Trending Topic
Faktanya, Wanita Menjadi Korban Sekaligus Pelaku Beauty Bullying di Sosial Media

30 Jul 2019

Dok: Lux

Ketika berselancar di sosial media, rasanya tak sulit untuk kita menemukan komentar negatif yang menyerang penampilan fisik atau social beauty bullying. Comment netizen tersebut tak hanya diberikan untuk para public figure, orang awam pun bisa mendapatkan perlakuan yang sama.

Pengamatan dan pengalaman inilah yang dirasakan Maudy Ayunda. Sebagai sosok public figure dengan sederet prestasi yang membanggakan, tak jarang ia menerima komentar atau ‘nyinyiran’ terkait penampilannya di media sosial. “My bunny teeth selalu jadi komentar. Mirisnya, beauty bullying lewat ranah media sosial ini kebanyakan dilakukan oleh sesama wanita,” ungkap Brand Ambassador Lux itu. 

Menurut Nuran Abdat, M.Psi, Psikolog Klinis dari Brawijaya Healthcare, beauty bullying adalah suatu tindakan atau agresif yang dilakukan individu bisa berupa komentar verbal tentang fisik dan kecantikan, yang membuat lawan bicaranya merasa terintimidasi, tertekan, dan terhina. 

Beauty bullying ini bisa saja dilakukan oleh orang terdekat, dan kini oleh siapa saja yang terkoneksi melalui sosial media. Perilaku social beauty bullying di media sosial umumnya berupa komentar seputar penampilan seperti make-up, model rambut, fitur fisik, dan lain-lain.  

Nuran juga mengamini bahwa kebanyakan beauty bullying terutama di sosial media, justru terjadi antara sesama wanita. Menurutnya, budaya patriarki yang mengakar pada masyarakat Indonesia sedikit banyak memengaruhi kondisi tersebut. 

“Dibandingkan pria, wanita cenderung tidak mendapat ruang yang cukup untuk mengembangkan kompetensinya, sehingga ketika bearad di lingkungan sosial, kompetisi yang muncul menjadi tidak sehat. Wanita menilai dirinya atau person value-nya dari luar, penampilan fisik yang kasat mata menjadi salah satunya. Selain itu, wanita juga terpendam dalam mengeluarkan emosi atau agresinya. Maka ketika ada sosial media, yang tidak perlu bertatapan muka, komentar yang disampaikan jadi cenderung agresif,” terang Nuran. 

Berdasarkan data dari The Cybersmile Foundation, social beauty bullying telah menjadi permasalahan mainstream yang dialami lebih dari 45 juta wanita di dunia. Ironisnya, tindakan tersebut kerap kali datang dari sesama wanita, baik dari keluarga, kerabat, rekan sekantor ataupun teman yang dapat mempengaruhi sisi psikologis dari wanita tersebut. 

“Dulu saya berpikir bahwa menerima komentar negatif tentang penampilan di media sosial merupakan risiko sebagai public figure. Tapi lama-lama saya semakin menyadari bahwa tidak sepatutnya kita tinggal diam,” ungkap Maudy. 

Lantas efek psikis apa yang bisa muncul dari korban beauty bullying? Lebih lanjut Nuran menjelaskan meski terlihat hanya sebagai sebuah komentar di sosial media, beauty bullying bisa memberikan pengaruh buruk. Salah satunya berpengaruh pada citra diri, bagaimana seseorang memandang dirinya, orang lain, dan lingkungannya, sekaligus menurunkan kepercayaan diri. 

“Komentar negatif itu bisa menjadi stresor yang bisa meningkatkan kadar stres seseorang. Stres yang dibiarkan berlarut bisa menjurus pada depresi, hingga yang terburuk keinginan untuk bunuh diri. Jadi jangan dianggap enteng,” jelasnya.

Dampak dari tindakan beauty bullying tidak hanya mengganggu kondisi mental korban, tapi juga pelaku. Nuran pun mengingatkan agar seseorang harus menghargai dirinya sendiri, agar dapat menghargai orang lain. 

Permasalahan social beauty bullying ini pula yang membuat Maudy bersama Lux menyuarakan inisiatif #STOPBeautyBullying bagi para wanita Indonesia. Bahwa setiap wanita itu cantik dan berhak untuk mengekspresikan kecantikannya tanpa terkecuali dan mengesampingkan komentar – komentar negatif orang lain terhadap dirinya.

Lily Puspasari, Programme Management Specialist UN Women yang juga turut hadir dalam acara ini mengatakan, di seluruh dunia, Wanita terus mengalami kekerasan, terlepas dari tingkat pendidikan, status sosial, maupun usia mereka. Bullying sebagai salah satu bentuk kekerasan terhadap wanita, termasuk di media sosial, seringkali luput dari perhatian dan dianggap sebagai suatu hal yang biasa. 

“Untuk itu, UN Women ingin mengajak seluruh pihak untuk melakukan aksi untuk menghentikan normalisasi atas tindakan kekerasan, serta menciptakan ruang aman bagi wanita dan anak perempuan yang memungkinkan bagi mereka untuk meraih potensi seutuhnya dan berkontribusi bagi kehidupan bermasyarakat,” kata Lily. 

Bersamaan dengan peluncurkan inisiatif #STOPBeautyBullying, LUX juga meluncurkan produk terbarunya LUX by Maudy Ayunda, Shimmering Sandalwood Musk. “Bersama dengan ini, kami berharap semakin banyak perempuan Indonesia melawan social beauty bullying. There is no such thing as beauty standard, because every women is beautiful,” tutup Maulani Affandi, Head of Skin Cleansing & Baby PT Unilever Indonesia Tbk. (f)


Baca Juga: 
Awkarin Tinggalkan Instagram Karena Takut Kembali Depresi. Ini 5 Tanda Media Sosial Memengaruhi Kesehatan Mental Anda
Hati-hati Pencurian Data Saat Berlibur
Parenting 4.0, Membesarkan Anak Di Era Digital
 

 

Faunda Liswijayanti


Topic

#beautybullying