Travel
The Artsy Hong Kong

15 Aug 2013


Hong Kong sudah jadi destinasi seni dunia. Komunitas muda di dunia seni Hong Kong pun sedang tumbuh pesat. Harga properti yang tinggi membuat para seniman mesti mencari solusi cerdas dalam mencari lokasi untuk menjual atau memamerkan karya seni mereka. Misalnya, memindahkan lokasi galeri mereka ke kawasan industri, yang lebih murah dibandingkan di tengah gedung pencakar langit. Nikmati sisi lain Hong Kong yang lebih artsy, ke tempat-tempat yang direkomendasikan dalam aplikasi HTC Global Design Tours.

Eksplorasi Art Basel
Hong Kong dipilih sebagai destinasi ketiga penyelenggaraan ekshibisi dunia terkemuka Art Basel, setelah Basel di Swiss dan Miami, yang digelar Mei lalu di Hong Kong Convention and Exhibition Center. Tak hanya di HKCEC, di seluruh Hong Kong pun diadakan kegiatan seni terkait penyelenggaraan Art Basel.
Art Basel adalah pameran karya seni modern dan kontemporer, tempat bertemunya para seniman, pemilik galeri, kolektor, kurator, maupun perwakilan museum. Salah satu karya yang menjadi pembicaraan dan highlight di Art Basel lalu adalah Beetle Sphere, karya seniman Indonesia, Ichwan Noor. Ichwan merangkai (lebih tepat ‘mengaduk’, sih) lima mobil VW kodok menjadi sebuah bola. Tak heran, karya ini menarik perhatian pengunjung. Kalender Art Basel setelah di Basel, Swiss, dan Hong Kong adalah di Miami Beach, Desember nanti.


KONZEPP, Dari Concept Store ke Galeri

Desain pintu masuk concept store ini sudah menarik perhatian dibandingkan bangunan di kiri-kanannya, bentuk asimetris, dalam warna kuning mencolok. Terletak di distrik Sheung Wan, concept store ini menjual pernak-pernik rancangan desainer mancanegara, dari tas kulit hingga lilin dengan desain quirky.

Konzepp didirikan oleh Geoff Tsui, bersama Willie Chan. Geoff adalah desainer multidisiplin dengan portofolio internasional, sementara Willie adalah seorang entrepreneur dengan networking luas. Ia juga yang mengorbitkan seorang Jackie Chan. “Lewat Konzepp, kami ingin mengurasi karya seniman muda, sekaligus membantu seniman muda,” ujar Geoff.

Konzepp juga merilis lilin aroma buatan sendiri, dengan nama-nama yang unik. Salah satunya, Bad Boy, yang aromanya sangat ‘laki’.


ILIVETOMORROW

“ilivetomorrow adalah sebuah ruang kreatif yang didedikasikan untuk karya seni eksperimental,” ujar Nicola Borg-Pisani, pendiri ilivetomorrow.

Galeri pusatnya terletak di distrik Sheung Wan. Namun, ketika berlangsung Art Basel Hong Kong Mei lalu, pop-up gallery ilivetomorrow ada di distrik industri Chai Wan. Femina mengunjungi pop-up gallery yang terletak di lantai 26 salah satu gedung di Honour Industrial Center.

Jalan menuju pop-up gallery ini tak ubahnya lokasi rahasia, tersembunyi di antara gudang, bahkan tempat pemotongan bebek!. Menyambut Art Basel Hong Kong, ilivetomorrow menampilkan ekshibisi karya seni seniman Hong Kong dan internasional. Salah satunya karya Ormorant, seniman Prancis yang tinggal di Hong Kong.

Yang istimewa dari karya Ormorant, dia membuat bola-bola berbagai ukuran dari bubuk bunga yang dipetik di Burma. Di tiap bola, dia menanam beberapa batu mulia, seperti giok, untuk memberikan energi  pada karyanya tersebut. Interesting!


LATITUDE 22N

Galeri yang didirikan oleh Jesse McLin dan Julie Progin ini tersembunyi di daerah pergudangan dan industri di distrik Chai Wan. Pelang galeri ini baru terbaca jika kita melihat cermin di depannya.

Porselen adalah ciri khas utama karya mereka, namun dalam konsep ‘rusak’ yang indah. Yang istimewa, pengerjaan porselen dilakukan di daerah Jingdezhen, yang dikenal sebagai ibu kota porselen di Cina. Menurut Julie, keterampilan perajin di Jingdezhen mengolah konsep modern membuat porselen yang dihasilkan tak ubahnya kolaborasi Timur dan Barat, seni kuno dan seni modern.


