Dok. Art Jakarta 2022
Setelah sempat vakum selama 2 tahun karena pandemi COVID19, gelaran seni terbesar di Jakarta, Art Jakarta hadir kembali membawa nafas seni yang lebih segar. Berlangsung pada 26 - 29 Agustus 2022, Art Jakarta 2022 menghadirkan 500 seniman dari 10 negara Asia serta memamerkan tidak kurang dari 1.600 karya.
Yang menarik, sederet nama seniman perempuan tampak meramaikan ajang pameran Art Jakarta 2022. Misalnya saja Nadiah Bamadhaj, seniman kontemporer berdarah New Zealand yang menetap di Yogyakarta. Lewat seri karya instalasi lukisan ‘Mengamankan Ekspektasi’, Nadiah menampilkan visual sosok kuyang, wewe gombel dan sundel bolong yang sedang mengamankan patung tugu tani. Dalam budaya populer sendiri, hantu perempuan kerap digambarkan sebagai simbol kekuatan di tengah kuasa budaya patriarki.
Kembalinya Art Jakarta yang menjadi penanda bangkitnya kembali ekosistem seni lokal menimbulkan pertanyaan, “Apakah setelah melalui banyak hal industri ini telah banyak berubah ke arah yang lebih baik untuk para pegiat seni perempuan?”.
Sinta Tantra, seniman independen perempuan yang turut berpartisipasi dalam Art Jakarta 2022 memiliki perspektif yang unik terhadap kondisi ini. Sinta yang hilir-mudik berkarier di Inggris dan Indonesia–menyadari skena seni tanah air menawarkan hal-hal yang memukau. Gairahnya selalu memberikan kesempatan untuk para pegiat seni terus berdaya cipta di tengah pusaran bisnis yang menjadi fokus banyak orang. Meski ia akui, di mana pun ia berada, jalan yang dilalui seniman perempuan tidak lah mudah, “Wherever you are in the world, It would be always be difficult to be a female artist."
Sinta kerap mengangkat isu patriarki dalam karyanya yang bernuansa feminim. Femininitas yang diekspresikan melalui warna-warna lembut memberikan impresi yang kuat namun penuh makna. Di setiap belahan dunia, patriarki selalu ada dan bisa sangat lekat dengan budaya hingga kita sulit membedakan apakah suatu hal dianggap sebagai bentuk patriarki atau pada dasarnya merupakan produk dari tradisi. Oleh karenanya, ketika membahas persoalan ini, fokusnya adalah memberikan ruang bagi perempuan untuk bersuara dan membuat pilihan mereka sendiri tanpa harus merasa dihukum.
Menurutnya, akses pada pendidikan serta fasilitas kesehatan, dan lingkungan yang memberi perempuan pilihan akan sangat berdampak pada kesejahteraan seniman perempuan. “The more forefront female leaders we have in Indonesia, the more we can inspire the next generation to build on that,” tambah Sinta.
Bicara tentang peluang perempuan di industri seni, salah satu seniman perempuan yang karyanya tampil di segmen Art Jakarta Play, Meliantha Muliawan, mengungkapkan bahwa industri seni di Indonesia saat ini sudah cukup mendukung bagi para perempuan yang ingin berkarier di bidang ini. “Saya melihatnya sekarang udah lebih adil dan bisa dibilang faktor-faktor yang menghambat kayak misalnya, dulu kan belum ada maternity leave, sekarang kan udah ada,” kata Meliantha yang merupakan pemenang UOB Painting of The Year 2021.
Lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB, yang juga pernah menjajal posisi sebagai art manager ini juga melihat kesempatan luas yang terbuka untuk siapa saja terjun ke dunia seni, tidak terbatas gender ataupun background. “Jangan terlalu memikirkan hambatan, tapi lebih berfokus apakah hal ini yang ingin dieksplor lebih lanjut, hal yang bikin kita penasaran. Jadi, kayak lebih nikmatin proses. Kalau bisa, kalau menyukai sesuatu, dilakukan secara konstan. Jadi kalau pun ada fail-nya, tetap dilanjutin,” ungkap Meliantha. (f)
Baca Juga:
Semarak Art Jakarta 2022 Tanda Pulihnya Ekosistem Seni Indonesia
Selebrasi Teater Musikal Ala Indonesia di Festival Musikal Indonesia 2022
Pertama Kali di Indonesia! Festival Musikal Indonesia Siap Digelar pada 20-21 Agustus 2022
Syifa Mutiara Putri
Topic
#artjakarta2022, #seniman, #karyaseni