Fiction
Cerber: Sebatas Aurora [1]

3 Jun 2017


Bara mengalah. Digenggamnya jemari Btari yang terasa dingin dengan lebih erat. Ingin sekali Bara memeluk Btari siang ini. Menenggelamkan tubuh mungil dalam balutan one-shoulder warna ungu itu ke dalam rengkuhannya. Melepas rindu yang sekian lama tertahan. Tapi, sekarang itu tak bisa dilakukannya lagi. Bagi Bara, masih diperbolehkan menggenggam jemari Btari tanpa mendapat reaksi penolakan darinya, sudah lebih dari cukup. Ia harus tahu diri.
“Sebenarnya, aku datang ke sini hanya untuk mengucapkan terima kasih padamu,” ucap Btari kemudian dengan suara pelan nyaris tertelan.
“Untuk apa?”
“Telah menjadi jendelaku.”
Advertisement
Kening Bara langsung berkerut kencang.
“Sejak hari pertama kita berkenalan, kamu telah menjadi mataku untuk melihat dunia. Lewat cerita petualanganmu, kamu membuka cakrawala pikiranku yang tak hanya seluas kedai kopi dan ruang kerja. Kamu membawa harum padang sabana di Afrika ke indra penciumanku, memperlihatkan bagaimana buaya Amazon yang ganas itu menaklukkan mangsa. Mengajariku cara bertahan hidup di hutan-hutan perawan dan suku-suku pedalaman yang belum tersentuh peradaban, yang selama ini hanya kulihat keeksotisannya lewat foto-foto kalender. Kamu tahu Bara?” Btari diam sesaat. “Menunggu kepulanganmu dari satu ekspedisi adalah saat-saat yang paling membuatku bersemangat sekaligus mendebarkan. Ceritamu adalah  energi terbesar bagi pengembaraan pikiran  perempuan pengkhayal sepertiku yang hanya bisa terpaku di depan notebook karena keterbatasanku.”
Embusan napas Btari terdengar berat. Melontar sesak yang bersarang di dada. Ditatapnya Bara lebih dalam, kemudian berkata dengan suara yang ditegar-tegarkan. “Terima kasih, telah menjadi jendelaku untuk melihat dunia lewat cerita perjalananmu hampir setahun ini.” Btari menarik tangannya perlahan dari genggaman Bara. Diusapnya cairan bening yang menetes setitik di sudut matanya, kemudian kembali menatap Bara. “Maaf, mulai hari ini aku akan menutup jendela itu!” tandas Btari dengan senyum.
Wajah Bara langsung tertunduk dalam. Ia tak menyangka Btari sanggup mengatakan hal itu tanpa beban. Harapannya tamat. Dikatupkan kedua matanya kuat-kuat. Merasakan kehilangan itu menyusup begitu cepat. Menyesak dan membeku di seluruh kapiler darahnya.
 


Topic

#FiksiFemina

 



polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?