
Foto: Fotosearch
Mendengar kata konflik, yang langsung terbayang di benak kita biasanya seputar kerusuhan antar massa di suatu tempat. Padahal, konflik nggak selalu berkaitan dengan kekerasan. Kita yang hidup di lingkungan damai-sentosa pun setiap hari sebenarnya berhadapan dengan konflik, mulai dari bangun tidur sampai terlelap di malam hari. Contoh paling gampang, misalnya urusan sarapan. Mau pilih nasgor atau bubur ayam, ya? Ingin makan nasgor di rumah, bisa kesiangan sampai kantor. Sementara kalau makan bubur ayam di depan kantor, takut maag keburu kambuh karena kelamaan kena macet di jalan. Tuh, sekadar memilih sarapan saja, kita sudah menghadapi konflik.
Kenali Polanya!
Berdasarkan pengamatan psikolog Rima Olivia, banyak dari kita merasa mengalami masalah tanpa menyadari bahwa sebenarnya yang dihadapi adalah konflik.
“Padahal jika tahu polanya, akan lebih mudah bagi kita. Bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga saat berhubungan dengan orang lain,” kata Rima.
Pertama-tama, kita mesti mengenali dulu bahwa ada tiga macam konflik:
1/ Approach - avoidance conflict
Terjadi bila terdapat dua sisi di dalam pilihan, yaitu sisi menyenangkan dan sisi nggak menyenangkan. Misalnya, ingin beli iPad 2, tapi untuk membelinya harus berkorban tidak jajan selama dua bulan.
2/ Approach - approach conflict
Terjadi saat kita kesulitan menentukan pilihan karena dua-duanya sama menyenangkan. Misalnya, di waktu bersamaan diajak liburan oleh sahabat ke Bali, sementara ortu ngajak ke Singapura.
3/ Avoidance - avoidance conflict
Terjadi saat ada dua hal yang sama-sama nggak menyenangkan, tapi tetap harus dipilih. Misalnya, memilih antara naik TransJakarta yang nunggunya lama atau naik ojek yang helmnya bau apek.
Nah, tiga konflik ini bisa terjadi secara intrapersonal maupun interpersonal. Intrapersonal bila hanya melibatkan diri sendiri (seperti contoh di atas, bingung antara mau sarapan nasgor atau bubur ayam), sementara interpersonal bila ada orang lain yang terlibat. Misalnya, kita ingin nonton drama, tapi si dia maunya nonton action. Itu termasuk approach - avoidance conflict yang interpersonal.
“Konflik akan terasa menyulitkan bila yang dipermasalahkan merupakan hal yang bermakna banget bagi kita—biasanya jadi lebih emosional, sih,” kata Rima.
Ternyata ada lima gaya dalam menghadapi konflik, terutama yang sifatnya interpersonal. Satu gaya nggak bisa disebut lebih baik dari gaya lain, karena penggunaannya harus disesuaikan dengan situasi. Bisa jadi gaya A paling tepat digunakan dalam situasi B, sementara gaya X paling cocok untuk situasi Z. Berikut lima ‘rumusnya’:
1/ Avoidance
Berusaha menyingkir dari permasalahan.
Gunakan saat:
-Berada di situasi yang mengancam.
-Perlu menenangkan pihak lain dan mengurangi ketegangan.
2/ Kompromi
Menemukan solusi yang dapat diterima kedua belah pihak, di mana keduanya menurunkan derajat kepentingan masing-masing.
Gunakan saat:
-Butuh mencapai posisi nyaman untuk sementara waktu.
-Dua pihak teguh pada kepentingan masing-masing
3/ Akomodasi
Mengabaikan kepentingan pribadi untuk memuaskan keinginan pihak lain—ada pengorbanan.
Gunakan saat:
-Ingin menciptakan harmoni dan menghindari perpecahan.
-Ingin membiarkan pihak lain bereksperimen dan belajar dari kesalahannya sendiri.
4/ Kompetisi
Mempertahankan posisi yang dipercayai benar, dengan cara memaksakan keinginan.
Gunakan saat:
-Butuh solusi cepat sementara waktu terbatas.
-Kita tahu bahwa kita memang benar, dan dilakukan untuk kebaikan bersama.
5/ Kolaborasi
Menggali permasalahan untuk menemukan alternatif yang dapat memenuhi keinginan kedua pihak, dengan mencari solusi kreatif dan integratif.
Gunakan saat:
-Butuh menyatukan pemikiran dua pihak yang memiliki perspektif berbeda.
-Keinginan dua pihak terlalu penting untuk dikompromikan.
Rima bilang, tahu rumus di atas bukan jaminan bahwa diri kita akan terbebas dari konflik selamanya.
“Tetap diperlukan kecerdasan emosi, karena konflik begitu dinamis dan terus berubah. Ada keterlibatan ego di dalamnya. Diperlukan fleksibilitas dalam menghadapi konflik,” ujar Rima. (f)
Baca juga:
Emosi Masih Labil di Usia Matang? Pelajari Emotional Healing!
6 Penyebab Konflik Muncul di Kantor
5 Langkah Mudah Mengendalikan Emosi dalam Situasi Konflik
Topic
#konflik