
Di bidang apa pun kita berkarier, kita tak bisa menghindari office politic. “Pada dasarnya, politik kantor berkaitan dengan permainan kekuasaan, hubungan dekat, dan otoritas. Tetapi, politik kantor bukan berarti penyalahgunaan otoritas,” jelas Eileen.
Disadari atau tidak, tiap orang pasti berpolitik di kantor. Asalkan dilakukan untuk kepentingan bersama, menurut Eileen, hal itu tak jadi masalah. Sebaliknya, politik kantor bisa berakibat fatal bila dilakukan untuk kepentingan pribadi, misalnya dengan cara menjebak dan menghasut orang lain.
“Bila ada seseorang yang menjebak rekan kerja, itu namanya bukan berpolitik, tapi bersikap curang sebagai bagian dari vested interest,” ujar Eileen. Vested interest berkaitan dengan upaya seseorang untuk menghasut, memengaruhi orang lain, atau membuat rencana tertentu demi mencapai tujuan pribadi, sekalipun harus dengan cara yang curang.
Mengingat di tiap kantor pasti ada pihak-pihak yang melakukan upaya vested interest, Eileen pun mengimbau agar kita selalu bersikap peka dengan lingkungan kantor, termasuk memilih teman yang tepat. “Ini penting agar Anda memahami siapa saja yang bisa dipercaya dan siapa yang tidak,” paparnya.
Menemukan teman yang tepat ibarat menemukan pasangan. Diperlukan kepercayaan dan kecocokan yang muncul secara alami, dan tak bisa dipaksakan. “Bersikap baik kepada semua orang memang penting. Tetapi, kita juga harus peka dengan lingkungan sekitar agar tidak terjebak. Bila merasa tidak nyaman berteman dengan orang-orang tertentu, ya, jangan dipaksakan. Karena, mungkin ketidaknyamanan Anda merupakan intuisi yang perlu Anda perhatikan,” jelasnya.
Usaha menemukan teman yang sehati bisa dilakukan dengan cara bergabung dengan jaringan yang tepat. Menurut Eileen, pekerjaan itu ibarat sebuah jaringan yang bentuknya bermacam-macam. Mulai dari struktur organisasi, pertemanan, kegemaran, hingga hidangan favorit saat makan siang.
“Contoh paling gampang yaitu jaringan makan siang. Tak jarang seseorang bisa menemukan teman yang sevisi dari obrolan santai selama makan siang. Nah, dari situ kita bisa mulai melakukan observasi untuk mencari tahu mana orang yang bisa kita percaya, mana yang tidak,” sarannya.
Menurut Eileen, mereka yang bermuka dua biasanya menunjukkan sikap tidak konsisten, baik tindakan maupun pemikiran. Orang dengan sikap inilah yang biasanya tidak bisa dipercaya dan berpotensi menjatuhkan kita. (f)