
Dok. WWF Indonesia
Untuk mendukung kampanye “Beli yang Baik”, WWF Indonesia meluncurkan film pendek Sejak Dini. Film yang diproduksi bekerjasama dengan Mondiblanc Film Workshop ini menceritakan tentang Dara (Putri Ayudya) dan Jati (Ade Firman Hakim), pasangan suami istri yang berupaya mendidik putrinya, Dini (Khayla Maharanie) untuk menjalani konsumsi berkelanjutan.
Menurut Ade walaupun film ini dibuat tahun lalu, namun kampanye “Beli yang Baik” sangat relevan untuk disebarluaskan di masa krisis COVID-19.
“Di masa pandemi ini 'Beli yang Baik' harus dikedepankan. Melalui film, kita bisa mencontohkan aktivitas konsumsi yang relate dengan kehidupan sehari-hari. Film ini bisa dijadikan alat edukasi yang tak terkesan menggurui,” ujarnya.
Film Sejak Dini juga mendorong para aktor yang berperan di dalamnya untuk menerapkan konsumsi berkelanjutan di kehidupan nyata.
“Dulu saya sering tergoda untuk membeli yang enggak perlu saat belanja online. Sekarang saya lebih selektif. Dulu saya enggak pernah masak. Sekarang masak di rumah, jadi lebih hemat. Menurut saya berhemat juga salah satu konsep ‘beli yang baik’,” ungkap Ade.
Hal serupa juga dilakukan oleh Putri. “Sekarang saya selalu membeli sesuatu yang awet. Di samping itu, saya berusaha tidak menyetok makanan terlalu banyak di masa krisis COVID-19. Karena bisa terbuang membusuk atau membuat kita masak melebihi kebutuhan,” ucap Putri.
Putri menilai himbauan untuk tetap berada di rumah pada masa sekarang justru menimbulkan dampak positif bagi lingkungan.
“Sampah di Bantar Gebang menurun sebesar 6,5 ton perhari sejak penerapan work from home. Langit Jakarta menjadi biru dan udara lebih segar. Saya rasa keadaan seperti ini akan mendorong lebih banyak orang untuk diam di rumah dan mempertimbangkan untuk tak terlalu sering naik kendaraan,” jelas Putri.
Margareth Meutia, campaign specialist WWF Indonesia, mengamati adanya perubahan perilaku konsumsi saat pandemi COVID-19. Keadaan krisis tanpa disadari telah mendorong masyarakat berprilaku ke arah yang lebih positif.
“Orang lebih hati-hati saat belanja dan mempertimbangkan apakah itu sehat, apakah bisa pertahankan imunitas kita. Kita kemudian lebih bergantung pada produk lokal yang lebih mudah dijangkau, dari situ kita bisa menjaga sumber daya lokal yang berdampak pada ketahanan pangan lokal. Penggunaan listrik, air, kertas, tisu juga berkurang dengan tidak beroperasinya perkantoran,” jelas Margareth.
Berkurangnya aktivitas transportasi juga membawa dampak besar.
“Transportasi memakan banyak waktu. Dengan tidak bertransportasi, kita bisa meluangkan waktu untuk hal yang lebih bermanfaat. Di samping itu dengan penurunan aktivitas transportasi telah terjadi penurunan emisi CO2 sebesar 5,5 hingga 5,7 persen,” ujarnya.
Margareth yakin jika kebiasaan konsumsi yang baik bisa terus dipertahankan maka kita bisa mengurangi toksifikasi bumi dan membuat bumi lebih lestari.(f)
BACA JUGA:
5 Kebiasaan Konsumen yang Berubah di Masa COVID19, Peluang Bagi Pelaku Bisnis
Menjadi Salah Satu yang Paling Terdampak Pandemi COVID-19, Ini Cara Industri Perhotelan Beradaptasi
Pemerintah Mulai Lakukan Uji Klinis Jahe Merah, Jambu Biji, dan Minyak Kelapa Sebagai Suplemen Cegah Corona
Topic
#corona, #WWF