True Story
Kisah Perjuangan Rofifah Juniandar, Didiagnosa Kanker Tulang Sejak Kelas 5 SD

8 Oct 2019


Foto: Shinta Meliza

Kala masih duduk di bangku kelas 5 sekolah dasar atau tepat pada awal tahun 2009 lalu, Rofifah Juniandar (22) didiagnosa menderita kanker tulang pada kaki sebelah kanannya. ”Saya sudah mulai merasakan gejalanya sejak tahun 2008. Setiap kali mau tidur, kaki saya, tepat di paha terasa pegal terus, seperti habis lari jauh,” katanya.
 
Wanita yang akrab dipanggil Ofi ini mengatakan bahwa, seperti halnya dia, kedua orangtuanya pun mengira hanya rasa pegal karena capek biasa. Sebab Ofi cukup aktif di berbagai kegiatan seperti kegiatan 17-an di kampung halamannya, Panggarangan, Lebak, Banten.
 
Untuk mengatasinya, kadang ibunya, Uka Supriatin memijat seadanya. Ofi juga pernah dibawa beberapa kepada tukang pijat untuk diurut, namun, rasa sakit tetap tidak kunjung hilang.
 
Ofi pun dibawa ke puskemas terdekat, lalu kemudian dirujuk ke RSUD Lebak, Banten. Dari hasil rontgen, dokter mengatakan bahwa terdapat tumor pada kakinya, tapi belum diketahui tingkat keganasannya.
 
Demi mendapat kepastian tentang penyakit yang diderita, maka Ofi pun dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Setelah melewati beberapa tahap pemeriksaan termasuk pengambilan cairan dari tulang, ternyata Ofi mengidap kanker ganas yang menyerang tulang kaki.
 
“Walau tidak terlalu paham, tapi aku curiga kalau ini bukan penyakit biasa karena kata dokter saya harus dioperasi,” tuturnya.
 
Setelah didiagnosis kanker, Ofi pun dibawa pindah ke Jakarta untuk mendapat pengobatan intensif. Ia harus menjalani kemoterapi. Hari demi hari yang dilalui Ofi terasa berat. “Waktu tuh, terasa berjalan begitu lama,” tuturnya.
 
Beruntung, berkat informasi dari sesama keluarga penderita kanker, dan juga dokter yang menangani, sekitar dua tahun Ofi tinggal di rumah singgah milik Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI), Jakarta, selama menjalani kemoterapi sebelum akhirnya kakinya diamputasi.
 
Ofi yang sudah menjalani beberapa kali kemoterapi merasa sangat lelah merasakan dampak obat kemoterapi. Ia pun mulai mempertimbangkan kepada orang tuanya, agar kakinya diamputasi saja seperti yang disarankan dokter.
 
”Saking tidak kuat karena obatnya yang keras, darah keluar dari hidung, kuping, kadang BAB bercampur darah. Tentunya semua rambut saya rontok. Ketika mulai tumbuh, akan rontok lagi setelah kemoterapi selanjutnya,” kata Ofi sedih.
 
Saat menjalani kemoterapi, dokter memang sudah menyarankan agar kakinya diamputasi saja. Karena sel-sel kanker sudah mulai menyebar di tulang kakinya. Bahkan kata dokter, berisiko menyebar ke paru-paru atau otak.
 
”Saya pikir kalau tidak diamputasi akan bolak-balik berobat terus. Saya ingin kembali sekolah formal seperti biasa. Sebab saat itu saya kelas 1 SMP, mengambil cuti untuk menjalani pengobatan,” katanya. Di rumah singgah, Ofi memang tetap bisa belajar. Bahkan ia menjalani ujian nasional SD di rumah singgah. Tapi, tentu suasana dan rasanya sangat beda dengan sekolah umum yang formal.
 
Setelah diamputasi pada tahun 2011, ia belum sebelumnya pulih, masih ada beberapa tahap pengobatan yang harus ia jalani. Namun, kondisi kesehatan wanita kelahiran 15 Juni 1997 ini berangsur membaik. Hari demi hari dilaluinya tanpa lagi menjalani kemoterapi. Setelah lima tahun amputasi, ia dinyatakan telah bebas dari dari rangkaian pengobatan kanker yang menguras tenaga dan emosinya.
 
Di tahun 2012, ia pun kembali melanjutkan sekolah di SMP Panggarangan, Lebak, Banten. Sekolah hingga lulusan di SMA Negeri 1 Panggarangan, Lebak, Banten, ia jalani dengan baik bersama teman-temannya.
 
“Saya bersyukur teman, baik di lingkungan rumah maupun di sekolah menerima saya apa adanya dalam kondisi fisik seperti ini. Secara kognitif, penyakit yang saya derita tidak membawa dampak buruk ke otak saya,” tutur Ofi senang.
 
Ofi mengungkapkan, walau sudah dinyatakan bebas dari sel kanker, tapi rasa takut masih menghantui dirinya. Ia takut kalau penyakit yang sama akan ia rasakan lagi. Maka dari itu, Ofi masih tetap melakukan pemeriksaan kesehatan menyeluruh, setidaknya sekali dalam setahun. (f)

Baca Juga:
Angelina Jolie dan Cinta Laura Menyapa Anak-anak Penderita Kanker
Greta Thunberg, Aktivis Lingkungan Termuda yang Gerakkan Jutaan Orang di Dunia


 


Topic

#profil, #kanker, #kankertulang, #kisahsejati, #survivorkanker