Trending Topic
Mengapa Seseorang Lebih Suka Komplain Lewat Media Sosial? Ini Kata Dua Sahabat Femina

28 Dec 2017



Foto: Dok. Pribadi

Vonny, 24, Wiraswasta, Padang
Lebih Bagus Komplain Via Media Sosial


Tahun lalu saya pernah memesan ayam goreng di restoran cepat saji. Ayam goreng yang saya terima, daging bagian dalamnya yang melekat ke tulang, berwarna hitam. Saya spontan komplain kepada karyawannya, tetapi langsung dijawab, “Ayam … (nama brand) memang begitu.”

Saya awalnya kesal dengan daging ayam yang hitam, tapi saya lebih kesal dengan respons karyawannya. Saya akhirnya memilih komplain via media sosial, yakni Twitter. Saya ketik kronologisnya lengkap.
Ternyata, tweet saya langsung direspons. Melalui direct message, saya dimintai nomor telepon oleh admin Twitter restoran cepat saji itu. Kemudian saya ditelepon dua kali, pertama dari pusat (Jakarta) dan kedua dari kantor lokal Padang.

Saya diminta menjelaskan ulang kronologis kejadiannya. Setelah itu, mereka meminta maaf dan saya dijanjikan, kalau datang lagi langsung menghubungi manager in store untuk mendapat ayam gratis. Tawaran itu tidak saya ambil karena niat saya komplain, bukan untuk mendapat ayam gratis. Saya ingin restoran cepat saji itu tahu ada kejadian seperti ini.

Kalau tidak salah karyawan bersangkutan juga dipecat, sebab pusat komplain saya juga tidak lagi pada daging ayam yang hitam, tetapi respons karyawan yang tidak menyenangkan.

Saya awalnya komplain karena saya suka makan ayamnya, tetapi saat itu mengecewakan. Eh, malah dijawab dengan nada tidak enak. Jadilah jempol saya bergerak untuk komplain via media sosial karena merasa komplain di tempat tidak berguna. (f)

Baca juga:
Belajar dari 6 Kasus Komplain Tokoh dan Selebritas yang Viral di Media Sosial, Dari Sophia Latjuba, Mahfud MD Hingga Agnez Mo


Topic

#cerdasbermediasosial, #literasidigital, #digitallife, #gadget