True Story
Kekuatan Cinta Irfan Bachdim & Jennifer Kurniawan

17 Sep 2016


 
MEMPERJUANGKAN RESTU
Saat menjalin asmara dengan Jennifer, Irfan sedang berada di puncak popularitas. Ia diidolakan banyak orang, termasuk para wanita. Kedekatannya dengan beberapa fans wanita pun sempat menyisakan beragam rumor. Namun, hal itu tak mampu menggoyahkan hati dan cintanya kepada Jennifer.

Setelah 1,5 tahun menjalin asmara, Irfan memberanikan diri melamar kekasihnya. Saat itu ia baru saja menyelesaikan serangkaian pertandingan di kejuaraan AFF 2010,  sementara Jennifer berada di Bali untuk berlibur bersama keluarganya. Tak mau buang waktu, ia langsung terbang menyusul ke Bali untuk meminang Jennifer menjadi istrinya. “Saya kaget, tapi juga bahagia,” ungkap Jennifer, yang langsung mengiyakan lamaran.

Sayangnya, rencana bahagia mereka sempat terkendala perbedaan keyakinan. Jennifer yang berdarah Tionghoa dibesarkan di lingkungan Kristen, sedangkan Irfan yang berdarah Jawa memiliki latar belakang keluarga muslim. Hal itu pulalah yang sempat membuat keluarga Irfan di Malang, Jawa Timur, menentang keras rencana pernikahan tersebut. Maklum, selain karena perbedaan agama dan budaya, karier Irfan sebagai pesepak bola saat itu sedang bagus-bagusnya. Dari segi usia, saat itu Irfan juga masih terbilang muda, yaitu 23 tahun.

“Menikah di usia muda memang tidak ada dalam bayangan saya dulu. Namun, dengan Jennifer, saya langsung klik dan ingin menghabiskan hidup bersama dia. Maka, kami memutuskan menikah saja, walau masih sama-sama muda,” tegas Irfan, yang bisa bermain di 3 posisi sebagai penyerang, gelandang, dan pemain sayap.

Di tengah tentangan keluarga Irfan, pada 8 Juli 2011, Irfan dan Jennifer meresmikan jalinan cintanya dalam sebuah upacara privat yang digelar di Stuttgart, Jerman. Jennifer tampak sangat cantik mengenakan gaun pengantin rancangan MeiMei Bridal, Indonesia. Hanya ada keluarga, kerabat, dan sahabat dekat dari pihak Jennifer yang hadir menyaksikan hari bahagia mereka. Tak terlihat satu pun keluarga Irfan yang datang, termasuk kedua orang tuanya.

“Sebagai orang tua, kami telah membimbing Irfan sampai usianya mencapai 18 tahun. Lepas dari usia itu, Irfan sendiri yang harus bertanggung jawab,” ujar ayah Irfan, Noval Bachdim, dalam sebuah wawancara di radio Nederland,  tahun 2011.

Irfan berusaha membuktikan bahwa pilihan hidupnya tidak merintangi kemajuan kariernya di dunia persepakbolaan nasional. Apalagi di awal pernikahan, keduanya terpaksa harus tinggal berjauhan, Irfan yang saat itu masih memperkuat timnas disibukkan dengan agenda pertandingan di luar kota dan di kawasan Asia Tenggara. Jennifer yang saat itu tengah mengandung Kiyomi harus membiasakan untuk hidup mandiri, sesekali di Malang, tempat asal klub sepak bola Irfan, dan sesekali di Stuttgart.

Menggantungkan hidup sebagai pesepak bola bukan hal yang mudah. Terutama ketika dunia persepakbolaan di Indonesia mengalami keterpurukan. Saat kariernya di Persema berada di persimpangan, Irfan harus mencari cara untuk tetap bisa bertahan di dunia yang amat ia cintai itu. Beruntung ia memiliki istri yang suportif. Selama itu Jennifer tak lepas memberi sokongan semangat kepada Irfan yang mencoba peruntungan dengan bergabung bersama beberapa klub sepak bola di kawasan Asia Tenggara.
 


Topic

#kisahcinta