
Foto: Dok. Pribadi
Bertanding di kelas AA, kini Simba ada di peringkat pertama di Amerika Serikat, dan peringkat 3 dunia. Dari angkasa, Naila membawa nama Indonesia mendunia.
Beruntung, femina bisa berbincang langsung dengan wanita yang memiliki jam terbang tinggi dalam arti yang sebenarnya. Saat kami bertemu, Naila baru sehari mendarat dari tugasnya di Spanyol. “Seharusnya besok saya terbang kembali ke Amerika untuk ngantor. Tapi, masih menunggu sampai kondisi aman dari ancaman badai,” ungkap wanita yang saat diwawancara femina menjabat sebagai manajer pemasaran salah satu perusahaan parasut di Florida, Amerika Serikat (AS).
Menjadi satu-satunya wanita penerjun di tim Simba (untuk terjun formasi), dan banyak melatih penerjun payung militer seperti Kopassus yang mayoritas pria, tidak lantas membuatnya abai terhadap penampilan. Sebaliknya, hari itu ia tampak anggun dalam balutan skinny jeans dan sepatu stiletto 10 cm bertumit runcing. Sapuan make up dalam warna alami makin menonjolkan sisi femininnya. “Saya senang dandan,” ujar wanita kelahiran Jakarta, 19 November 1981, ini.
Belakangan, nama wanita berdarah Minang- Sunda ini makin sering disebut sebagai pelatih terjun payung Korps Wanita Angkatan Darat (Kowad), Mabes TNI, dan Kopassus. Meski tidak pernah mengenyam pendidikan militer, di tiap acara resmi TNI Naila hadir mengenakan seragam lengkap Kowad dengan baret dan tanda sulaman tiga balok warna emas di atas bahunya.

Foto: Dok. Pribadi
“Saya diangkat sebagai anggota kehormatan TNI dengan pangkat kapten,” ungkapnya bangga, sambil menunjukkan beberapa fotonya mengenakan seragam dinas harian TNI bersama para petinggi angkatan darat. Hubungannya dengan para anak didiknya pun cukup akrab. Karena hobi memasak, ia sering mengundang para tentara ini untuk makan bersama di rumahnya.
Naila tidak hanya menggeluti posisi langka sebagai pelatih terjun payung militer dan sipil di Indonesia dan 47 negara lainnya, ia juga memiliki sederet prestasi internasional yang tak bisa dipandang sebelah mata. Ia adalah orang pertama di Asia Tenggara yang secara profesional menggeluti olahraga wingsuit.
Sebuah keahlian melayang di angkasa dalam kostum mirip kelelawar, yang mana ia setidaknya harus melakukan 200 kali terjun payung dalam 18 bulan. Bersama tim Simba, ia membawa nama Indonesia berada di peringkat 1 kelas AA untuk terjung payung formasi, dan peringkat 1 kelas AA (tingkat kelas pertandingan terjun payung, AAA adalah tingkat tertinggi) untuk terjun payung freefall.
Uniknya, dari kelima anggota tim Simba, hanya Naila penerjun berkewarganegaraan Indonesia. Namun, meski berbeda warga negara, keempat pria anggota Simba tetap terjun membawa nama Indonesia.
“Keistimewaan ini saya dapatkan karena perusahaan parasut tempat saya bekerja menjadi sponsor utama yang melengkapi seluruh peralatan terjun payung kami. Dan, karena saya mewakili perusahaan, saya berhak membawa bendera Indonesia di tiap turnamen,” ungkap Naila. Dari segi perlengkapan, olahraga terjun payung terbilang olahraga yang mahal. Apalagi jika seseorang menekuninya secara profesional.
Pada 19 Agustus 2017, Simba kembali memperoleh peringkat 1 kelas AA untuk terjun payung formasi di kejuaraan Florida Skydiving League. Kali ini, Naila terjun bersama Trevor Cedar (posisi tengah dalam), Robert Chromy (posisi tengah luar), Ryan Jenkins (bagian dokumentasi video), Jimmy Xu (di posisi ekor), dan Naila di posisi point. Di posisi ini, Naila memimpin formasi di bagian depan, menghadap ke arah luar rangkaian.
“Lima hari sebelum kompetisi biasanya kami mulai latihan intensif. Setidaknya melakukan 6 kali latihan terjun payung, dan malamnya lanjut dengan latihan melayang dengan formasi di wind tunnel selama 30 menit hingga 1 jam,” jelas Naila, yang saat wawancara sedang bersiap untuk mengikuti kompetisi terjun payung internasional di Inggris.
Selanjutnya: Terjun Payung, Bukan Olah Raga Asal Nekat
Topic
#wanitahebat, #profil