
Foto: Fotosearch
Menemukan pasangan yang tepat memang bukan perkara mudah. Namun kalau sampai berulang kali 'jatuh cinta' demi menemukan yang terbaik—sampai kita sendiri pun kebingungan saking banyaknya—berarti saatnya instropeksi diri, nih.
Jangan dikira gonta-ganti pacar bakal memudahkan bertemu orang yang pas. Meskipun berusaha keras ingin suatu hubungan bertahan lama, mungkin masih ada perilaku kita seperti berikut yang malah menghalangi peluang suksesnya suatu hubungan.
Sabotase #1: Si Dia Unavailable
Status unavailable di sini bukan berarti kita jalan dengan pria yang sudah berpasangan—yang pastinya sudah nggak bisa diganggu gugat lagi, dong. Tapi artinya cowok-cowok ini tidak ada secara emosional—yang berakibat kurangnya komitmen dia pada hubungan.
Umumnya, nih, mereka bersikap acuh tak acuh pada pasangan. Kita bakal kesulitan menghubunginya. Kalaupun meninggalkan pesan atau berjanji telepon balik, dia baru melakukannya dalam jangka waktu yang lama. Atau sering lupa jika berjanji.
Bisa juga kalau ia ternyata masih mengingat-ingat mantannya. Ketahuannya ketika sesekali membandingkan kita atau kepergok memandangi foto si mantan. Percaya, deh, pria yang sungguh-sungguh menyukai kita bakal mengingat dan menghargai kita dalam kondisi apapun—sekalipun ada tsunami, badai, atau klub sepakbola kesayangannya kalah. Kalau nggak, langsung akhiri sebelum kita membuang waktu lebih banyak lagi.
Sabotase #2: Menerima Perilaku Buruk
Apakah kita sering berlapang dada menerima perilaku pasangan yang menyakiti atau membuat kita tidak nyaman? Misal, si dia tetap merokok meski tahu kita anti rokok atau tidak pernah minta maaf meski dia tahu telah berbuat salah.
Mungkin kita bakal bilang, “Nobody's perfect.” Lalu, kita merasa harus fleksibel menerima apapun sifat atau perilakunya. Alasannya, demi kelanggengan hubungan. Padahal sebenarnya ia tidak menghargai kita.
Coba pikirkan lagi, apakah kita bahagia dengannya? Apakah tindakannya setiap saat mengutamakan kebahagiaan kita? Jika tidak, tandanya kita menjauhkan diri dari cinta yang sepantasnya kita dapatkan.
Sabotase #3: Susah Lupa Mantan
Jangankan hubungan di masa lalu yang berjalan lancar, yang buruk pun masih suka dikenang. Padahal, biar gimanapun hubungan tersebut sudah berakhir dan pasti ada alasannya kenapa harus selesai. Bila suka membandingkan pasangan sekarang dengan mantan, kita bakal susah, deh, menemukan kebahagiaan yang dicari.
Nah, bagaimana bila kita mau “berteman sama mantan”? Kecuali kita dan mantan yakin tidak bakal mungkin balik lagi, ada baiknya tidak perlu mengakrabkan diri. Ibarat masakan kemarin, mau dipanasin dan dimakan lagi sudah tidak enak atau malah basi. Kalau kita tidak mau bergerak maju, bakal susah, deh, menemukan hubungan dengan seseorang baru yang jauh lebih baik.
Sabotase #4: Mudah Menyerah
Hanya karena tidak punya pacar selama berbulan-bulan atau melihat hampir semua teman sudah menikah dan punya anak, tidak berarti kita mesti putus asa. Percaya diri aja, deh, kalau waktunya tepat, pasti kita ketemu orang yang pas juga.
Berputus asa seringnya membuat kita jatuh ke pelukan cowok yang hanya buang-buang waktu atau memanfaatkan keadaan kita saja. Tidak masalah punya standar pria, tuh, asal jangan ketinggian dan membuat para pria malah nggak punya kesempatan.
Sabotase #5: Menyerahkan Segalanya
Memang, sih, berhubungan berarti menyediakan waktu dan tidak lupa dengan dirinya. Tapi, menghabiskan waktu untuk memenuhi segala keinginannya belum tentu membuat ia senang.
Tidak perlu, deh, kita menyingkirkan segala kegiatan yang disenangi dan suka dilakukan semasa single dulu demi menyisihkan waktu buatnya. Mau itu arisan bareng teman, menulis puisi, bersepeda dengan komunitas.
Dan jangan cemas meninggalkannya sendiri untuk traveling ke luar kota. Pertama, toh, ia senang-senang saja punya waktu sendiri. Kedua, bisa menyegarkan hubungan. Masing-masing jadi punya banyak cerita untuk dibagi ke pasangan.
Ketakutan Mendasar
Intinya, perilaku-perilaku 'sabotase' tersebut dipicu ketakutan untuk single atau kesepian. Ironisnya, rasa takut ini malah menjauhkan kita dari cinta itu sendiri. Pria bisa merasakan kalau seorang wanita membangun dinding rasa takut yang memisahkannya dari kenyataan sehingga pria memilih menjauhi wanita tersebut.
