Travel
Slow Travel di Selcuk, Turki

26 Jan 2019


Foto: Dok. Primarita
 
Kucing Bermata Cokelat Biru
 
Puas mengamati benda-benda bersejarah, kami pun mencari peradaban Selcuk yang lebih modern. Persis di seberang jalan hotel terdapat daerah komersial dengan berbagai restoran, kedai, supermarket, bank, dan took suvenir. Setelah beberapa hari makan seafood pinggir pantai di Bodrum, kali ini saya ngidam shish kebab sapi atau kambing. Kami agak malas mencari rekomendasi di internet, dan memutuskan langsung pergi untuk melihat-lihat suasana dan menuruti kata hati.
 
Ternyata, hati membawa kami ke Tat Restaurant & Cafe, karena meja-meja di terasnya terlihat cantik dan suasananya terlihat menyenangkan. Seorang pria berambut putih menyambut kami
dengan semringah. Setelah mengobrol dengan bapak pemilik restoran yang bernama Murat itu, kami pun menyantap seporsi shish kebab kambing yang empuk dan kefta sapi yang sedap, dengan segelas teh apel hangat dan yang selalu wajib ada di meja, hummus dengan minyak zaitun untuk cocolan roti.
 
Selesai makan, Murat menghampiri meja dan meminta kami untuk menjulurkan kedua tangan, lalu ia menuangkan pomegranate cologne dari sebuah botol beling. “Supaya tangan kalian tetap wangi,” katanya. Belakangan kami menemukan kolonye serupa dengan aneka wangi buah, yang rupanya memang menjadi favorit orang lokal.
 
Meskipun hujan turun sepanjang hari, jalan-jalan di Selcuk masih tetap menyenangkan buat saya, mungkin karena suasananya yang tidak hiruk pikuk seperti Istanbul. Ketika sedang berjalan sambil menurunkan makanan, seorang pria di depan toko memanggil kami. Biasanya kami hanya tersenyum, dan mengatakan, “No  thank you,” dan buru-buru berlalu. Tapi entah kenapa, kali ini kami memutuskan untuk masuk ke dalam tokonya, yang ternyata penuh dengan pernak-pernik buatan lokal, mulai dari aksesori, karpet, perhiasan, hingga lampu-lampu gantung warna-warni.
 
Ali, sang pemilik toko, bercerita dengan semangat bahwa dia baru saja membuat dua turis Kanada terpukau. Ia pun meminta kami untuk menginspeksi sebuah cincin dengan batu hijau, lalu meminta kami untuk menggenggam cincin tersebut dan kami diajak keluar toko. “Coba berdiri di bawah sinar matahari, dan buka tanganmu,” katanya. Wah, batunya berubah warna jadi pink! Rupanya, cincin itu berbatu zultanite, batu dari Pegunungan Ilbir, satu-satunya di dunia (Ali menunjukkan buktinya dari Google, seandainya kami tidak percaya). Keunikan batu yang bisa berubah warna di bawah sumber cahaya yang berbeda ini rupanya memang jadi kebanggaan orang Turki, termasuk Ali.
 
Setelah memilih beberapa anting kecil, sambil menyeruput teh apel hangat dan melihat-lihat toko, saya menemukan seekor kucing putih sedang bermalas-malasan. Ali bercerita, kucing itu, seperti dirinya, berasal dari Kota Van. Semua kucing dari Van memiliki warna mata yang berbeda kiri kanan. Benar saja, si kucing bernama Pamuk (yang artinya kapas) ini bermata cokelat dan biru! Saya tidak menyangka took kecil ini punya banyak keajaiban.
 
“Terima kasih sudah bersedia mendengarkan cerita saya, semoga kalian senang di Turki dan perjalanan kalian selanjutnya menyenangkan,”kata Ali, sambil melambai. (f)
 
Baca Juga:

Wisata Religi Ke Flores

Mari Ke Flores

Mengenal Lebih Dalam Suku Kyrgyz di Kyrgyztan


Topic

#travel, #turki, #selcuk