Trending Topic
Ekonomi Kreatif dan Ekowisata di Siak, Dorong Restorasi Alam Demi Perubahan Iklim

11 Apr 2023

Foto: Kawasan ekowisata Taman Nasional danau Zamrud di kabupaten Siak, provinsi Riau.


Restorasi dan pemulihan ekosistem di Semenanjung Kampar dan Kerumutan sudah dikerjakan pemerintah setempat bekerjasama dengan beberapa non-governmental organization (NGO) yang membuat skema program pelestarian alam di tingkat desa hingga daerah, salah satunya dengan mendorong pembangunan berkelanjutan yang mampu mengembalikan fungsi tutupan hutan (canopy tree) demi masa depan. 

Fungsi tutupan hutan alam di lahan gambut diharapkan menjadi zona tangkapan air untuk kebutuhan lahan gambut terbasahi (yang akan mengurangi risiko kebakaran hutan) serta menjadi upaya pelestarian sungai sebagai perkembangbiakan ikan yang menjadi bagian ekosistem serta mata pencaharian masyarakat di luar berkebun sawit. 

"Sementara, kami blok untuk menjadi pilot project nasional FoLU (Forestry and other Land Uses) net sink 2030 sekitar satu koma tiga juta hektar di Riau, dengan tutupan luas alamnya seluas enam ratus ribu hektar. Diharapkan, nantinya dapat menjaga tutupan hutan alam tetap terjaga," ungkap Janes Sinaga, Direktur Perkumpulan Elang (salah satu NGO yang bekerja di sektor FoLU di Riau) di kabupaten Siak beberapa waktu lalu saat Femina melakukan kunjungan media atas undangan koalisi Serumpun yang terdiri dari Perkumpulan Elang dan Manka. 

Pemilihan kedua lokasi konservasi alam, Semenanjung Kampar dan Kerumutan ini, bukan tanpa alasan. Para pegiat lingkungan hidup melihat pengalaman buruk 5 desa di kawasan kabupaten Indragiri Hilir yang warganya terpaksa pindah dari desa karena naiknya air laut ke wilayah tempat tinggal mereka. Naiknya air laut adalah dampak lanjutan dari rusaknya lahan gambut, pengeringan lahan gambut serta rusaknya ekosistem pinggir pantai (mangrove) yang terjadi akibat eksploitasi hutan besar-besaran. Pada akhirnya, isu lingkungan hidup ini menjadi isu keselamatan dan kesejahteraan masyarakat karena naiknya air laut dapat mematikan kegiatan pertanian juga menjadikan area tersebut tidak layak sebagai tempat tinggal.

Melihat ancaman yang mulai merusak keseimbangan kawasan konservasi alam, pemerintah provinsi Riau bersama NGO setempat berupaya menyelamatkan dua wilayah, Siak dan Pelalawan, yang di dalamnya juga memiliki taman nasional dan suaka margasatwa serta dikepung oleh perkebunan sawit yang cukup besar.  Selain mengupayakan restorasi alam untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, upaya meningkatkan pembangunan ekonomi melalui pertumbuhan ekonomi kreatif juga diharapkan mengurangi pembukaan hutan sawit yang dapat berdampak pada kekeringan lahan gambut serta naiknya air laut.

Beruntung, Femina berkesempatan melihat langsung pengembangan ekowisata serta ekonomi kreatif yang sudah diupayakan pemerintah serta NGO di kabupaten Siak untuk mendukung kehidupan masyarakat setempat. 
 

Ekowisata Taman Nasional Danau Zamrud & Suaka Margasatwa Kerumutan 


Foto: Menyusuri danau Zamrud yang memiliki banyak pohon-pohon pandan hutan mendominasi pemandangan. 

Terletak di kabupaten Siak, provinsi Riau, kawasan hutan gambut terbesar kedua di dunia setelah Brasil ini, awalnya merupakan satu kawasan besar Suaka Margasatwa (SM) Danau Pulau Besar Bawah  yang ditetapkan oleh Menteri Kehutanan dan Perkebunan pada tahun 2005. Taman Nasional (TN) Zamrud sendiri adalah perluasan SM Danau Pulau Besar Bawah yang ditetapkan oleh Menteri LHK tahun 2016 dengan luas 31.480 Ha.

