Health & Diet
Waspadai Ketika Teman Jadi Beban

22 Mar 2017


Foto: Fotosearch

Awalnya Mita senang-senang saja ketika Nana, sahabatnya, menginap di kosnya. Apalagi Nana sedang bermasalah dengan keluarganya. Sayang, lama-lama ini jadi kebiasaan. Tiap bertengkar dengan kakaknya, Nana kembali ‘menumpang’ di kos Mita—sering utang makan pula. Parahnya lagi, dia minta diajak ke acara-acara yang Mita hadiri. Nggak sedikit orang yang mengalami kasus seperti Mita. Sedikit-sedikit, teman minta bantuan kita alias nggak mandiri. Dengan kata lain, kita terpaksa menggantikan peran ortunya—duh!
 
Simbiosis Mutualisme
Kalau hubungan ortu dan anak melibatkan cinta tanpa syarat, beda dari hubungan antarteman. Menurut Dra. Erin Mutiara Naland, M.Psi, pertemanan menganut prinsip simbiosis mutualisme. Artinya, nih, masing-masing mesti bisa memberikan manfaat untuk satu sama lain.

“Kita berteman dengan seseorang karena merasa cocok, nyaman, dan terbantu. Jika salah satu pihak merasa selalu ‘diminta’ tanpa pernah diberi sesuatu, artinya si teman sudah mulai terlalu bergantung padanya.”

Dibanding pria, wanita lebih sering mengalaminya. Maklum, hubungan pertemanan antarwanita cenderung lebih eksklusif karena berdasarkan kecocokan untuk curhat hingga minat. Wajar, deh, kedekatan hubungan bisa berubah jadi ketergantungan. Sementara pria, tuh, lebih suka grouping—asal main bola bareng saja sudah bisa akrab.
             
Jadi Bayangan
Minta tolong ke teman, sih, boleh-boleh saja, tapi kalau terjadi berulang kali sementara dia nggak pernah memberikan kontribusi yang sama, ya, ujung-ujungnya hanya menjadi parasit.

“Sekali, dua kali minta tolong nggak masalah. Asalkan, nih, saat teman membutuhkan, dia bisa gantian jadi penolong sehingga hubungan setara, deh,” jelas Erin.

Nah, bila terus dibiarkan maka ketergantungan ini dapat berkembang menjadi sifat posesif. Maklum, ada perasaan takut kehilangan karena merasa teman adalah satu-satunya pihak yang bisa diandalkan.

Nggak heran begitu melihat teman cekikikan dengan orang lain, dia merasa ditinggalkan dan cemburu. Saat kita punya pacar, dia juga nggak rela—bahkan berusaha nimbrung saat kita nge-date. Pokoknya kudu jadi bayangan!
 
Bicara Jujur
Seseorang yang mengalami ketergantungan tinggi pada teman biasanya nggak menyadari kalau sifatnya ini menganggu. Makanya, sebaiknya buka-bukaan dan ngomong secara baik-baik.

“Wanita suka nggak tega memberitahukan keberatannya dan memilih untuk menghindari si teman. Padahal, sikap ini malah merenggangkan hubungan mereka. Lebih baik bicara padanya agar dia menyadari sifat ketergantungannya dan mengubahnya,” kata Erin.

Kita bisa bilang bahwa kita nggak keberatan dia menginap. Tapi, sarankan juga supaya dia menyelesaikan masalahnya dengan keluarga. Kalau perlu, minta bantuan ahli seperti psikiater. Jika dia sering curhat dan minta saran, jelaskan kalau sesekali kita juga perlu didengarkan alias nggak sekadar jadi tempat sampah.

“Setelah mendengar penjelasan kita, mudah-mudahan dia bisa berubah. Jika nggak, kita boleh merenggangkan hubungan untuk sementara waktu. Kesabaran seseorang, kan, ada batasnya. Sulit ‘membetulkan’ orang lain, apalagi ini sebenarnya bukan tanggung jawab seorang teman,” tambah Erin.

Siap berkata jujur? (f)


Baca juga:
Tak Bisa Lepas dari Teman
Jangan Jadi Beban
Beban Rasa Bersalah


Topic

#psikologi