Health & Diet
Posisi Rahim Turun, Ini Penyebab dan Gejalanya

1 Dec 2020


Foto: Pixabay


Pernahkah Anda mendengar istilah rahim turun atau peranakan turun? Apakah ini benar-benar kondisi medis atau hanya sekadar istilah saja? Menurut dr. Astrid Yunita, Sp.OG (K), Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Konsultan Uroginekologi dari RS Pondok Indah – Pondok Indah dan RS Pondok Indah – Puri Indah, posisi rahim turun secara medis mungkin terjadi.

“Posisi rahim yang normal seharusnya berada tepat di atas vagina, namun posisi tersebut dapat berubah, menurun ke vagina. Kondisi rahim yang turun, biasa dikenal dengan turun peranakan. Hal ini dapat disertai penurunan organ panggul lainnya atau prolaps organ panggul,” ungkap dr. Astrid.

Prolaps organ panggul (POP) adalah turun atau menonjolnya dinding vagina ke dalam liang vagina atau luar vagina yang kemudian diikuti dengan organ-organ pelvik (rahim, kandung kemih, usus, atau rektum) akibat kelemahan struktur penyokong dasar panggul.

Dokter Astrid menjelaskan, prolaps dapat meliputi tiga area berdasarkan segmen dinding vagina yang mengalami penurunan, yaitu Prolaps anterior yang terjadi pada dinding vagina anterior (urethrokel, sistokel); Prolaps posterior yang terjadi pada dinding vagina posterior (rektokel, enterokel); dan Prolaps apikal/superior yang terjadi pada dinding vagina apikal (leher rahim/serviks, rahim/uterus, puncak vagina).

Untuk prolaps pada rahim dapat di klasifikasikan berdasarkan tingkatan atau stadiumnya yaitu Stadium 1 dimana penurunan yang terjadi sampai dengan setengah panjang vagina; Stadium 2 dimana penurunan lebih jauh dari stadium 1 hingga batas himen (selaput dara) atau tepi vagina sehingga dapat terlihat pada, atau setinggi celah vagina; Stadium 3 ketika sebagian besar penurunan sudah melewati selaput dara dan berada di luar vagina; Stadium 4 yaitu penurunan maksimum dari setiap kompartemen organ pelvik. 

Prolaps uteri bisa terjadi pada wanita di usia berapapun, meski kondisi ini lebih banyak dialami oleh wanita pada usia setelah menopause, atau wanita yang pernah melahirkan normal. Penyebab terjadinya prolaps meliputi beberapa faktor risiko yang terjadi secara bersamaan atau multifaktor, seperti:

1/ Genetik dan ras, berkaitan dengan kolagen dan elastin yang mempengaruhi kualitas jaringan penyokong pelviks.

2/ Riwayat kehamilan dan persalinan misalnya kehamilan berulang, riwayat kehamilan dan persalinan dengan bayi besar, riwayat persalinan berbantu dengan alat vakum/forceps.

3/ Riwayat pembedahan seperti angkat rahim, operasi prolaps sebelumnya.

4/ Terapi yang mengganggu persarafan pelviks, misal terapi radiasi, trauma akibat kecelakaan.

5/ Obesitas atau berat badan berlebih.

6/ Konstipasi atau sembelit yaitu kondisi sulit buang air besar. 

7/ Pekerjaan atau aktivitas fisik serta kebiasaan angkat berat.

8/ Penyakit paru kronik atau batuk kronik.

9/ Tumor abdomen, tumor rongga pelviks dan penumpukan cairan di rongga perut.

10/ Proses penuaan, menopause, dan status estrogen yang menurun.

11/ Kebiasaan buruk yang merugikan kesehatan seperti merokok.


Baca Selanjutnya: Gejala dan Pengobatannya 


Faunda Liswijayanti


Topic

#rahim, #kehamilan, #penyakit