
(foto: dok. Mondelez Indonesia)
Ngemil tak lagi hanya berfungsi untuk asupan tubuh, namun banyak orang menggunakan momen menikmati ngemil untuk membangun kedekatan sosial, koneksi, dan bahkan membentuk identitas pribadi mereka. Ini terlihat dalam sebuah survei bertajuk The State of Snacking yang menganalisis kebiasaan, wawasan, dan tren ngemil konsumen di Indonesia dan 11 negara lainnya.
Walaupun isu yang diangkat terkesan remeh, namun survei yang diadakan oleh Mondelez International ini punya tujuan penting.
“Kami menyadari bahwa terjadi perubahan kebiasaan ngemil dengan meningkatnya urbanisasi, padatnya kesibukan, serta berubahnya keinginan masyarakat. Survei ini bertujuan untuk mempelajari kebiasaan konsumen dan menemukan berbagai pemahaman baru tentang peran camilan, baik fungsional maupun emosional, dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia yang sangat lekat dengan camilan,” terang Sachin Prasad, President Director Mondelez Indonesia.
Berikut ini adalah beberapa temuan survei The State of Snacking yang dirilis pada Desember 2019 :
1/ Lebih Banyak Mengonsumsi Camilan Daripada Makanan Berat
Lebih tinggi dari rata-rata global, orang Indonesia mengonsumsi camilan lebih sering daripada makanan berat, yakni hampir 3 kali sehari, dibanding 2,5 kali makanan berat sehari. Sekitar 75% responden mengatakan bahwa makanan ringan yang gampang dikonsumsi di sela-sela aktivitas mereka lebih cocok dengan gaya hidup saat ini.
Sementara itu sekitar 77% (18% lebih tinggi dari rata-rata global) lebih memilih mengkonsumsi makanan ringan lebih sering di sepanjang hari daripada sesekali mengonsumsi makanan berat. Bahkan 53% mengatakan bahwa mereka tidak memiliki waktu lagi untuk makan makanan berat.
2/ Cenderung Mengonsumsi Camilan di Pagi Hari
Survei menemukan bahwa masyarakat Indonesia cenderung mengonsumsi camilan di pagi hari, lebih pagi di antara negara-negara lainnya, yakni diantara makan pagi dan makan siang.
Terkait temuan ini, Dr. Erna Ermawati Chotim, M.Si, sosiolog, menambahkan bahwa fenomena ini terjadi karena orang Indonesia rata-rata menempuh perjalanan panjang menuju tempat kerja masing-masing, sehingga memerlukan waktu lebih pagi untuk menyiapkan segala sesuatunya sebelum berangkat. Maka dari itu mereka memerlukan camilan untuk pengisi energie setelah makan pagi dan sebelum makan siang.
3/ Camilan Diperlukan untuk Memenuhi Kebutuhan Emosional dan Mental
Ternyata masyarakat Indonesia memerlukan ‘ngemil’ untuk kebutuhan mental dan emosional, dibandinkan sekadar mengenyangkan perut. Sekitar 93% mengatakan bahwa ‘ngemil’ dilakukan untuk meningkatkan suasana hati. Sedangkan 91% untuk menemukan momen tenang atau me-time dengan diri sendiri dan memberikan rasa nyaman. Sementara itu hanya 84% responden yang mengatakan ‘ngemil’ diperlukan untuk memberikan asupan untuk tubuh.
4/ “Ngemil” Untuk Meningkatkan Kebersamaan
Menariknya, 23% lebih tinggi dari rata-rata global, 86% responden mengatakan bahwa mereka mempergunakan momen ‘ngemil’ untuk menciptakan kebersamaan dengan orang lain. Tak hanya itu, masyarakat Indonesia melihat camilan sebagai sebuah medium untuk terhubung dengan dirinya sendiri dan juga budayanya.
Sekitar 59% responden – 27% lebih tinggi dari rata-rata global- mengatakan bahwa mereka memiliki tradisi ‘ngemil’ setiap hari. Ternyata 68% dari responden Indonesia percaya bahwa kebiasaan ngemil dapat mempertahankan tradisi keluarga.
Menurut Erna temuan ini berhubungan dengan sifat masyarakat Indonesia yang komunal.
“Masyarakat Indonesia sedari dulu menggunakan makanan atau camilan sebagai pencair suasana dalam momen kebersamaan, apalagi orang Indonesia meman gmerupakan masyarakat kolektif yang senang bersosialisasi. Jadi sangat relevan bahwa menikmat icamilan menjadi momen untuk menjadi lebih terhubung dengan lingkungan sosialnya,” ujarnya.(f)
BACA JUGA:
Berkreasi dengan Motif Batik Kudus
Skuter Listrik Resmi Dilarang di Jalan Umum
Seni Sebagai Penyembuh Jiwa
Topic
#survei, #camilan, #thestateofsnacking, #surveingemil, #mondelez