Sex & Relationship
Siapkan Mental Anak untuk Pernikahan Kedua

2 Nov 2016



Saya janda dengan satu anak (6). Saat ini, saya memiliki tunangan dan sepakat tidak buru-buru menikah agar anak saya bisa beradaptasi lebih baik dengan calon ayahnya. Tapi, calon mertua ‘memaksa’ kami untuk mempercepat pernikahan. Saya ingin menyiapkan mental anak secara bertahap. Bagaimana cara sopan namun tegas untuk menolak permintaan calon mertua?
 
Pinka - Jakarta
 
Saran Irma Makarim
Bukan untuk memojokkan atau membuat Anda cemas, tetapi sikap calon mertua memperlihatkan  bahwa  beliau lebih mempertimbangkan hubungan ini dari sisi praktisnya saja.  Memang tidak mudah  menghadapi permintaan calon mertua Anda. Meski begitu, bukan berarti Anda dan pasangan tidak bisa mengungkapkan  rencana  dan pertimbangan Anda.
Bersama pasangan, coba sampaikan pada calon mertua bahwa pernikahan ini juga akan membawa banyak perubahan bagi anak Anda. Bukan saja harus pindah tempat tinggal atau pindah sekolah, tapi anak Anda juga akan merasa lebih jauh dari ayah biologisnya. Hal tersebut tidak mudah bagi seorang anak yang masih berusia 6 tahun. Untuk itu, Anda, pasangan, dan anak butuh waktu lebih lama untuk saling mengenal.
Dengan mengungkapkan pertimbangan ini, Anda dan pasangan justru tidak memperlihatkan penolakan, melainkan sikap dewasa dan matang untuk menghadapi kehidupan baru. Semoga calon mertua bisa memahami bahwa keputusan untuk menikah adalah salah satu keputusan yang sangat penting dalam kehidupan seseorang.
 
Saran Monty Satiadarma
Benar pandangan Anda bahwa anak membutuhkan masa penyesuaian diri yang baik agar tidak mengalami gejolak emosional berlebihan saat di lingkungan yang baru. Mungkin calon mertua Anda tidak memahami hal itu. Mereka cenderung mempercepat proses dengan landasan pemikiran ‘lebih cepat lebih baik’. Padahal, belum tentu sesuai dengan keadaan dan harapan.
Jika Anda menolak langsung, saya khawatir akan terjadi salah paham yang berkepanjangan karena biasanya pihak orang tua merasa lebih berhak menentukan segala sesuatu. Artinya, alasan apa pun yang Anda kemukakan bisa dianggap  sebagai tindakan mengulur waktu atau refleksi kebimbangan. Sebaiknya pertimbangan yang Anda sampaikan adalah kekhawatiran tentang anak dan calon pasangan Anda.
Sampaikan bahwa anak dan calon pasangan Anda perlu membina hubungan interpersonal dengan cara sering berinteraksi. Calon pasangan Anda yang kelak akan menempati peran ayah bagi anak Anda harus membiasakan diri menangani anak Anda. Begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, Anda memang membutuhkan waktu lebih panjang untuk membina hubungan keluarga sebelum benar-benar menjadi bagian dari keluarga utuh.


Topic

#MasalahKeluarga