
Foto: badmintonindonesia.org
Indonesia harus menelan pil pahit di negeri sendiri. Di turnamen BCA Indonesia Open Super Series Premier 2016 (BIOSSP 2016) yang digelar di Istora Senayan, Jakarta, 30 Mei – 5 Juni, pemain tuan rumah belum bisa memetik gelar juara. Juara pun dibagi rata untuk lima negara.
Jepang meraih gelar melalui ganda putri nomor satu dunia, Misaki Matsumoto/Ayaka Takahashi, sedangkan Tiongkok menjuarai ganda campuran melalui Xu Chen/Ma Jin. Lee Chong Wei, tunggal putra peringkat dua dunia asal Malaysia, menyamai rekor Taufik Hidayat, Ardy B. Wiranata, dan Susy Susanti dengan menjuarai Indonesia Open yang keenam kalinya.
Atlet Korea pujaan Istora, Lee Yong-dae, menjuarai ganda putra bersama pasangannya, Yoo Yeon-seong. Sedangkan partai tunggal putri secara mengejutkan direbut oleh Tai Tzu Ying asal Taiwan.

Foto: badmintonindonesia.org
Meski tanpa wakil Indonesia di final, Istora tetap dipadati oleh pencinta bulu tangkis. Mereka nggak mau melewatkan penampilan bintang top dunia, terutama Lee Yong-dae, peringkat satu dunia ganda putra bersama Yoo Yeon-seong. Selain jago di lapangan, paras tampan Yong-dae membuat pemain berusia 27 tahun ini selalu membuat histeris penonton wanita.
“Saya senang penonton Istora selalu mendukung saya sehingga saya merasa bermain di rumah sendiri. Namun di satu sisi, saya jadi merasa terbebani. Berhubung mereka sudah mendukung saya, otomatis saya pun punya tanggung jawab untuk menang,” ujar Yong-dae di press conference.
Selama turnamen, nggak sedikit penonton yang ‘mengejar’ Yong-dae, baik untuk minta tanda tangan maupun berfoto bareng. Mereka juga sering, tuh, memberikan hadiah untuk sang idola.
“Saya sangat berterima kasih kepada penonton di sini, yang nggak hanya menemui saya di stadion, tapi juga di hotel. Saya sering menerima hadiah dari fans Indonesia. Hadiah yang paling berkesan adalah koleksi foto kemenangan saya dari junior hingga sekarang,” ujarnya.
Rasa terima kasih Yong-dae terhadap penonton ditunjukkan di partai final berakhir. Setelah mengalahkan pasangan Tiongkok, Chai Biao/Hong Wei, Yong-dae pun melemparkan raket dan kaus ke arah penonton.
“Main di hadapan penonton Indonesia membuat kami semangat sekaligus tegang. Lawan bermain menyerang, kondisi lapangan berangin. Kami senang bisa meraih gelar juara lagi di sini. Kami melempar raket dan kaus ke arah penonton sebagai bentuk ucapan terima kasih kepada supporter Indonesia yang telah mendukung kami,” tambah Yong-dae yang menjuarai Indonesia Open untuk keempat kalinya.

Foto: badmintonindonesia.org
Kemunculan ganda pelapis
Rapor pemain Indonesia di BIOSSP 2016 memang tidak terlalu bagus, terutama pemain senior. Juara All England Praveen Jordan/Debby Susanto kalah di babak pertama, sedangkan tiga ganda yang diandalkan untuk merebut juara, yaitu Liliyana Natsir/Tontowi Ahmad, Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari, dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, kandas di babak kedua.“Saat di Thomas Cup, kami mungkin lebih siap sehingga unggul dari pasangan Denmark. Kali ini, mereka lebih siap,” ujar Hendra Setiawan setelah kekalahan dari Mads Conrad-Petersen/Mads Pieler Kolding.
Di tengah jebloknya performa pemain senior, pemain pelapis justru unjuk gigi dan menjadi pemain yang paling lama bertahan hingga babak perempat final. Ganda putri Indonesia, Tiara Rosalia Nuraidah/Rizki Amelia Pradipta, mengalahkan juara Olimpiade asal Tiongkok, Zhao Yunlei/Qing Tian, 17-21, 21-17, 21-18.
Di babak kedua, ganda putri lainnya, Anggia Shitta Awanda/Ni Ketut Mahadewi Istarani mengalahkan unggulan enam asal Korea, Jung Kyung-eun/Shin Seung-chan, 21-19, 19-21, 21-19. Sedangkan ganda campuran Alfian Eko Prasetya/Annisa Saufika yang bermain dari babak kualifikasi sukses mengalahkan juara Super Series Final 2015 asal Inggris, Chris Adcock/Gabrielle Adcock di babak pertama, 24-22, 18-21, 21-16. Pasangan ini pun melaju hingga perempat final sebelum dikalahkan juara Olimpiade Beijing, Zhang Nan/Zhao Yunlei.