Dalam kawasan ini, banyak sekali vegetasi asli yang masih lestari, yakni, pohon Bengku, Durian Burung, Punak, Jangkang, Kolakok, Pisang-pisang, Ramin dan pohon-pohon besar dari jenis meranti-merantian. Di dalam hutan gambut kawasan ini juga terdapat berbagai fauna asli, seperti, burung Enggang, Siamang, beruang madu, harimau Sumatera, babi hutan, kera ekor panjang, tapir, rusa, biawak, dan kelelawar besar. Dilansir dari laman LIPI, tercatat ada 38 jenis burung yang 12 jenisnya merupakan jenis dilindungi ada di dalam kawasan TN Zamrud.

 

Foto: Air gambut danau Zamrud yang berwarna cokelat kehitaman menjadi biru kehijauan saat 'ditangkap' lensa dari atas kawasan Taman Nasional. Dok, Elang.or.id
 
Memasuki kawasan TN Anda perlu mempersiapkan diri, mulai dengan membawa perbekalan makan dan minum, hingga perlengkapan keselamatan serta kebutuhan selama mengeksplorasi hutan. Selama bereksplorasi, Anda juga tidak diizinkan membuang sampah, merusak lingkungan, serta melakukan hal-hal yang dapat membahayakan diri sendiri.

Untuk menuju danau Zamrud, Anda perlu menggunakan mobil dan kapal kecil sewaan karena lokasi danau yang cukup jauh dari pintu masuk TN. Jalanan menuju kawasan danau pun masih berupa jalan tanah yang cukup menantang, karena memiliki kepadatan kurang begitu baik serta masih digunakan juga oleh kendaraan-kendaraan besar pengangkut hasil hutan (karena terdapat kawasan hutan produksi di area berdekatan). Saat hujan turun, jalanan ini sulit dilewati oleh mobil-mobil SUV (Sport Utility Vehicle) dan MPV (Multi Purpose Vehicle) biasa karena tekstur tanah yang menjadi licin dan mudah amblas.
 

Foto: Kawasan ekowisata Suaka Margasatwa Kerumutan, dok. BKSDA Riau.
 

Suaka Margasatwa Kerumutan merupakan kawasan di kabupaten Pelalawan dan Indragiri Hulu, provinsi Riau, yang resmi ditetapkan sebagai kawasan Margasatwa oleh Menteri Pertanian sejak tahun 1979 dan sebagai Kawasan Hutan Suaka Margasatwa Kerumutan seluas 95.047 Ha, melalui Surat Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2015.

Di kawasan ini terdapat vegetasi asli yang masih lestari, yakni pohon Punak, Balam, Sagu Hutan, Gerunggang, Bintangur dan Resak. Juga memiliki spesies hewan asli hutan Kerumutan, yakni Harimau Sumatera, Harimau Dahan, Beruang Madu, Kera Ekor Panjang, Owa, burung Enggang, dan burung Kuntul.

Ekowisata yang ditawarkan dari kawasan ini adalah kegiatan wisata alam terbatas dan mendukung kesadaran konservasi alam demi perubahan iklim yang lebih baik.  Memasuki kawasan ini, Anda perlu membekali diri dengan perlengkapan dan pengetahuan yang dibutuhkan seperti saat memasuki Taman Nasional. Bila perlu, sewa pemandu berpengalaman yang menguasai kawasan tersebut sehingga lebih dapat memaksimalkan eksplorasi yang dilakukan selama di dalam kawasan SM.
 

Ekonomi Kreatif Desa Dayun


Foto: Kawasan Embung (penampungan air untuk mengatasi kebakaran hutan) di desa Dayun kini ramai dinikmati warga setempat untuk berwisata terutama saat Ramadan. 
 

