Trending Topic
Penyakit Kanker Seperti Yang Pernah Diderita Ustadz Arifin Ilham, Bukan Penyakit Instan

8 Jan 2019



Foto: Pexels
 
 
Sebaliknya, orang yang tidak memiliki faktor genetis justru bisa lebih berisiko kanker, jika tidak menjaga gaya hidup dan lingkungan sehat. Fakta itu ditunjukkan dalam penelitian yang sama, yakni sebanyak 95 persen kanker terjadi karena gaya hidup dan lingkungan tidak sehat.

Pola diet yang tidak tepat, sebanyak 30-35 persen, berada di peringkat pertama penyebab kanker. Diikuti oleh rokok sebanyak 25-30 persen, infeksi akibat luka atau penggunaan obat-obatan jangka panjang sebanyak 15-20 persen, obesitas sebanyak 10-20 persen, dan penyebab lain seperti malas berolahraga, stres, polusi lingkungan, serta alkohol menyumbang 10-15 persen.

Mencari penyebab kanker memang penting. Terutama untuk menjaga kualitas hidup Anda dan keluarga dalam jangka panjang. Meski begitu, menyadari tanda-tanda awal momok itu justru harus lebih diutamakan.

Faktor genetis atau gaya hidup pada akhirnya hanya akan menjadi pedoman untuk meningkatkan kualitas hidup. “Karena, sel normal sudah berkembang menjadi sel kanker. Makanya, proses pengobatannya pun sama saja. Kanker, ya, kanker, apa pun penyebabnya,” jelas Asrul.

Keterlambatan seseorang dalam mendeteksi kanker sejak dini, seperti ada benjolan, demam, dan tubuh selalu terasa lemas, yang selama ini menjadi penyebab kematian terbanyak.

Menurut pengamatan Asrul, pada umumnya penderita kanker di Indonesia baru akan datang ke dokter saat penyakitnya sudah mencapai stadium 3 dan 4, bahkan tidak sedikit pula yang sel kankernya sudah menggerogoti tulang.

Kondisi itu tentu lebih menyulitkan proses pengobatan dan hasilnya tidak akan maksimal. Jika sudah sangat terlambat, kanker akan sulit sekali untuk disembuhkan. Pada tahap itu, pengobatan medis hanya bersifat memperpanjang angka harapan hidup dan meningkatkan kualitas hidup.

Jika penderita kanker mulai menjalani pengobatan sejak stadium awal, kemungkinan kesembuhannya bisa mencapai 90 persen. Setelah sembuh, dokter masih akan mengevaluasi pasien selama lima tahun. Jika daya tahan tubuh pasien terjaga dan tetap prima, kesempatan munculnya kanker jenis lain di tempat lain sangat kecil. Maka, pengobatan bisa dihentikan. Dengan syarat, pasien harus berteguh menjalankan gaya hidup sehat.

Asrul juga mengingatkan pentingnya jangka waktu pengobatan maksimal. Meski risiko kanker itu selalu ada, pengobatan medis seperti kemoterapi, penyinaran, dan sistemik tidak boleh dilakukan terus-menerus. Hal itu justru dapat mendorong risiko secondary cancer atau kanker yang muncul akibat efek samping pengobatan jangka panjang.

“Jumlahnya sedikit sekali, tetapi kemungkinannya ada. Jenisnya selalu berbeda dari kanker yang pertama menyerang. Biasanya menyerang darah. Kalau penyinaran, sifatnya lokal. Kanker bisa saja muncul di daerah yang kering karena efek penyinaran itu,” ujar Asrul.

Agar pengobatan lebih maksimal, ia menyarankan melakukan deteksi dini dan penanganan medis menyeluruh yang melibatkan pembedahan oleh spesialis bedah onkologi, penyinaran oleh spesialis onkologi radiasi, dan pengobatan sistemis oleh spesialis onkologi medis.

Apa pun penyebabnya, kanker merupakan penyakit yang bisa Anda cegah. Faktor genetis tidak mutlak membuat Anda memiliki kanker. Sebaliknya, gaya hidup dan lingkungan yang kurang sehat bisa memicu sel kanker dalam tubuh  tiap orang. Kesehatan bisa selalu Anda perjuangkan. (f)


Topic

#kanker, #kesehatan, #penyakit, #gayahidup