Foto: badmintonindonesia.org
Setelah Thomas Cup, tunggal putra muda Indonesia kembali menjadi sorotan di BIOSSP 2016. Pemain berusia 18 tahun, Jonatan Christie, menjadi bahan pembicaraan setelah mengalahkan jagoan Tiongkok, Lin Dan, di babak kedua, 21-12, 21-12.
“Saya tentu senang, ya, bisa mengalahkan Lin Dan. Pertama, dia idola saya. Kedua, bagaimana pun level permainannya masih di atas saya. Saya sangat berterima kasih kepada pendukung Istora yang membuat saya main penuh semangat,” ujar pemain yang akrab dipanggil Jojo ini.
Namun, di babak perempat final, pemain pujaan Istora ini harus mengakui keunggulan peringkat lima dunia asal Denmark, Jan O Jorgensen, 21-14, 19-21, 14-21. Jan pun memberikan pujian kepada Jojo.
“Saya minta maaf karena mematahkan hati para pendukung Indonesia. Namun, kalian tidak perlu khawatir. Kalian memiliki tiga pemain harapan yang akan bersinar, yaitu Jonatan, Ihsan, dan Anthony.”
Ihsan Maulana Mustofa juga mencuri perhatian publik. Ihsan menjadi satu-satunya pemain Indonesia yang melaju ke babak semi final, setelah mengalahkan Rajiv Ouseph asal Inggris di perempat final, 17-21, 21-12, 21-12.
“Setelah Thomas Cup, mental saya sempat jatuh karena gagal menyumbang poin di final. Namun, pelatih dan keluarga mengatakan agar saya tidak malu atas kekalahan saya. Sebaliknya, saya harus membuktikan kalau saya bisa berbuat lebih baik lagi.”
Sayang, di semi final Ihsan kalah dari Lee Chong Wei asal Malaysia yang jauh lebih berpengalaman, 9-21, 18-21.
“Saya banyak belajar dari Chong Wei, dari segi teknik pukulan dan ketenangan dalam bermain,” ujarnya.
Chong Wei pun memberikan pujian terhadap permainan Ihsan.
“Tipe permainan Ihsan seperti Taufik Hidayat, yaitu pemain menyerang. Satu atau dua tahun lagi, dia bersama Jonatan dan Anthony bisa masuk top 10 dunia,” ujar Chong Wei.
Pelatih tunggal putra, Hendry Saputra, mengaku bangga atas pencapaian anak didiknya.
“Tahun lalu Ihsan hanya sampai babak kualifikasi, sekarang sudah masuk semi final. Anthony sempat masuk semi final Hong Kong Super Series 2015, sedangkan Jonatan pernah melaju ke semi final Malaysia Super Series Premier 2016. Ketiganya memiliki teknik yang bagus dan bisa merepotkan pemain top 10. Yang kurang adalah mental dan keuletan. Inilah pekerjaan rumah saya untuk membentuk mereka menjadi pemain top 5 dunia.”
Dengan prestasi ini, Rexy Mainaky, Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI, menantang para pemain lapis kedua untuk menjadi juara di turnamen-turnamen selanjutnya.
“Dua tahun lagi kita punya tiga pemain tunggal putra yang sekarang levelnya tidak jauh dengan pemain top 10 dunia. Jonatan, Ihsan, dan Anthony hanya kurang tenang, sering terprovokasi lawan, dan labil. Ke depannya, pemain lapis dua ini kami nilai sudah siap. Tidak hanya sekadar menciptakan kejutan, akan kami tantang, bisa nggak menjadi juara?” tutup Rexy.
Semoga bisa juara, ya! (f)
Hasil lengkap final BCA Indonesia Open Super Series 2016:
Misaki Matsumoto/Ayaka Takahashi (Jepang) vs Yu Yang/Tang Yuanting: 21-15, 8-21, 21-15
Xu Chen/Ma Jin (Tiongkok) vs Ko Sung-hyun/Kim Ha-na (Korea): 21-15, 16-21, 21-13
Lee Chong Wei (Malaysia) vs Jan O Jorgensen (Denmark): 17-21, 21-19, 21-17
Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong (Korea) vs Chai Biao/Hong Wei (Tiongkok): 13-21, 21-13, 21-16
Tau Tzu Ying (Taiwan) vs Wang Yihan (Tiongkok): 21-17, 21-8
Topic
#bulutangkis