Desa Dayun adalah salah satu dari 11 desa di kecamatan Dayun, kabupaten Siak, provinsi Riau terletak di tengah daratan - agak jauh dari sungai Siak dan sungai Kampar - yang berbatasan dengan TN Danau Zamrud. Memiliki luas 132.000 Ha dengan topografi datar sedang, membuat mayoritas masyarakat desa Dayun lebih mengembangkan perkebunan sawit sebagai mata pencaharian.  Tak heran, dahulu desa ini adalah desa yang sering mengalami kebakaran hutan akibat tanah gambut yang mengering disebabkan penanaman sawit. Selain itu, pembukaan lahan kebun sawit dengan membakar tanaman juga menyebabkan kebakaran yang sulit dipadamkan karena gambut dapat menyimpan api di dalamnya.


"Wilayah kami ini, tujuh puluh lima persen lahan kami adalah lahan gambut dan ini mudah terbakar. Oleh karena itu, pada tahun dua ribu tujuh belas kami membangun embung untuk keperluan mengambil air jika terjadi kebakaran lahan dan hutan. Juga biasa dimanfaatkan masyarakat untuk mengairi tanaman," jelas  Nasya Nugrik, Penghulu Desa Dayun, kabupaten Siak.

 
Pada tahun 2018, fungsi embung sudah tidak terlalu dimanfaatkan karena kebakaran hutan sudah jarang terjadi. "Mulailah fungsi embung ini kami ubah menjadi embung terpadu untuk tujuan wisata sekaligus cadangan air," ujar kepala desa yang menerapkan teori collaborative government hingga berhasil mengangkat desa Dayun dari desa tertinggal menjadi desa mandiri sejak tahun 2018 hingga sekarang.

Mulailah pemerintah setempat mengupayakan desa Dayun menjadi desa wisata dengan Embung Terpadu Dayun sebagai salah satu objek wisata di desa tersebut.   
 

Foto: Aktivitas favorit warga saat menikmati pemandangan di wisata Embung desa Dayun adalah bersepeda air.

 
Selain berusaha meningkatkan perekonomian masyarakat dengan aktivitas wisata, pemerintah desa Dayun juga berusaha mencari alternatif tanaman hortikultura yang dapat dikembangkan masyarakat sehingga tidak bersandar hanya dari perkebunan sawit. Rupanya, tanaman semangka lah yang berhasil menjadi idola baru masyarakat desa.

Kini, banyak masyarakat desa menambah penghasilan dengan menanam semangka secara tumpang sari di perkebunan sawit dengan sistem kemitraan dengan pemilik kebun. Bukan sekadar mengembangkan pertanian semangka, pengelola desa juga mengembangkan 5 produk turunan semangka yang dijadikan oleh-oleh khas desa Dayun, yakni, manisan kulit semangka, brownies semangka, keripik semangka, selai semangka dan sirup semangka. Produk ini bisa dipesan atau dibeli di kawasan wisata maupun melalui perangkat desa Dayun.
 
"Kami juga mengajak berbagai pihak mengembangkan ekonomi kreatif, di mana saat ini juga mengembangkan 2 rumah batik untuk masyarakat desa kami. Kami jadikan motif daun semangka sebagai ciri khas batik desa Dayun," tambah Nasya yang juga mengaku bahwa anggaran pengembangan desa didapat dari kolaborasi dana masyarakat, dana desa dan dana CSR (corporate social responsibility) dari berbagai pihak swasta yang ingin membantu program-program pemerintah desa.

Dengan berbagai upaya pengembangan perekonomian kreatif, desa Dayun meraih berbagai prestasi di tingkat lokal dan nasional, di antaranya desa terbaik I se-Riau, desa terbaik ke-5 se-Indonesia di bidang pembangunan dan pemberdayaan masyarakat, kampung sakinah terbaik ke-2 se-Riau, PKK dan pemberdayaan perempuan terbaik ke-2 se-Riau dari tahun 2018 hingga tahun 2022 kemarin. (f) 
 

Baca Juga: 
 

Menengok SKELAS, Pusat UMKM Siak yang Digerakkan Tokoh Muda Perempuan
Manisnya Nanas Ratu Desa Penyengat
Batik Seruni Batik Asli Siak


 

 


Laili Damayanti


Topic

#restorasisemenanjungkampar , #siakhijau , #perubahaniklim , #emisigasrumahkaca , #danauzamrud