True Story
Kisah Michael Tjandra & Jeniffer Natapura Merajut Masa Depan

3 May 2017


Foto: Denny Herliyanso
 

Enam tahun sudah pasangan news anchor dan presenter Michael Tjandra (36) dan Jeniffer Natapura (35) mengarungi bahtera rumah tangga. Gelombang dan ombak masalah justru menguatkan komitmen yang terbangun sejak enam tahun mereka berpacaran. Seperti apa tahun-tahun pernikahan mematangkan mereka berdua?

MENEMUKAN TAMBATAN HATI

Kisah Michael dan Jeniffer berawal jauh sebelum wajah pria berkacamata ini akrab menyapa pemirsa TV. Apakah itu lewat update berita terkini di layar RCTI (2005-2015), atau saat ia membawakan acaranya sendiri, Michael Tjandra Luar Biasa, di RTV (2016). Kala itu,  tahun 2004, Michael dan Jeniffer masih berkarier sebagai tenaga marketing di bank swasta yang sama, tapi berbeda cabang. Michael di Jakarta Barat, sementara Jeniffer di Jakarta Utara. 

“Kami dikenalkan oleh teman dekat saya di perusahaan sebelumnya saat kami hangout bareng. Dia satu kantor dengan Jeniffer,” cerita pria penerima penghargaan sebagai Pembawa Berita Terbaik dalam ajang Panasonic Gobel Awards 2013 dan 2015 ini.

Pertemuan pertama itu cukup mengesankan bagi Michael. Wajah Jeniffer yang mirip wajah wanita Korea atau Jepang membuatnya langsung terpikat. “Saya suka rahangnya, mirip rahang idola saya, Kate Beckinsale dan Meg Ryan. Senyumnya manis. Supel dan asyik diajak ngobrol. Dia sangat menawan hati,” kenang Michael, tertawa. Lulusan arsitektur dari Universitas Trisakti Jakarta itu sempat bekerja di dua bank berbeda setelah keluar dari biro arsitek interior.

Rupanya, Jeniffer menyimpan rasa yang sama. Ia kagum pada ketampanan, cara berbicara, dan sikap Michael. “Walau ganteng, dia tidak sombong. Komunikasi kami langsung nyambung,” ungkap Jeniffer, malu-malu. Jeniffer sempat mencoba berkencan dengan pria lain, tapi hatinya tak bisa beralih dari kesan kuat yang ditinggalkan Michael di pertemuan pertama mereka.

 “Saya sebenarnya tahu Michael sudah mendapatkan nomor HP saya dari seorang teman. Hati saya penuh harap, tapi Michael tak kunjung menghubungi. Dalam hati saya berkata, ‘Kalau jodoh, tak ke mana,’” ujar Jeniffer. Benar, telepon yang ditunggu-tunggu itu pun datang, sebulan setelah pertemuan mereka. Sejak saat itu pula, tanpa ragu ia menyambut  tiap tawaran kencan Michael dengan hati berbunga-bunga.

Keduanya sepakat untuk merahasiakan kedekatan mereka dari teman-teman. Biasanya, agar tidak terlalu mencolok, mereka akan nongkrong ramai-ramai dahulu. Caranya, dengan pulang lebih awal, dengan alasan masing-masing dari mereka hendak bertemu dengan teman yang lain. “Padahal, sebenarnya, setelah itu kami bertemu dan menghabiskan waktu bersama,” cerita Michael, tentang akal-akalannya. 

Beberapa bulan setelah pendekatan, Michael yang kala itu mulai bekerja sebagai reporter di RCTI, memberanikan diri untuk menyatakan cintanya kepada Jeniffer. Namun, bukan jawaban ‘ya’ atau ‘tidak’ yang diterimanya, Jeniffer justru balik melontarkan pertanyaan. “Kenapa harus saya?”

Dengan tegas dan penuh keyakinan, Michael mengatakan bahwa Jeniffer adalah sosok wanita yang selalu hadir di hatinya. Keesokannya, 6 September 2005, Jeniffer mengiyakan ‘pinangannya’. Mereka pun resmi sebagai sepasang kekasih.

“Saya katakan kepadanya, saya siap menjalin hubungan pacaran, tapi dengan catatan harus serius hingga ke pernikahan,” ungkap Jeniffer. Syarat Jeniffer ini disambut positif oleh Michael. “Saya bilang ke dia, saya memang serius! Saya bukan pria yang mudah menyatakan cinta kepada wanita,” tegas Michael saat itu.



Topic

#kisahcinta