Trending Topic
Tren Brand Lokal, Modal bukan Lagi Tantangan

2 Jul 2023


Foto: Shutterstock


Hypefast, perusahaan ritel berbasis teknologi asal Indonesia yang berdiri sejak  tahun 2020 dan telah berinteraksi terhadap lebih dari 5.000 brand lokal Tanah Air yang bergerak di industri fashion, kecantikan, dan kesehatan baru-baru ini mengeluarkan beberapa wawasan terkini seputar tren brand lokal yang dikemas dalam peluncuran program Think with Hypefast.

CEO dan Founder Hypefast, Achmad Alkatiri, mengungkap sejumlah fenomena menarik, salah satunya tantangan utama brand lokal kini bukanlah uang dan modal, melainkan Sumber Daya Manusia (SDM). Karena di era modern ini modal untuk merintis dan membangun brand tak lagi sekadar dana, namun juga sumber daya manusia. 

"Yang mengejutkan, modal ternyata bukan tantangan utama bagi brand lokal. Sekitar 72% brand lokal menyatakan bahwa merekrut talenta berkualitas tinggi adalah tantangan terbesarnya," tutur Achmad.

Hal ini terjadi karena masih sedikit talenta terbaik tanah air yang mau bergabung dengan brand lokal. Selain itu, mindset pemilik usaha terkait SDM juga perlu diubah terkait pentingnya merekrut tenaga kerja untuk membantu mengembangkan bisnis mereka. 

Tantangan utama lain yang juga dihadapi oleh brand lokal adalah kenaikan biaya penjualan yang signifikan dari online marketplace, terutama bagi pemain brand lokal yang sudah besar. “Kenaikan selama 1 tahun terakhir ini berdampak langsung pada margin brand lokal. Begitu juga dengan pengurangan subsidi gratis ongkos kirim yang berdampak pada penurunan daya beli konsumen, terutama yang tinggal di daerah-daerah, karena biaya pengiriman yang lebih mahal,” ungkap Achmad. 

Menjawab tantangan biaya penjualan toko online yang kian mengimpit, beberapa brand lokal terutama di kategori kecantikan yang sudah lebih besar secara omset, mulai melirik offline channels sebagai strategi ekspansi penjualan. Mengingat kini semakin banyak konsumen daerah yang mulai kembali berbelanja offline, sekaligus demi menjangkau konsumen di kota tier 2 dan tier 3 yang lebih sensitif terhadap biaya pengiriman. 

Data terbaru yang dikumpulkan oleh Hypefast menunjukkan bahwa kontribusi penjualan secara offline yang didapatkan oleh brand lokal berskala besar kini meningkat tajam. Dari 12% di tahun 2020 menjadi 48% di 2023, disertai dengan peningkatan branding secara offline dan in-store di toko-toko kecantikan lokal di berbagai kota yang tersebar di Indonesia.

Meski begitu, 98% brand lokal disebut masih aktif di Instagram untuk mengoptimalkan biaya pemasaran yang terbatas. Mereka juga memiliki tim khusus untuk mengelola akun bisnis tersebut secara aktif untuk membangun organic community. “Dalam satu dekade terakhir ini, Instagram telah menjadi medium komunikasi penting dalam pemasaran daring dan branding,” papar Achmad.

Ia pun menekankan pentingnya brand lokal untuk mampu mengenali potensi pasar serta memiliki ketangkasan untuk menjangkaunya. “Brand lokal kini telah mengubah peta persaingan. Tak hanya melahirkan peluang, tapi juga tantangan. Namun saya percaya, dengan pemahaman yang mendalam dan strategi yang tepat, brand lokal bisa terus berinovasi, berkembang, dan memenangkan pasar,” tutup Achmad Alkatiri yang senantiasa berkomitmen mendukung pertumbuhan brand lokal Tanah Air dan telah melakukan investasi lebih dari Rp 434 miliar ke 15+ brand karya anak negeri. (f) 


Baca Juga: 
Ada Wellness Destination Baru di Sarinah, Jakarta
Strategi Meningkatkan Daya Saing UMKM di Pasar Ekspor
Pandemi Jadi Titik Balik Kamalika Artprints Jadi Makin Besar


Faunda Liswijayanti


Topic

#brandlokal, #wirausaha, #bisnis