Kalista, Jakarta
Jadi ‘Ketagihan’ Di-KDRT
Saya menerima dan menikahi Dimas karena dia mau jujur mengungkapkan masa lalunya, termasuk wanita-wanita yang pernah menjadi kekasihnya. Tahun pertama tidak ada masalah yang berat, tahun kedua mulai kelihatan ada masalah. Tiba-tiba mantan istrinya minta bertemu, dan dari dia saya baru tahu bahwa pasangan saya belum resmi bercerai masih dalam proses, yang selingkuh adalah pasangan saya, bukan mantan istrinya.
Di tahun ketiga, sepertinya dia ‘kumat’ lagi berhubungan dengan seorang mahasiswi. Di tahun keempat, iseng-iseng saya minta tolong teman yang bekerja di kantor provider ponsel, untuk melihat catatan teleponnya. Ternyata, terbongkarlah bahwa dia memiliki tiga kekasih, satu di luar kota, dua lagi di Jakarta, salah satunya adalah mantan istrinya.
Ketika saya menanyakan hal ini, awalnya tidak mengaku, tetapi dia berkata kasar bahkan memukul. Kekerasan sudah menjadi ‘makanan’ saya sehari-hari. Dari didorong, ditampar, hingga dicekik dan ditendang, semua sudah saya alami.
Untuk keluar dari hubungan ini, terus terang tidak mudah. Dia sangat posesif, bisa menunggui saya untuk pulang kantor bersama, posisi saya terus dicek, meeting dengan siapa, dan sebagainya. Begitu dia merasa cemburu, ketika pulang pasti ada ribut-ribut, yang biasanya diakhiri dengan main tangan. Saya melawan kata-katanya, dan kekerasan itu akan semakin keras.
Mungkin tidak masuk akal, tapi kekerasan menjadi hal yang biasa buat saya. Seperti penyakit, kekerasan ini menular. Saya jadi ‘menikmati’ kekerasan tersebut. Kalau dia tidak melakukannya, ada yang aneh. Rasanya ada yang hilang. Jangan-jangan, dia tenang-tenang, karena dia sudah punya selingkuhan baru di luar.
Posisinya pun terbalik. Saya jadi posesif, takut jika sampai dia meninggalkan saya, bahkan saya mengancam untuk bunuh diri jika dia meninggalkan saya. Saya menyilet-nyilet tangan saya, sepertinya memang hati dan pikiran saya sudah tertutup.
Ada satu titik yang membuat saya pada akhirnya ingin menyudahi hal ini. Pertama, dia berselingkuh dengan teman SMA saya, yang saya anggap tidak ada apa-apanya dibanding saya. Rasanya terhina sekali. Kedua, saya mulai mapan dengan usaha saya di bidang EO.
Tetapi, perpisahan bukan berarti Dimas berhenti meneror saya. Dia bahkan menggedor-gedor pintu kos saya, dengan bilang bahwa saya tidur dengan laki-laki, padahal mereka semua adalah anak buah saya. Untunglah anak buah juga melindungi saya, mereka mengusir dan perlahan-lahan memberikan saya sejumlah masukan untuk meninggalkan dia. Setelah delapan tahun bersama dengannya, saya memberanikan diri untuk mengakhiri hubungan ini. (f)
Baca Juga:Di tahun ketiga, sepertinya dia ‘kumat’ lagi berhubungan dengan seorang mahasiswi. Di tahun keempat, iseng-iseng saya minta tolong teman yang bekerja di kantor provider ponsel, untuk melihat catatan teleponnya. Ternyata, terbongkarlah bahwa dia memiliki tiga kekasih, satu di luar kota, dua lagi di Jakarta, salah satunya adalah mantan istrinya.
Ketika saya menanyakan hal ini, awalnya tidak mengaku, tetapi dia berkata kasar bahkan memukul. Kekerasan sudah menjadi ‘makanan’ saya sehari-hari. Dari didorong, ditampar, hingga dicekik dan ditendang, semua sudah saya alami.
Untuk keluar dari hubungan ini, terus terang tidak mudah. Dia sangat posesif, bisa menunggui saya untuk pulang kantor bersama, posisi saya terus dicek, meeting dengan siapa, dan sebagainya. Begitu dia merasa cemburu, ketika pulang pasti ada ribut-ribut, yang biasanya diakhiri dengan main tangan. Saya melawan kata-katanya, dan kekerasan itu akan semakin keras.
Mungkin tidak masuk akal, tapi kekerasan menjadi hal yang biasa buat saya. Seperti penyakit, kekerasan ini menular. Saya jadi ‘menikmati’ kekerasan tersebut. Kalau dia tidak melakukannya, ada yang aneh. Rasanya ada yang hilang. Jangan-jangan, dia tenang-tenang, karena dia sudah punya selingkuhan baru di luar.
Posisinya pun terbalik. Saya jadi posesif, takut jika sampai dia meninggalkan saya, bahkan saya mengancam untuk bunuh diri jika dia meninggalkan saya. Saya menyilet-nyilet tangan saya, sepertinya memang hati dan pikiran saya sudah tertutup.
Ada satu titik yang membuat saya pada akhirnya ingin menyudahi hal ini. Pertama, dia berselingkuh dengan teman SMA saya, yang saya anggap tidak ada apa-apanya dibanding saya. Rasanya terhina sekali. Kedua, saya mulai mapan dengan usaha saya di bidang EO.
Tetapi, perpisahan bukan berarti Dimas berhenti meneror saya. Dia bahkan menggedor-gedor pintu kos saya, dengan bilang bahwa saya tidur dengan laki-laki, padahal mereka semua adalah anak buah saya. Untunglah anak buah juga melindungi saya, mereka mengusir dan perlahan-lahan memberikan saya sejumlah masukan untuk meninggalkan dia. Setelah delapan tahun bersama dengannya, saya memberanikan diri untuk mengakhiri hubungan ini. (f)
Wanita Masa Kini Memperhatikan Rekam Jejak KDRT Dan Poligami Calon Pemimpin Politik
Dari Kasus Via Vallen, Jang Ja Yeon, dan Artis Dunia lainnya, Benarkah Pelecehan Seksual di Dunia Hiburan Dianggap Hal Biasa?