
Dra. Henny E. Wirawan, M. Hum., QIA, psikolog dari Universitas Tarumanagara mengungkapkan, biasanya, suami merasa aman setelah mendapatkan dan menikahi wanita idamannya. Namun, setelah menikah, banyak hal yang semula ditujukan untuk menarik hati pasangan, tak lagi dilakukan. Suami merasa bisa tampil apa adanya di depan istri. Bertambahnya beban stres sebagai kepala rumah tangga juga dapat mendorong suami berubah berlebihan. Misalnya, hobi main game. Bila tidak diwaspadai, istri akan terus merasa ditinggalkan.
Namun, yang tak kalah penting adalah mengamati perubahan suami yang bersifat ekstrem. Hal ini biasanya terjadi bila suami mengalami tekanan mental yang berat dan tak terduga, baik yang disebabkan oleh faktor di dalam keluarga ataupun di luar keluarga. Contohnya, seorang suami penyabar, sejak bisnisnya bangkrut, dia berubah menjadi temperamental.
Bisa juga karena suami sejak awal memiliki potensi kerentanan psikologis. Contohnya, ketika terkena persoalan berat seperti di-PHK, ia menjadi suami yang sering memukul. Bila sekali terjadi kekerasan tidak segera ditanggulangi, maka memukul bisa menjadi kebiasaan, walaupun pemicu pertamanya, yaitu PHK, sudah tertanggulangi.
Untuk menyikapinya, istri perlu bersikap wajar. Bicarakan dan usulkan saja hal-hal yang sebaiknya diubah oleh suami. Namun, khusus pada kasus ekstrem (PHK dan memukul), istri perlu tenangkan diri dalam mengenali akar permasalahan dan mencari cara penanggulangannya. Bila memungkinkan, ajak suami berkonsultasi pada konselor. (f)
Ingin memberi dukungan pada suami yang terkena masalah pelik? Baca caranya di sini!