BERDAMAI DENGAN MENULIS
Rasa bersalah dan stres sering kali membuat dada sesak dan kepala mau meledak. Sulit bagi saya untuk bisa berdamai dengan diri sendiri. Saking sudah sesaknya, saya tumpahkan saja semua isi hati saya ke dalam laman blog pribadi di gracemelia.com dan buku Letters to Aubrey.
Dalam berlembar-lembar halaman digital dan buku tersebut saya menuliskan semua pengalaman saya dalam bergulat dengan rubella. Mulai dari ketidaktahuan saya, sampai pada seluruh pengetahuan yang saya miliki dari hasil riset maupun diskusi dengan banyak ahli medis.
Dorongan membuat komunitas Rumah Ramah Rubella (RRR) muncul di tengah perenungan saya. Kalau saya, yang berpendidikan dan tinggal di kota besar saja sangat sedikit mengetahu info tentang TORCH, bagaimana dengan wanita-wanita lain di kota-kota yang jauh dari pusat informasi kesehatan? Melalui komunitas ini, saya ingin mewadahi para orang tua yang punya pengalaman melawan rubella seperti saya.
Komunitas RRR ini menjadi medium saya untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap TORCH. Lewat komunitas ini saya ingin mengingatkan pentingnya melakukan screening TORCH dan vaksinasi MMR sebelum menikah. Kehamilan harus direncanakan, begitu juga pemeriksaan kesehatan menyeluruh pada bayi baru lahir yang berisiko (ibu memiliki riwayat TORCH selama kehamilan).
Saya tidak sendiri. Komunitas ini membuka kenyataan betapa banyak orang tua di luar sana yang sama bingungnya dengan saya. Selain kebersamaan, saya bersama teman-teman di komunitas juga rajin membuat seminar, dan menyebarkan pamflet informasi seputar TORCH. Kami juga giat menggalang dana, dengan berjualan kaus dan merchandise kampanye kesadaran terhadap ancaman TORC. Dana ini kami gunakan untuk membeli alat-alat bantu terapi.
Namun, niat baik saya tak selamanya mendapat sambutan positif. Tak sedikit yang bilang saya mencari ketenaran dengan beberapa kali tampil di media. Padahal, dengan tampil di media, saya berharap suara saya bisa menjangkau lebih luas dan menyentuh lebih banyak orang. Usia saya yang masih muda juga sering menjadi alasan beberapa orang untuk meragukan kemampuan saya.
Semua itu tidak menggoyahkan niat saya. Saya senang bisa membantu orang. Bayaran paling tinggi yang saya dapat adalah saat seorang ibu datang memeluk saya dan mengatakan bahwa ia merasa punya teman seperjuangan dan tertolong dengan berbagai informasi dari komunitas RRR. Itu saja cukup buat saya dan teman-teman di RRR. (f)
Simak kisah lengkap perjalanan sosial Grace Melia lewat blog pribadinya di www.gracemelia.com dan www.letters-to-aubrey-with-rubella.blogspot.com.