
Foto: Dok. Museum Nest
Makan dan makanan adalah kebutuhan paling dasar dari kehidupan manusia. Industri makanan menjadi salah satu tonggak ekonomi paling penting di dunia. Tidak banyak perusahaan raksasa di industri makanan yang memiliki sejarah lebih dari satu abad. Nestle adalah salah satunya. Pada Agustus lalu, Nestle Indonesia mengundang femina mengunjungi kampung Henri Nestle, pendiri perusahaan raksasa makanan ini (urutan ke-66 Fortune Global 500 tahun 2016), di Vevey, Swiss. Acara ini merupakan rangkaian perayaan 150 tahun Nestle di dunia pada tahun ini.
Salah satu tempat yang dikunjungi adalah Nest yang baru dibuka Juni lalu. Tempat ini merupakan discovery centre berisi lintasan sejarah Nestle dari awal didirikan Henri Nestle dan dua bersaudara Charles & George Page hingga saat ini dan proyeksi di masa depan. Berdiri di atas lahan sekitar 3 hektare di daerah yang disebut Les Bosquets, atau tepat pada areal pabrik pertama yang didirikan Henri Nestle pada tahun 1866. Nama Nest terinspirasi dari gambar sarang burung yang ada pada logo Nestle lama.
Jangan bayangkan museum akan membosankan karena hanya berisi benda-benda mati penuh debu dari abad lalu. Sama dengan Alimentarium, di museum ini pengunjung anak-anak maupun dewasa akan dimanjakan dengan perangkat multimedia canggih, alat peraga robotik, dan berbagai instalasi yang menggabungkan science, teknologi dan seni, bahkan ilusi seperti yang digunakan para pesulap.
Pembangunan museum sudah dimulai sejak tahun 2010 dengan menunjuk arsitek David Lindford dan ahli sejarah Albert Pfiffner. Ini memang proyek jangka panjang yang sulit. “Tantangan terbesar pekerjaan saya adalah mengelola ego arsitek dan ahli sejarah yang harus berkolaborasi untuk hasil terbaik. Ahli sejarah maunya detail untuk menciptakan autentisitas, sedangkan arsitek bekerja dengan ide besar-besar,” ujar Catherine Saurais, Direktur Nest, kepada femina. Sambil berseloroh, wanita yang terlihat sangat energik itu menyebut mereka sebagai diva.
Hasil kerja kedua tim diva itu memang sepadan. Ada empat bagian museum yang akan dilewati pengunjung untuk durasi sekitar 2 jam tanpa jeda. Areal pertama, Foundation, berdiri persis di bekas bangunan pabrik Nestle yang pertama. Bangunan berbentuk kotak ini berwarna terakota, ciri khas interior di masa itu. Di sini sejarah Nestle di awal berdiri dipresentasikan melalui permainan ilusi menggunakan diorama, video, fotografi, shadow play, dongeng dan sebagainya yang sangat realistis dan detail.
Pengunjung digiring dari satu ruangan ke ruangan lainnya dengan panduan suara yang dramatis dan melibatkan emosi pengunjung saat menceritakan kehidupan Swiss di abad ke-19. Bagaimana Henri Nestle, apoteker imigran dari Jerman itu bekerja di laboratoriumnya dan akhirnya menemukan susu formula Farine Lactee untuk bayi yang tidak bisa menerima ASI dari ibunya karena berbagai sebab (kematian, sakit, ibu kekurangan gizi, dan sebagainya).
Dalam sejarahnya, hingga kini produk ini menimbulkan pro dan kontra karena sebagian masyarakat menganggap susu formula ini tidak sehat untuk bayi, bisa menyebabkan malnutrisi, dan kematian. Bahkan, pada awal tahun ’70-an, pernah ada boikot terhadap produk ini. Bagian dari sejarah kurang menyenangkan itu dijelaskan secara gamblang pada bagian kedua museum yang disebut Zeitgeist. Pada intinya, bagian ini semacam perpustakaan hidup (the living library) yang merekam seluruh perjalanan produk Nestle dalam bentuk dokumen, audio story, dan pameran dokumentasi autentik, seperti kemasan, poster iklan, bintang iklan, dan sebagainya.
Bagian ini terasa ikonis karena begitu banyaknya brand mendunia dan dikenal dari generasi ke generasi. Kopi instan Nescafe misalnya, ternyata sudah dipasarkan pada tahun 1938. Produk perasa masakan Maggi mulai dijual pada tahun 1947, dan susu kental manis Milkmaid (Susu Cap Nona) mulai diproduksi tahun 1905. Varian produk yang dimulai ‘hanya’ dari susu kental manis, susu formula, dan kopi instan kini sudah menjadi ratusan jenis, meliputi makanan, minuman, air kemasan, confectionery, produk perawatan kulit, produk nutrisi, kesehatan, dan wellness hingga petcare
Dalam sejarahnya, produk-produk itu diciptakan karena membaca gaya hidup pasar yang berubah. Sebagai contoh, bermacam produk instan tercipta pada tahun ’50-an, ketika generasi baby boomer yang relatif punya uang dan modern membutuhkan segala sesuatu yang praktis, termasuk untuk urusan dapur.
Topik ‘kering’ seperti rantai produksi, lingkungan, dan nutrisi dipresentasikan dalam bentuk permainan animasi pada bagian ketiga museum yang disebut Forum. Ini memang jadi semacam ‘forum’ di mana para pengunjung dapat duduk berkeliling di sebuah meja besar dan memainkan pion-pion warna-warni di atasnya untuk mencari tahu informasi mengenai topik-topik penting tadi melalui audio. Banyak orang tua mendampingi anak-anaknya di meja ini untuk belajar bersama.
Perusahaan yang bisa melintasi zaman begitu lama pastilah sangat menjunjung tinggi inovasi dan memiliki visi yang jauh ke depan. Di museum ini inovasi dan visi digambarkan dengan bentuk interior modern di sektor Vision, semacam bangunan mengambang di udara menyerupai ‘terowongan’ terbuka yang berliku-liku. Semua bagian hanya berwarna putih. Di dalam bangunan ultramodern ini ada banyak permainan yang unik. Salah satunya permainan ‘nutrisi’ untuk melihat efek makanan pada tubuh secara langsung. Setelah kita ‘pura-pura’ men-scan tubuh, maka layar akan menawarkan bermacam jenis untuk dipilih. Animasi akan mendemonstrasikan pengaruh langsung dari makanan yang kita pilih terhadap tiap organ tubuh kita secara detail.
Bangunan Vision mengambang di atas piazza yang menjadi pintu masuk dan keluar dari museum. Di lobi, selain ada kafe Henri (persis dibangun di bekas ruang kerja Henri Nestle), ada toko suvenir yang sungguh ‘membahayakan’, terutama bagi para pencinta barang-barang vintage. (f)
Baca juga:
Rencana Patung Lilin Presiden Joko Widodo di Museum Lilin Madame Tussauds & Kekuatan Nation Branding
Museum Eksentrik Dari Seluruh Dunia
6 Museum Keren Bersejarah di Indonesia
Petty S. Fatimah
Topic
#museum