
Suasana Penjurian Good Design Indonesia 2021
Foto: Dok. Femina
Inovasi dan kreativitas menjadi kata kunci dalam menciptakan produk yang layak jual. Apalagi jika ingin mampu bersaing di pasar global. Di tengah era perdagangan terbuka, produsen asal Indonesia dituntut untuk lebih meningkatkan daya saing produknya, terutama yang berorientasi pada pasar ekspor. Hal ini disampaikan oleh Didi Sumedi, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Kementerian Perdagangan (Kemendag), saat memberikan sambutannya dalam penjurian dan pemilihan finalis ajang Good Design Indonesia 2021, Selasa 8 Juni 2021 di Jakarta.
Menurut Didi, Indonesia masih memiliki peluang cukup besar untuk meningkatkan produk ekspornya. Negara-negara pasar ekspor produk nonmigas Indonesia, merujuk pada data Kemendag, didominasi oleh Tiongkok, Amerika Serikat, dan Jepang. “Melalui berbagai ajang penganugerahan seperti Good Design Indonesia ini diharapkan semakin banyak muncul produsen-produsen Indonesia yang berhasil menembus pasar ekspor nonmigas,” jelasnya.
Good Design Indonesia (GDI) merupakan ajang penganugerahan berskala nasional yang diberikan kepada karya-karya desain terbaik di Indonesia, baik individu, kelompok, maupun perusahaan. Program ini diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (DJPEN), Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, sejak 2017.
“Setiap tahunnya kami membawa produk-produk yang telah meraih gelar GDI Best pada ajang Good Design Indonesia ini untuk mengikuti ajang berskala internasional Good Design Award atau G-Mark di Jepang,” kata Marolop Nainggolan, Plt. Direktur Pengembangan Produk Ekspor, Kemendag. Karena itu menurutnya GDI merupakan sebuah ajang promosi bagi produk-produk Indonesia sehingga menjadi peluang emas bagi para desainer Indonesia yang ingin agar produknya bisa dipasarkan di luar negeri.
Dalam lima tahun terakhir, menurut Marolop, peserta GDI terus mengalami peningkatan, baik dari sisi jumlah peserta maupun produknya yang dinilai. “Untuk tahun 2021 ini antusiasme peserta cukup tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” katanya. Hal ini terlihat jumlah produk yang didaftarkan yang mencapai 427 produk meningkat 70% dari tahun lalu yang berjumlah 251 produk. Selain itu, menurut Marolop, pada ajang GDI 2021 ini juga sudah semakin terlihat kreativitas-kreativitas para desainer Indonesia.
“Produk-produk yang masuk sudah lebih bervariatif dan ini menunjukkan jika para desainer produk Indonesia sudah memiliki kesadaran untuk lebih meningkatkan kualitas desain produk mereka jika ingin memasuki pasar ekspor,” jelasnya.

Proses interview dengan peserta dilakukan secara langsung dan online.
Foto: Dok. Femina
Hal senada disampaikan oleh Mira Prihatini, CEO and Creative Director Mira and Associates yang juga Ketua Juri GDI 2021. Menurutnya saat awal ajang ini diadakan pada tahun 2017, mayoritas produk yang diikutsertakan adalah produk-produk furnitur. “Sehingga sempat dianggap jika GDI ini merupakan ajang lomba desain produk furnitur,” katanya di sela acara penjurian GDI 2021, Selasa 8 Juni 2021 di Jakarta. Namun seiring dengan berjalannya waktu, kata Mira, jenis produk yang diikutsertakan dalam ajang ini semakin bervarian.
“Artinya para desainer dan kalangan industri sudah semakin memahami jika ternyata GDI ini merupakan ajang bagi mereka untuk dapat memberikan kontribusi terhadap barang-barang atau produk yang akan diekspor oleh Kemendag,” jelasnya. Meskipun demikian, produk GDI masih didominasi oleh produk-produk kriya atau kerajinan sementara produk-produk yang memiliki unsur teknologi masih sangat minim. Padahal, menurut Mira, Kemendag sangat membutuhkan produk kategori tersebut untuk dipasarkan di pasar internasional.
GDI sendiri memiliki berbagai macam kategori produk. “Tak hanya produk kerajinan atau interior, terdapat juga kategori untuk konsep program atau project hingga produk arsitek,” katanya. Khusus untuk produk arsitektur ini, kata Mira, di Jepang sendiri sudah semakin digemari. Menurutnya, Good Design Award sendiri memiliki filosofi untuk membantu masyarakat untuk memiliki kehidupan yang lebih baik melalui pemberdayaan masyarakat.
