True Story
Pasangan Influencer Pinot dan Ditut Siasati Keterbatasan Di Perantauan

24 Oct 2019



(foto: dok.pribadi/ Wahyu Ichwandardi)
 
Wahyu Ichwandardi (50) dan Dita Ichwandardi (42) atau lebih dikenal dalam akun twitter sebagai @pinot dan @ditut telah 12 tahun terakhir merantau di negeri orang. Pasangan influencer yang kerap mengunggah karya kreatif di media sosial ini punya banyak cerita seru selama tinggal di luar negeri.
 
Pada tahun 2007, Wahyu mendapat tawaran bekerja di sebuah stasiun televisi swasta di Kuwait. Ia lalu memboyong keluarganya hijrah ke negara yang terletak di Asia Barat tersebut. Delapan tahun berselang, tepatnya  tahun 2015, keluarga mereka memulai hidup baru di New York, Amerika Serikat. Kala itu Wahyu pindah kerja ke sebuah advertising agency di kota yang berjuluk Big Apple tersebut.

Selain faktor ekonomi, Wahyu dan Dita punya alasan lain untuk merantau.

“Salah satu sebab kami merantau memang untuk melihat dunia. Kalau enggak merantau, mungkin kami enggak pernah tahu seberapa cantiknya Indonesia. Terutama dari pendapat orang luar,” jelas Wahyu.

Di Kuwait contohnya, sebagian besar wilayahnya ditutup pasir atau batu cadas. Sulit menemukan pepohonan di banyak tempat, kecuali area perkebunan atau taman. Pemandangan warna cokelat mendominasi sejauh mata memandang.

“Sebuah kekayaan alam yang enggak bisa didapat di Kuwait, tetapi ada di Indonesia, adalah hujan,” tambah Wahyu.

Sebagai seorang pencinta hujan, tinggal di Kuwait yang hanya mengalami dua atau tiga kali hujan rintik sepanjang tahun adalah sebuah tantangan besar baginya.

Begitu juga dengan New York. Ada kenyamanan hidup di Indonesia yang tak bisa Wahyu dan keluarganya temukan di New York, walaupun kota ini sering disebut sebagai capital of the world.

Urusan makanan contohnya. Meskipun mereka sudah bisa beradaptasi dengan menu berbagai negara, kuliner tanah air tetap dirindukan.

“Bahkan, ayam goreng franchise asal Amerika Serikat, rasanya masih lebih lezat yang dijual di Indonesia. Perpaduan bumbu dan racikan bahannya terasa lebih enak,” ujar alumnus Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (ITB) ini.

Mereka juga merindukan warung serba ada yang bertebaran di  tiap sudut kota di Indonesia. Di New York, mini market hanya tersedia tiap 500 hingga 800 meter.

“Cuma mau beli telur saja mesti jalan jauh. Enggak ada penjual keliling yang dagang sayur atau roti,” tambahnya.

Namun, selalu ada hikmah di balik sulitnya hidup jauh dari kampung halaman. Dengan merantau, Wahyu dan Dita belajar tentang menyiasati keterbatasan.

“Keterbatasan membuat kami menemukan hal baru, bahkan solusi menyiasati masalah yang ada,” tutur Wahyu.

Wahyu dan Dita menghadapi kesulitan hidup di perantauan dengan saling melengkapi dan menuntun.

“Semua harus dilakukan secara equal. Enggak ada yang lebih atau kurang jika kami berdua yang menjalankan. Apalagi dibantu anak-anak,” cerita Dita.

Salah satu bentuk saling melengkapi di antara mereka adalah dalam urusan rumah tangga. Bagi keluarga ini, urusan pekerjaan rumah tangga tak ada hubungannya dengan gender. Wahyu dan Dita mengharuskan anak-anaknya untuk terbiasa masuk dapur, mulai dari masak, cuci piring, sampai bersih-bersih. Tak peduli anak laki-laki atau perempuan.

“Bisa menyiapkan makan sendiri itu survival skill, loh,” ujar wanita kelahiran Soroako, Sulawesi Selatan, ini.

Kebiasaan tersebut membuat hidup mereka lebih nyaman. “Saat merantau gini, terasa sekali pekerjaan rumah jadi ringan, karena seluruh anggota keluarga terlibat,” tambah Dita.

Merantau memang membawa pengaruh besar bagi hidup keluarga mereka. “Di balik keterbatasan, ada berkah untuk semua anggota keluarga. Bagi kami, inilah perjalanan bagaimana kami bisa terinspirasi dan balik menginspirasi,” ucap Wahyu.(f)
 
 
 
BACA JUGA:
Cara Pasangan Influencer, Pinot dan Ditut, Saling Memotivasi Dalam Berumah Tangga
Iqbal Candra Pratama & Sarah Tria Monita. Mengawinkan Emas Asian Games 2018
Perekat Cinta Jevier Justin & Tiffany Orie

 
 


Topic

#relationship, #wahyuichwandardi, #ditaichwandardi