Trending Topic
Bijak Memilih Sumber Makanan untuk Menjaga Keanekaragaman Hayati

27 May 2019


Foto: Desman Mendrofa

Kebutuhan produksi pangan yang terus meningkat membuat sektor pertanian menjadi salah satu penyebab signifikan terjadinya degradasi lingkungan dan kepunahan keanekaragaman hayati di tingkat global, termasuk Indonesia.

Atas dasar itu, lima lembaga yaitu Hivos, WWF-Indonesia, NTFP-EP, ASPPUK dan AMAN yang tergabung dalam konsorsium proyek ‘Local Harvest: Promoting sustainable and equitable consumption and local food system in Indonesia’ meluncurkan kampanye 'Pangan Bijak Nusantara' di Jakarta pada 22 Mei 2019 lalu bertepatan dengan peringatan Hari Keanekaragaman Hayati Internasional.

Kampanye publik multi-tahunan ini diharapkan mampu mendorong perubahan gaya konsumsi pangan yang signifikan ke arah konsumsi produk pangan yang berasal dari sumber yang etis dan berkelanjutan, melalui peningkatan pengetahuan dan kesadaran konsumen mengenai dampak dari pilihan makanan.

Aditya Bayunanda, Direktur Kebijakan dan Advokasi WWF-Indonesia mengatakan bahwa ada beragam cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi tekanan produksi dan konsumsi pangan terhadap lingkungan, dan memitigasi polusi air, tanah, dan udara.

“Masyarakat harus mempertahankan dan memperkuat karakter-karakter budidaya pangan tradisional dan lokal sebagai sebuah praktik konservasi dan gaya konsumsi dan produksi yang lebih sehat dan berkelanjutan,” kata Aditya dalam acara peluncuran kampanye “Pangan Bijak Nusantara” di Jakarta, 22 Mei 2019 lalu.

Istilah ‘Pangan Bijak’ sendiri dipilih untuk mewakili sejumlah prinsip dalam produksi dan konsumsi pangan yang lokal (setempat), adil (harga yang adil untuk produsen dan konsumen), sehat (organik, alami) dan lestari (menjaga lingkungan, melestarikan keanekaragaman sumber pangan).

Biranchi Upadhyaya, Direktur Regional Hivos Asia Tenggara dalam kesempatan yang sama mengatakan bahwa produk pangan lokal, adil, sehat, dan lestari sangat penting untuk memastikan keberlanjutan kehidupan masyarakat yang sejahtera, sehat, dan selaras dengan lingkungan.

“Kampanye ini akan mendukung berbagai upaya lainnya yang dilakukan konsorsium melalui advokasi kebijakan dan mendorong praktik produksi pangan lokal yang menghargai aspek-aspek kesehatan, keadilan ekonomi, dan lestari lingkungan,” katanya.

Kampanye Pangan Bijak Nusantara ini mengangkat beragam produk utama, seperti beras Adan Kraya dari dataran tinggi Krayan, Kalimantan Utara; garam krosok dari Rembang, Jawa Tengah; minyak kelapa murni dari Nias, Sumatera Utara; gula semut asal Kolaka, Sulawesi Tenggara; madu hutan Danau Sentarum, Kalimantan Barat; kopi Toraja Sulawesi Selatan, dan sagu Sungai Tohor, Riau.

Produk-produk tersebut merupakan contoh yang dihasilkan dari sistem pertanian tradisional yang dikembangkan dan dikelola masyarakat adat dan lokal. Melalui praktik pertanian tersebut, masyarakat di masing-masing daerah telah membuktikan mampu menjalankan sistem produksi pangan efisien, berkelanjutan adil untuk kaum petani dan berintegrasi baik dengan ekosistem sekitarnya, dan menjaga keanekaragaman hayati sumber pangan. (f)

Baca Juga:
Nasi Uduk Bunga Telang dengan Ayam Kecap Jadi Juara di Lomba Masak Mertua
Agar Mudik Lebaran Selamat, Pastikan Posisi Menyetir dan Sabuk Keamanan Yang Tepat





 


Topic

#pangan, #panganlokal