Trending Topic
Fakta Sunat Perempuan di Indonesia

25 Apr 2016


Foto: Stocksnap.io

Sebagai salah satu bentuk upaya untuk melindungi wanita dan anak-anak membuat United Nations Children’s Fund (UNICEF) menetapkan tanggal 6 Februari sebagai hari Zero Tolerance Day to Female Genital Mutilation (FGM). Tahun ini, secara mengejutkan UNICEF mengeluarkan pernyataan bahwa setengah dari 200 juta anak perempuan berusia 0 – 14 tahun yang mengalami sunat perempuan antara tahun 2010 – 2015, terjadi di Gambia, Mauritania, dan Indonesia! Bila PBB menyatakan bahwa praktik sunat perempuan menjadi salah satu indikator apakah suatu negara sudah memberi perlindungan terhadap anak, bagaimana kita menyikapinya?
 
Di datanya, UNICEF memang tidak menjelaskan secara detail seperti apakah sunat perempuan secara teknik. Namun, World Health Organization (WHO) membagi definisi sunat perempuan menjadi empat kategori. Tipe I, memotong sebagian atau seluruh bagian klitoris. Tipe II, memotong seluruh atau sebagian klitoris dan labia minora, dengan atau tanpa memotong labia mayora. Tipe III, menjahit atau menyempitkan mulut vagina (infibulasi). Tipe IV, prosedur lain yang bisa membahayakan alat kelamin wanita tanpa indikasi medis sepertu menindik, menggores, atau menusuk vagina.

Dengan definisi tersebut, jelas data yang dirilis UNICEF bahwa  49% anak perempuan berusia 0-14 di Indonesia mengalami sunat perempuan sangat mengagetkan  dan membuat miris. Berbagai pihak kemudian mempertanyakan data tersebut pada Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang menyumbangkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKEDAS) 2013 ke dalam data UNICEF tersebut.
           
“Pertanyaan tentang sunat perempuan memang dimasukkan dalam survei RISKESDAS 2013 yang mencakup 300.000 rumah tangga di 33 provinsi secara  acak. Hal ini untuk mencari tahu gambaran secara umum di masyarakat sehingga tahu intervensi seperti apa yang paling tepat untuk dilakukan,” ujar dr. Eni Gustina, MPH, Direktur Kesehatan Keluarga, Direktorat Kesehatan Keluarga, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kepentingan pencarian data survei itu didasari fakta bahwa banyaknya praktik sunat di berbagai daerah di Indonesia yang dilakukan sebagai bagian dari tradisi. Survei itu menemukan bahwa Gorontalo menjadi daerah dengan praktik sunat perempuan terbanyak di Indonesia. Ini karena di sana masih kuat tradisi yang disebut mo polihu lo limu atau sering disebut molubingo

Mo polihu lo limu dalam bahasa daerah Gorontalo berarti mandi air ramuan jeruk, sedangkan molubingo artinya mencubit. Inti dari tradisi ini adalah mengkhitan anak perempuan yang menjelang usia dua tahun sebagai bukti keislaman seorang wanita.

Acara ini dimulai dengan pembacaan doa selawat, lalu membasuh air wudu pada anak perempuan yang akan dikhitan. Di dalam kamar, anak perempuan yang akan dikhitan didudukkan di atas bantal di pangkuan orang tua, dan ditutup kain putih. Khitan dilakukan dengan membersihkan selaput tipis di klitoris dengan cara mencubit, tanpa melukai apalagi sampai mengeluarkan darah, dilanjutkan dengan mandi air jeruk.

Di bagian selatan Sulawesi, masyarakat Bugis juga mengenal tradisi khitan bagi anak perempuan yang disebut makkatte’ sebagi ritual pengislaman bagi anak perempuan. Biasanya dilakukan pada anak berusia antara 4 – 7 tahun. Proses khitan yang biasanya menggunakan pisau kecil ini dilakukan oleh sanro, wanita yang ahli dan dipercayai oleh keluarga si anak.

Tradisi membuang selaput tipis pada ujung klitoris juga ada di Jawa Barat. Biasanya dilakukan oleh paraji atau dukun beranak tradisional. Tanpa upacara seperti di Gorontalo, secara kebiasaan para paraji saat memandikan bayi yang baru lahir selama beberapa hari pertama membuang kulit tipis di ujung klitoris menggunakan alat seperti pinset, lalu mengoleskan antiseptik pada area tersebut.

Survei Riskesdas tersebut juga mengungkap fakta bahwa praktik sunat sangat beragam bentuknya di Indonesia. Ada juga yang sekadar mengusap klitoris menggunakan kapas, daun sirih, atau kunyit. Bila mengacu pada kategori yang dijabarkan WHO tadi, laporan UNICEF menyebutkan bahwa di Indonesia pun dilakukan praktik sunat perempuan dari semua tipe, termasuk tipe 1 yang memotong sebagian atau seluruh bagian klitoris.

Namun, sunat wanita juga tidak terjadi merata di seluruh daerah di Indonesia. Dokter Eni yang berasal dari Sumatra Selatan misalnya, tidak pernah mendengar tentang sunat perempuan di daerahnya hingga ia melanjutkan pendidikan di Jawa Barat.
       
“Sejauh ini kami tidak pernah menemukan atau menerima laporan terjadinya masalah yang mengancam nyawa yang berhubungan dengan sunat wanita, seperti yang dilaporkan di beberapa negara di Afrika,” ujar dr. Eni. 
 


Topic

#SunatPerempuan, #IsuGender

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda? 

https://www.helpforassessment.com/blog/style/ https://www.baconcollision.com/css/ https://seomush.com/ https://radglbl.com/ https://stmatthewscommunityhall.co.uk/vendor/ https://www.bgquiklube.com/style/ https://proton.co.ke/css/ https://www.888removalist.com.au/vendor/ https://quill.co.id/js/ https://aniworld.com.de/css/ https://gmitklasiskupangbarat.or.id/js/ slot gacor สล็อตออนไลน์" เว็บตรงสล็อต MAX33 คาสิโนออนไลน์ MAX33 สล็อตเว็บตรง