Kehadiran produk-produk arsitektur pada ajang GDI disambut positif oleh Jacob Gatot S, Co-Founder and Tenant Director M-Bloc Space yang juga menjadi salah satu juri GDI 2021. “Yang menarik dari kategori arsitektur, para desainer semakin inovatif untuk bermain dalam produksi bahan-bahan bangunan, seperti memanfaatkan barang-barang limbah untuk dijadikan produk,” jelasnya.
Namun Jacob juga memberi catatan khusus pada peserta kategori Arsitektur ini. Menurutnya, beberapa karya arsitektur, secara desain masih menonjolkan sisi keindahannya saja. “Padahal poin penting dari ajang penganugerahan GDI ini adalah produk yang dihasilkan harus mampu memberikan solusi pada masyarakat,” tambah Gatot. Misal, untuk sebuah produk rumah, maka harus dipikirkan pengaplikasiannya.
Meskipun demikian, Jacob mengharapkan GDI ini bisa menarik lebih banyak peserta. “Yang pasti sebelum mendaftarkan produknya mereka harus benar-benar memiliki solusi dan membantu masyarakat hidup lebih baik melalui produknya,” katanya.

Diskusi yang cukup intens oleh para juri.
Foto: Dok. Femina
Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, GDI 2021 melibatkan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin). Kehadiran Kadin pada ajang ini, menurut Catharina Widjaja, Chairwoman for United Kindom and Ireland, Kadin, untuk membantu dari segi ekspor dan pemasarannya. “Kemendag harus lebih banyak mempromosikan ajang ini untuk menarik lebih banyak peserta dari daerah,” katanya. Karena itu, menurut Catharina, Kadin siap membantu mempromosikan melalui jejaring pengusaha yang ada dalam Kadin Daerah (Kadinda).
Menurutnya, untuk bisa memiliki daya saing di pasar internasional, suatu produk tidak hanya memiliki keunggulan secara estetika atau keindahan namun juga harus memiliki nilai ekspor. “Selama ini banyak produk-produk bagus namun tidak memiliki nilai pasar atau tidak layak jual,” jelasnya. Selain itu, untuk bersaing di pasar global harus diperhatikan juga kualitas dan kuantitas produknya serta ramah lingkungan. Menurutnya, konsumen di luar negeri sangat
Bagi peserta, ajang penganugerahan GDI sangat membantu mereka dalam mengembangkan produknya. “Bisa menjadi ajang pembuktian diri untuk mengetahui sejauh mana taraf produk yang kita hasilkan,” kata Bismo Aulia Prianggara, salah satu peserta GDI 2021 yang mengusung label Kagara.
“Saya berharap GDI ini terus berjalan setiap tahun supaya bisa menginspirasi para desainer dan pelaku industri kreatif untuk mengembangkan produknya,” kata Handhyanto Hardian dari Handstudio yang juga salah satu peserta GDI 2021.
GDI 2021 sudah memasuki tahap penjurian. Produk yang terdaftar sejak Januari hingga Maret 2021 sudah dilakukan tahap seleksi. Pada tahap penjurian, peserta terpilih diwajibkan mempresentasikan produknya yang mencakup inovasi, fungsi, bentuk, estetika, kualitas dan komersialisasi. Karena masih dalam suasana pandemi Covid-19 maka proses presentasi ini dilakukan secara hybrid, peserta dari luar kota lebih banyak melakukan presentasi secara online, namun beberapa peserta memilih hadir secara langsung. “Proses penjurian ini cukup menyulitkan karena produk-produk yang masuk untuk tahun ini banyak yang bagus,” kata Marolop.
Jumlah total produk yang terdaftar pada GDI 2021 mencapai 427 produk, di mana selanjutnya pihak panitia memilih 296 finalis. Dari finalis akan dipilih kembali untuk menjadi pemenang dari beberapa kategori, yaitu gelar GDI of The Year, gelar GDI Best, dan gelar Good Design Indonesia. Para pemenang akan menerima thropy, sertifikat dan berhak mencantumkan logo Good Design Indonesia. Khusus untuk peserta GDI yang mendapatkan label G-Mark, produknya akan dipromosikan pada webstore Indonesia Goods di Rakuten, salah satu platform e-commerce terbesar di Jepang.
Wiko Rahardjo (Kontributor)
Baca juga:
Raih Peluang Pasar Global Lewat Ajang Good Design Indonesia 2021
Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Yuk, Bergerak Lebih Aktif Untuk Lestarikan Bumi
Soal Sekolah Tata Muka Terbatas, Kemendikbud Ristek Wajibkan Penerapan 5 Prokes Ini
Topic
#GDI2021, #GoodDesignIndonesia, #Kemendag, #design