorang jadi berpikir bahwa seharusnya dia bisa memberi lebih banyak. Maksudnya, biar hubungan tetap nyaman dan tidak lagi ditinggal oleh pacarnya,” kata M. Nisfianoor, M.Si, Psi..
 
Akhirnya, kita pun mengubah strategi. Bila dulu maunya dimanja, sekarang kita yang gantian memanjakan sang pria. Selain biar nggak ditinggalkan lagi, tujuan lain adalah untuk memenuhi kembali perasaan dibutuhkan.
 
Nisfianoor juga melihat adanya pengaruh keluarga yang cenderung cuek terhadap cara kita membina hubungan.
 
“Kalau dalam keluarga kita merasa nggak dihargai, ketika ada orang yang sepertinya menghargai dan membuat kita nyaman, maka kita merasa orang ini perlu dipertahankan,” jelas Nisfianoor.
 
Sayangnya, keinginan kita untuk mempertahankan hubungan ini kemudian dimanfaatkan oleh pacar. Meskipun awalnya, tuh, dia memang tulus menyayangi kita.
 
“Pria jadi pasrah menjalaninya karena nggak merasa rugi materi. Malah lebih enak, nggak perlu modal banyak. Jadi, pikirnya mumpung wanitanya mau membayari, ya, dimanfaatkan aja dulu,” ungkap Nisfianoor.
 
Masalah semakin rumit jika dia sebenarnya lebih dominan dari kita. Apalagi jika orang-orang di sekitarnya senang mengejek sikapnya yang ‘pasrah’ dibayari wanita. Harga dirinya bakal tertantang sehingga hal ini justru mengancam hubungan kita, tuh.
 
“Bila awalnya pacar mau menekan dominasinya, ada kemungkinan suatu saat dia berontak. Ketika si pria berontak, biasanya si wanita mengungkit-ungkit lagi jasanya. Alhasil, nih, hubungan makin rumit dan berantakan.”
 
Nisfianoor mengingatkan bahwa hidup kita nggak hanya terikat dengan pasangan aja. Masih ada keluarga, teman-teman, rekan kerja, dan masyarakat umum yang punya pandangan tersendiri terhadap suatu hubungan. Bila dianggap nggak biasa, seperti kasus kita yang ‘membeli’ cinta pria, mereka nggak segan buat protes keras.
 
“Mungkin kita berpikir bahwa orang lain nggak berhak ikut campur, tapi, kita juga mesti sadar terhadap risikonya. Misalnya, si pria suatu saat nggak lagi merasa nggak nyaman, sementara kita juga terus menerus ‘dibego-begoin’ orang terdekat.”
 
Cinta memang buta sehingga apa yang kita lakukan selalu mengatasnamakan rasa sayang--padahal sebenarnya kita ingin memiliki cinta. Sayangnya, sesuatu di luar diri kita, kan, nggak melulu bisa kita kontrol. Nggak heran, deh, pacar siap pergi jika kita nggak lagi mampu 'membeli' cintanya.
 
“Hubungan yang bersifat material biasanya nggak bertahan lama. Pada akhirnya, kita akan merasakan lagi sakit hati ditinggal pacar.”
 
Apa itu pilihan kita? (f)

​Baca juga:
9 Tanda Anda Diperbudak oleh Cinta
5 Alasan Tidak Perlu Jatuh Cinta kepada Pria Kaya
Hadapi Pria Matre

 


Topic

#masalahhubungan, #psikologi