FRINGE CLUB

Sejak lama, tempat penyimpanan hasil peternakan di distrik Central, gedung ini disulap menjadi Fringe Club. Fringe Club didirikan untuk membantu seniman muda Hong Kong berkembang sekaligus melestarikan warisan budaya Hong Kong.
Saat berkunjung akhir Mei lalu, Fringe Club mengadakan beberapa ekshibisi dalam rangkaian Art Basel Hong Kong. Salah satu yang paling seru tentu saja terjadi di lantai basement selama empat hari saja di bulan Mei.

Wun Dun: An Art Bar   adalah seni instalasi kreasi Adrian Wong untuk Absolut Art Bureau. Adrian, yang berlatar belakang psikologi, menyulap basement di Fringe Club menjadi bar dalam gaya unik. Kami disambut robot ‘musikus’ berbulu tanpa mata, memainkan lagu-lagu dalam konsep dunia kosmik Cina sesuai ajaran Konfusius (walau tadinya kami mengira konsepnya tentang alien!).

Sambil menikmati musik, kami duduk di bar dengan minuman paling hits: vodka dengan sari lemak bebek Peking, dinikmati bersama pak choy yang dicelupkan. Anda pasti tak peduli kalau basement itu dulunya… kamar jenazah!


Imajinasi di M+ Inflation

M+ adalah museum visual yang ada di distrik West Kowloon, dan fokus pada seni, desain, arsitektur, dan gambar bergerak. Ekshibisi yang berakhir Juni lalu itu menampilkan patung-patung plastik yang dipompa.

Di sini Anda bisa melihat ada interpretasi Stonehenge karya Jeremy Deller, bahkan kotoran raksasa karya Paul McCarthy. M+ adalah seni instalasi yang membuat imajinasi kita terbang ke mana-mana. Seperti kata Aric Chen, kurator M+, “Tergantung dari mana Anda melihat bentuk ini. Interpretasi Anda yang bermain.”
M+ akan memiliki gedung tersendiri nantinya (direncanakan selesai tahun 2017), sehingga bisa menjangkau pencinta seni lebih luas lagi.


Seni Memanjakan Lidah dan Mata

Di Hong Kong, seni juga diterapkan dalam dunia kuliner. Lidah dimanjakan hidangan lezat, mata tak lelah menatap sajian cantik, dan jiwa diperkaya konsep di balik hidangan tersebut.

BO INNOVATION

Di resto yang ada di distrik Wan Chai ini, hidangan yang disajikan porsinya boleh saja mungil, tapi rasanya top! Sang pemilik dan chef, Alvin Leung Jr, khusus menceritakan kepada kami konsep restonya, yaitu hidangan Cina yang ekstrem.
“Menurut saya, inovasi tak perlu harus sesuatu yang benar-benar baru. Inovasi juga bisa berarti perubahan dari sesuatu yang sudah ada,” ujar Alvin. Setuju banget!
   
Saya mencoba menu yang porsinya pas, tapi rasanya menempel di lidah hingga kami meninggalkan restoran. Xiao long bao ‘molekul’ (karena porsinya mungil, seukuran satu sendok bebek saja) yang licin, kenyal, dan ‘meletus’ di mulut. Atau lumpia dan kue ikan mungil yang lembut di lidah.

Namun, saya tak bisa melupakan lezatnya langoustine atau udang besar yang direbus, ditemani telur asin dan bunga kol yang dihaluskan, dan english mustard foam. Mmm….!


DUDDELL’S

Anda harus pesan tempat jauh-jauh hari jika ingin makan di Duddell’s, Central, karena selalu penuh. Denting sendok-garpu juga suara para pengunjung resto ini seakan menjadi ‘musik’ di tengah hiruk-pikuk jam makan siang di Hong Kong. Duddell’s pun rutin mengadakan pameran seni, seperti Face to Face, yang berlangsung hingga Agustus.

“Pameran di Duddell’s melebur ke dalam interior resto,” ujar Alan Lo, Co-Founder Duddell’s.

Di pameran ini, karya-karya seniman dan fotografer, di antaranya George Condo, Hiroshi Sugimoto, dan Juergen Teller, menjadi teman menikmati hidangan lezat Canton. Salah satu karya yang mencuri perhatian adalah lukisan cut-out photo bertajuk Liebespaar ohne Köpfe in Holzkiste karya Hans-Peter Feldmann.