Maka tinggalkan trauma dari hubungan sebelumnya terlibat dalam hubungan yang baru. Yakin, deh, cinta akan mengalir tanpa beban dan langsung nyambung pada cowok yang tepat.(f)
Jangan dikira gonta-ganti pacar bakal memudahkan bertemu orang yang pas. Meskipun berusaha keras ingin suatu hubungan bertahan lama, mungkin masih ada perilaku kita seperti berikut yang malah menghalangi peluang suksesnya suatu hubungan.
Sabotase #1: Si Dia Unavailable
Status unavailable di sini bukan berarti kita jalan dengan pria yang sudah berpasangan—yang pastinya sudah nggak bisa diganggu gugat lagi, dong. Tapi artinya cowok-cowok ini tidak ada secara emosional—yang berakibat kurangnya komitmen dia pada hubungan.
Umumnya, nih, mereka bersikap acuh tak acuh pada pasangan. Kita bakal kesulitan menghubunginya. Kalaupun meninggalkan pesan atau berjanji telepon balik, dia baru melakukannya dalam jangka waktu yang lama. Atau sering lupa jika berjanji.
Bisa juga kalau ia ternyata masih mengingat-ingat mantannya. Ketahuannya ketika sesekali membandingkan kita atau kepergok memandangi foto si mantan. Percaya, deh, pria yang sungguh-sungguh menyukai kita bakal mengingat dan menghargai kita dalam kondisi apapun—sekalipun ada tsunami, badai, atau klub sepakbola kesayangannya kalah. Kalau nggak, langsung akhiri sebelum kita membuang waktu lebih banyak lagi.
Sabotase #2: Menerima Perilaku Buruk
Apakah kita sering berlapang dada menerima perilaku pasangan yang menyakiti atau membuat kita tidak nyaman? Misal, si dia tetap merokok meski tahu kita anti rokok atau tidak pernah minta maaf meski dia tahu telah berbuat salah.
Mungkin kita bakal bilang, “Nobody's perfect.” Lalu, kita merasa harus fleksibel menerima apapun sifat atau perilakunya. Alasannya, demi kelanggengan hubungan. Padahal sebenarnya ia tidak menghargai kita.
Coba pikirkan lagi, apakah kita bahagia dengannya? Apakah tindakannya setiap saat mengutamakan kebahagiaan kita? Jika tidak, tandanya kita menjauhkan diri dari cinta yang sepantasnya kita dapatkan.
Sabotase #3: Susah Lupa Mantan
Jangankan hubungan di masa lalu yang berjalan lancar, yang buruk pun masih suka dikenang. Padahal, biar gimanapun hubungan tersebut sudah berakhir dan pasti ada alasannya kenapa harus selesai. Bila suka membandingkan pasangan sekarang dengan mantan, kita bakal susah, deh, menemukan kebahagiaan yang dicari.
Nah, bagaimana bila kita mau “berteman sama mantan”? Kecuali kita dan mantan yakin tidak bakal mungkin balik lagi, ada baiknya tidak perlu mengakrabkan diri. Ibarat masakan kemarin, mau dipanasin dan dimakan lagi sudah tidak enak atau malah basi. Kalau kita tidak mau bergerak maju, bakal susah, deh, menemukan hubungan dengan seseorang baru yang jauh lebih baik.
Sabotase #4: Mudah Menyerah
Hanya karena tidak punya pacar selama berbulan-bulan atau melihat hampir semua teman sudah menikah dan punya anak, tidak berarti kita mesti putus asa. Percaya diri aja, deh, kalau waktunya tepat, pasti kita ketemu orang yang pas juga.
Berputus asa seringnya membuat kita jatuh ke pelukan cowok yang hanya buang-buang waktu atau memanfaatkan keadaan kita saja. Tidak masalah punya standar pria, tuh, asal jangan ketinggian dan membuat para pria malah nggak punya kesempatan.
Sabotase #5: Menyerahkan Segalanya
Memang, sih, berhubungan berarti menyediakan waktu dan tidak lupa dengan dirinya. Tapi, menghabiskan waktu untuk memenuhi segala keinginannya belum tentu membuat ia senang.
Tidak perlu, deh, kita menyingkirkan segala kegiatan yang disenangi dan suka dilakukan semasa single dulu demi menyisihkan waktu buatnya. Mau itu arisan bareng teman, menulis puisi, bersepeda dengan komunitas.
Dan jangan cemas meninggalkannya sendiri untuk traveling ke luar kota. Pertama, toh, ia senang-senang saja punya waktu sendiri. Kedua, bisa menyegarkan hubungan. Masing-masing jadi punya banyak cerita untuk dibagi ke pasangan.
Ketakutan Mendasar
Intinya, perilaku-perilaku 'sabotase' tersebut dipicu ketakutan untuk single atau kesepian. Ironisnya, rasa takut ini malah menjauhkan kita dari cinta itu sendiri. Pria bisa merasakan kalau seorang wanita membangun dinding rasa takut yang memisahkannya dari kenyataan sehingga pria memilih menjauhi wanita tersebut.
Maka tinggalkan trauma dari hubungan sebelumnya terlibat dalam hubungan yang baru. Yakin, deh, cinta akan mengalir tanpa beban dan langsung nyambung pada cowok yang tepat.(f)
Topic
#sabotasecinta