
Foto: Pixabay
Hampir semua ahli sepakat bahwa segala jenis anxiety disorder (gangguan kecemasan, termasuk OCD) berkaitan dengan kegagalan attachment (ikatan emosional yang kuat antara bayi dan pengasuhnya, baik orang tua maupun pengasuh sebenarnya). Attachment ini sangat dibutuhkan bayi di masa-masa awal kehidupannya di dunia. Bila memiliki dasar attachment yang kuat, bayi akan merasa percaya diri karena merasa ada individu yang selalu siap melindunginya.
Dalam kehidupan sehari-hari, memang banyak perilaku yang seolah-olah tampak seperti menderita OCD. Misalnya, ada orang yang merasa tidak cukup satu kali memeriksa apakah pintu dan jendela sudah terkunci sebelum meninggalkan rumah. Atau, ada yang berkali-kali merapikan rambutnya karena tak ingin tampak berantakan di depan orang lain.
Namun, sampai batas-batas tertentu (seperti yang disebutkan di atas), kondisi tersebut sebenarnya lebih tepat disebut perilaku perfeksionisme (penuntut kesempurnaan). Perlu diketahui, kecenderungan perfeksionis berbeda dengan perilaku OCD, meski sama-sama mengandung unsur kompulsif.
Seseorang baru bisa disebut OCD bila –antara lain—memiliki beberapa kecenderungan. Antara lain, obsesinya itu disebabkan oleh kecemasan yang sulit diterima akal sehat. Selain itu, juga terdapat pikiran, dorongan (impuls), dan bayangan yang tidak berkaitan dengan masalah nyata Bagi penderita OCD, semua itu berusaha ditekan atau dihilangkan dengan pikiran atau perilaku lain yang bersifat kompulsif. Misalnya, bila ia tidak mencuci tangan setiap lima menit sekali, maka di kepalanya muncul pikiran ia akan terkena kuman dan meninggal.
1/ Tipe checkers, yaitu orang yang terobsesi untuk selalu memeriksa (check-recheck). Misalnya, pintu atau jendela sudah terkunci atau setiap peralatan elektronik sudah dalam posisi off. Penyebabnya adalah kecemasan yang irasional. Misalnya, bila lupa mengecek berulang kali, dia merasa bahaya mengintai setiap saat dan bisa mencelakai diri dan sekelilingnya. Bila hal itu terjadi, dia akan menganggap dialah orang pertama yang patut disalahkan.
2/ Washers and cleaners, yakni orang yang memiliki ketakutan irasional akan terkontaminasi kuman, sehingga secara kompulsif akan berusaha menghindarkan diri dari kontaminasi tersebut, misalnya dengan selalu mencuci (baju, tangan, tubuh). Namun, meski sudah berkali-kali mencuci, ia tak kunjung merasa aman. Pada beberapa kasus, tipe ini dapat terjadi akibat trauma diperkosa (atau diperlakukan secara tidak senonoh secara seksual), sehingga dirinya merasa terus kotor.
3/ Orderers, yakni orang yang fokusnya mengatur segala sesuatu agar ‘tepat’ pada tempatnya. Mereka akan jadi sangat tertekan bila benda-benda itu dipindahkan, dipegang, atau ditata oleh orang lain.
4/ Obsessionals, yakni orang yang memiliki pemikiran obsesif dan intrusif, bahkan terkadang menakutkan, bahwa dirinya bakal mengakibatkan kemalangan atau kecelakaan. Pada kasus ekstrem, ada individu yang harus selalu mencuci rambutnya tujuh kali setiap mandi, karena tujuh adalah ‘lucky number’, dan bila ia tidak melakukannya, maka ia akan terus dihantui rasa cemas.(f)
5/ Hoarders, yakni orang yang senang mengumpulkan barang-barang yang tidak penting dan tidak berharga, seperti bekas bungkus makanan, bekas tiket dan tidak mampu membuangnya sehingga kebiasaannya itu mengganggu dan dipandang aneh oleh orang lain. (f)
KONSULTAN: DRA. IRA PUSPITAWATI, MPSI, Psikolog
Tina Savitri
Topic
#psikologi