Health & Diet
Menikmati Ketika Disakiti, Apa yang Salah?

8 Mar 2017


Foto: Fotosearch

Ketika kita lebih banyak mengalah—atau lebih tepatnya menghindari konflik—secara nggak sadar kita membiasakan diri untuk tersakiti. Lama kelamaan, kita pun jadi terbiasa dan (terkesan) menikmati perlakuan buruk ini. Watch out ladies! Kebiasaan pasrah dapat menghilangkan rasa pede serta merusak psikis. Menurut psikolog Eko Rini Kuntowati beriku, ketika seseorang menganggap dirinya bukan siapa-siapa dan nggak punya kemampuan, maka dia nggak akan berani menyelesaikan masalah—terutama bila dihadapkan pada situasi nggak menyenangkan.

Contohnya gampangnya, nih, kita rela diselingkuhi pacar karena merasa kurang cantik. Daripada kehilangan teman, kita pun menerima seabrek kesalahan demi menghindari cekcok. Lemahnya konsep diri ini membuat kita tidak melakukan sesuatu ketika selalu disakiti. Kita malah terbiasa mengabaikan rasa sakit—bahkan akhirnya ikut ‘menikmati’.

“Tidak ada orang yang benar-benar menikmati ketika dia disakiti, kecuali dia seorang masokis. Perasaan tidak dicintai dan kurangnya penghargaan pada diri sendiri membuat seseorang membiarkan dirinya disakiti,” jelas Eko.
 
Banyak penyebab yang membuat seseorang membiarkan dirinya menjadi objek penderita. Bisa jadi karena pengalaman masa lalu, terbiasa dimanja, atau kekerasan yang terjadi saat masa kecil.

“Hal tersebut membuat seseorang menjadi nggak pede dan self respect-nya kurang.”
Untuk lepas dari status ‘korban’, kita harus mulai dengan cara menghargai diri sendiri. Penerimaan terhadap diri sendiri adalah hal paling penting sebelum menghadapi lingkungan.

“Kalau kita tidak bisa menghargai diri sendiri, bagaimana mungkin kita dapat menerima ‘serangan’ dari luar? Jangan mengharapkan orang lain untuk memahami kondisi kita,” tegas Eko.

Kita juga harus ingat bahwa nggak ada manusia yang sempurna—baik kita maupun orang lain. Tuhan menciptakan masing-masing pribadi dengan kelebihan dan kekurangan. So, kesetaraan itu yang kudu ditanamkan dalam pikiran kita.
 
Setelah nyaman terhadap diri sendiri, langkah selanjutnya adalah kita harus bertahan dari perlakuan lingkungan.

“Yang namanya bersosialisasi pasti akan selalu ada gesekan. Nah, di sini kita harus berjuang supaya bisa tetap bertahan. Caranya, dengan mencari teman-teman yang bisa memberikan dukungan sehingga pergaulan menjadi jalan buat mengembangkan kepribadian kita—tentunya ke arah yang lebih baik,” saran Eko.

Jangan pula takut untuk keluar dari lingkaran pergaulan atau hubungan yang lebih banyak merugikan diri kita. Hindari terlalu bergantung pada orang lain untuk membuat kita merasa diterima.

“Bila kita punya self respect yang baik, pada akhirnya persahabatan atau hubungan yang sehat akan datang dengan sendirinya, kok.”

Yakin, deh, kita bisa! (f)

Baca juga:
Kenali Polanya, Sebelum Anda Terlibat Konflik
4 Tip Dongkrak Pede di Tempat Kerja
Self Esteem atau Over Pede?





Ester Pandiangan


Topic

#psikologi