Trending Topic
Laporan Terbaru PBB: Perempuan Lebih Rentan Terdampak COVID-19

11 Nov 2020


Foto: Freepik


Mengatasi dampak gender dari COVID-19 merupakan kunci untuk  memastikan kemajuan akan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya  terhadap kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan dan anak perempuan di Indonesia. Hal  ini diungkapkan dalam laporan terbaru tentang dampak gender dari pandemi oleh Badan Perserikatan  Bangsa Bangsa (PBB) untuk kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, UN Women.

Laporan bertajuk Menilai Dampak COVID-19 terhadap Gender dan Pencapaian Tujuan Pembangunan  Berkelanjutan di Indonesia ini mengungkap bagaimana COVID-19 mengekspos kerentanan perempuan  terhadap guncangan ekonomi dan memperdalam ketidaksetaraan yang sudah ada di Indonesia sejak  sebelum pandemi. Hal ini tentu saja dikhawatirkan dapat membalikkan kemajuan dalam pencapaian SDG yang telah berlangsung selama ini. 

Laporan yang didukung oleh insiatif “Women Count” dari UN Women dan The United Nations (UN) COVID-19 Multi-Partner Trust Fund berkerja sama dengan UNICEF, WFP, dan UNDP ini memuat beberapa fakta menarik. Dalam hal ekonomi, perempuan di Indonesia banyak bergantung dari usaha keluarga, tetapi 82% dari mereka mengalami penurunan dalam sumber pendapatan. Meskipun 80% laki-laki juga mengalami  penurunan serupa, namun bukti menunjukkan bahwa laki-laki mendapatkan keuntungan dari sumber  pendapatan yang lebih luas. Fakta lainnya, sejak pandemi, 36% perempuan, dibandingkan dengan 30% laki-laki pekerja informal harus mengurangi waktu kerja berbayar mereka.

Pembatasan sosial dan anjuran #dirumahsaja juga berdampak pada pekerjaan rumah tangga. Faktanya, dalam hal ini perempuan masih memikul beban terberat. Sekitar 69% perempuan dan 61% laki-laki menghabiskan lebih banyak waktu mengerjakan pekerjaan rumah tangga tak berbayar. Demikian  pula, 61% perempuan menghabiskan lebih banyak waktu untuk kerja pengasuhan tak berbayar, dibandingkan  dengan 48% laki-laki.

Beban yang semakin berat dirasakan oleh wanita membuat COVID-19 disebut telah mempengaruhi kesehatan mental dan emosional perempuan secara tidak proporsional. Meskipun jumlah laki-laki yang meninggal karena COVID-19 lebih banyak, tetapi dampak terhadap kesehatan mental lebih besar dirasakan oleh perempuan.

Hampir 57% perempuan mengalami peningkatan stres dan kecemasan, dibandingkan dengan 48% laki-laki. Meningkatnya beban pekerjaan rumah tangga dan kerja  pengasuhan, kecemasan karena kehilangan pekerjaan dan pendapatan, serta efek pembatasan  pergerakan terhadap kekerasan berbasis gender dapat menjadi faktor penyebab.

“Laporan ini memperlihatkan dengan jelas bahwa perempuan terdampak secara tidak proporsional oleh pandemi. Data yang dikumpulkan sangat penting untuk memastikan bahwa intervensi yang ada  dirancang untuk perempuan, terutama bagi mereka yang merupakan kelompok rentan. Data terbaru  ini diharapkan dapat membantu Satgas Penanganan COVID-19, mitra-mitra pembangunan, serta sektor swasta di Indonesia dalam pembuatan keputusan untuk mendukung respons kuat terhadap COVID-19 agar dapat memenuhi kebutuhan perempuan dan anak perempuan, serta dalam  mempromosikan upaya pemulihan yang cepat,” ucap Jamshed Kazi, UN Women Representative for  Indonesia and Liaison to ASEAN.

Menurut Menteri Pemberdayaan  Perempuan dan Perlindungan Anak, I Gusti Ayu Bintang Darmawati, dalam kondisi saat ini penyediaan data yang komprehensif terkait sejauh mana pandemi COVID-19 berdampak terhadap  gender dan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia sangat diperlukan untuk  menentukan arah kebijakan ke depan yang lebih responsif dan efektif. “Hasil  survei ini dapat  menjadi dasar bagi kita semua untuk dapat merancang dan melaksanakan kebijakan, yang tepat  sasaran,” kata Bintang.

Selain dampak dari COVID-19, survei yang diluncurkan melalui pesan SMS dengan tautan survei, yang disebar melalui jaringan Indosat Ooredoo selama April dan Juli 2020 kepada pengguna ponsel yang  dipilih secara acak ini juga menunjukkan bahwa 88% perempuan dan 85% laki-laki memiliki pengetahuan terkait pembatasan jarak fisik. Hal ini menunjukkan bahwa kampanye 3M bisa dikatakan berhasil. Walaupun masih harus didalami lagi apakah pengetahuan tersebut sejalan dengan perilaku sehari-hari. (f)

Baca Juga: 
Peran Penting Ibu Dalam Melaksanakan Protokol Kesehatan
Survei Femina: Mayoritas Wanita Paham COVID-19
Norma Sosial Jadi Alasan Orang Rendah Terapkan Disiplin Perilaku Jaga Jarak
 

 


Faunda Liswijayanti


Topic

#ingatpesanibu, #3m, #satgas, #covid19, #corona