Fiction
Novelet : Esperansa (1)

21 Jul 2018



Dahulu, tiap pagi, setelah menyiapkan sarapan dan makan siang, Mama akan pergi ke pasar. Di sana ada kios kecil tempat wanita itu menjahit. Dari menerima bahan untuk dijadikan baju, atau sekadar memotong dan mengecilkan pakaian, hingga jahitan-jahitan kecil, seperti pemasangan identitas sekolah ataupun celana sobek. Aku menyukai tempat itu.

Potongan ingatanku menyimpan keakraban penuh. Bahkan, hingga aku dewasa, tiap kali memasuki pasar,
seakan bisa mencium aroma kebersamaan dengan Mama. Dulu, biasanya, dengan bekal makan dan minum
yang cukup, Mama selalu mengajakku ke tempat kerja. Menyisakan ruang di antara kain-kain untuk tempat aku tidur, jika lelah dan mengantuk. Bahkan, sepulang sekolah aku memilih menyusul Mama ke pasar.

“Begini caranya.” Mama pernah mengajariku bagaimana membuat tali rambut dari kain sisa. Bentuk sederhana yang kukuasai adalah menjahit kain kecil panjang, kemudian dibalik setelah semua terjahit, sehingga bekas jahitannya berada di dalam, lalu dimasukkan karet ke dalamnya. Sederhana. Tidak perlu mesin. Tapi selalu membuat teman-teman memujaku. 

Advertisement
Ada juga bentuk yang lebih rumit. Kain-kain kecil dijahit sendiri-sendiri hingga banyak, setelah itu dironce dengan karet. “Asal kau lebih sabar, hasilnya akan cantik.”

Setelah referendum, yang tersisa hanya satu pita kecil yang mengikat rambutku. Itu pun hilang saat pelajaran olahraga. Tali rambut yang kini kupakai kubeli di toko suvernir milik temanku.

Pukul 5 pagi, aku sudah berada di dalam bus, menempuh perjalanan panjang dari Pontianak menuju Sambas. Saat memasuki terminal matahari telah di atas kepala.

“Benar-benar harus menginap lagi di sini,” kata Abilio, setelah bertanya kepada sopir bus. “Memang, ‘kan.” Aku tidak kaget. Informasi yang aku baca masih butuh waktu sekitar 5 jam untuk sampai di Aruk. Tentu saja, kalau memaksakan perjalanan, kami akan kemalaman sampai di perbatasan. Lagi pula, kami
masih harus menempuh perjalanan lagi menuju lokasi transmigrasi itu.

Aku dan Abilio menghabiskan sisa hari dengan jalan-jalan dan mencari makan. Kami ke hotel menjelang malam. Dan pagi harinya, kami melanjutkan perjalanan dengan angkutan umum.
 


Topic

#fiksi, #novelet, #cerber

 



polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?