Profile
Febriany Eddy: Melihat Kesempatan di Setiap Tantangan

9 Apr 2021


Foto: Dok. Pribadi


Hanya segelintir wanita tangguh yang berani menyelam di industri pertambangan. Febriany Eddy (44), salah satunya. Kini ia merupakan satu-satunya wanita yang berada di jajaran direksi Vale Indonesia, perusahaan yang bergerak di industri pertambangan nikel. Ia menjabat sebagai Deputy CEO, PT Vale Indonesia Tbk. Wanita yang namanya masuk daftar Top 25 Most Influential Women in Treasury in Asia Pacific (2015) ini sangat memahami dunia kerjanya. Dengan passionate ia bicara tentang energi tak terbarukan, leader mindset, inklusivitas dan gaya leadership pria dan wanita. 

Membuka Kesempatan Bagi Wanita

Perlu diakui, industri pertambangan memang bukan dunia yang menarik minat banyak wanita. Di Vale Indonesia sendiri, wanita mengambil porsi sekitar 7%-8% dari total karyawan. Febri yang lahir di Palembang ini menyadari, angka tersebut masih sangat rendah. Dan ia berambisi untuk menggandakan partisipasi wanita dalam beberapa tahun mendatang, yang disadarinya bukanlah hal mudah.

Febri mengakui bahwa industri pertambangan memang masih didominasi oleh pria, sehingga terlihat sangat tidak ramah bagi wanita. Di sisi lain, dari pihak wanita juga ada keengganan untuk bergabung. Ia melihat, banyak perusahaan masih menerapkan pembatasan, termasuk di perusahaannya. Sebagai contoh, sejumlah
leader memandang ada aktivitas tertentu tidak pantas dilakukan oleh wanita.

“Kita harus mengubah
mindset ini. Pe-er kami sebagai leader adalah mematahkan persepsi. Saya tidak bilang bahwa semua pekerjaan bisa dilakukan oleh wanita dan pria. Namun, setiap kali timbul keraguan, kita lihat hasil studinya. Kalau tidak ada studinya, mari kita melakukan studi secara khusus. Jangan berdasarkan pada persepsi dan praktik masa lalu. Jika dari studi ilmiah terbukti bahwa wanita memang tidak bisa, saya tidak akan memaksa. Tapi, kalau terbukti bisa, kenapa harus ditahan?,” kata Febri, yang menggenggam dua gelar MBA, dari UCLA Anderson dan National University of Singapore.

Ia mencontohkan, ketika ada kesempatan promosi ke tingkat manajer pada posisi tertentu, banyak
leader mengungkapkan bahwa posisi itu tidak bisa diberikan kepada wanita karena dianggap terlalu berat. Mereka khawatir, jika wanita yang menempati posisi itu, keluarga mereka akan terbengkalai.

Febri menegaskan agar kesempatan tersebut dibuka lebar dan tidak dibatasi. “Kalau memang ada kandidat wanita yang layak, berarti dia sudah tahu betul konsekuensi dari posisi tersebut. Kalau dia memang melamar posisi itu, berarti dia berminat. Jangan menilai dia karena dia wanita. Kita hilangkan gender dan melihat betul-betul soal kemampuannya. Saya tidak memaksa harus wanita, yang ingin saya tekankan adalah memberi kesempatan yang sama.”

Di sisi lain, wanita yang pernah berkarya di PricewaterhouseCoopers Jakarta dan Amsterdam ini selalu menegaskan kepada karyawan perempuan di perusahaannya agar tidak mengharapkan perlakuan spesial. Namun, ia melihat banyaknya fasilitas untuk wanita yang masih perlu diperbaiki di perusahaannya. Antara lain, toilet untuk wanita. Selama ini di lapangan tidak dibedakan toilet untuk wanita dan pria. Menurutnya, perusahaan wajib menyediakan kebutuhan mendasar semacam itu.

Meski berada di dunia yang didominasi pria, Febri betah bekerja di industri pertambangan. Ia senang karena bisa pergi ke tempat-tempat yang tidak banyak didatangi orang, senang karena belajar melihat kehidupan dari kacamata berbeda. Saat pergi ke Sorowako, Sulawesi Selatan, tempat Vale Indonesia beroperasi, ia melihat keterbatasan-keterbatasan yang tak akan ditemukan, jika tinggal di kota besar. Hal ini membuatnya bersyukur atas apa yang dimiliki dan atas apa yang tidak dimiliki. 


Baca Selanjutnya: 
Membuka Ruang Dialog



Topic

#profil, #tokoh, #wanitakarier