
Foto: Fotosearch
Fungsi kondom sebagai alat kontrasepsi dan pencegah penyakit menular seksual, kita tentu sudah tahu. Tapi, selain itu, sebenarnya, banyaaak fakta lain mengenai kondom seperti berikut.
Perlu 10 hari
Sekitar 90 persen kondom terbuat dari lateks. Sebelum diolah, lateks murni yang masih berbentuk cairan kental ditempatkan di dalam drum besar selama beberapa hari untuk diencerkan dengan bahan kimia. Setelah adonan lateks siap, dimulailah proses dipping. Ke dalam cairan lateks, dicelupkan cetakan kaca yang berbentuk seperti penis. Di sini, ukuran kondom dan bentuknya sudah ditentukan, apakah mau membuat kondom polos atau bertekstur—cetakan penisnya bervariasi, tuh. Setelah kering, didapat kondom ‘mentah’ yang berlapis powder sehingga mudah dilepas dari cetakan. Habis itu, kondom dicuci untuk memisahkan residu dari bahan kimia, lalu dikeringkan—dalam oven 70 derajat celcius selama tujuh hari. Untuk melihat apakah ada bagian yang sobek atau berlubang, kondom melewati pengujian elektronik dengan lampu ultraviolet. Kondom yang cacat secara otomatis akan dibuang oleh mesin. Kondom masih diuji kelenturannya lagi terhadap udara, alias ditiup! Tujuannya, untuk melihat kekuatan kondom. Langkah terakhir, kondom diberikan lubrikan yang dibuat dari minyak silicon, sekaligus ditambahkan aroma dan rasa—seperti buah—sesuai request. Baru, deh, akhirnya dikemas. FYI, dari awal hingga akhir, proses pembuatan kondom bisa memakan waktu lebih dari 10 hari! Lama, ya—padahal hanya untuk dipakai bersenang-senang selama belasan menit, hi hi hi.
Kedaluwarsa 2-5 tahun
Menurut standar WHO, umur kondom nggak boleh lebih dari lima tahun setelah diproduksi. Pasalnya, pelumas kondom biasanya sudah mengering sehingga lapisan powder bisa mengikis lateksnya. Bahkan, kondom yang memiliki rasa akan kedaluwarsa dalam waktu dua tahun—umumnya ditambahkan gula, sih, sehingga bisa menumbuhkan mikroorganisme yang ‘memakan’ lapisan powder. Bukan hanya bercinta jadi nggak nyaman, tapi kebocoran kondom patut dicurigai, tuh.
Extreme tests
- Sekitar 700 dari 150.000 kondom yang diproduksi akan dihancurkan karena nggak lolos uji.
- 320 dari 150.000 kondiom diambil dalam random sampling, lalu masing-masing diisi 400 mililiter air untuk diuji kebocoran. Jika ditemukan lebih dari dua kebocoran, seluruh 150.000 kondom langsung dihancurkan, dianggap produk gagal.
- Saat ditiup untuk mengetes kelenturan dan kekuatannya, kondom diisi udara sekitar 18.000 sentimeter kubik, bahkan sebagian hingga 50.000 sentimeter kubik—besarnya cukup untuk memasukkan anak umur dua tahun!
(Sumber: Medical-Latex Factory)
Termahal di dunia…
… jatuh pada kondom berlogo Louis Vuitton! Kondom seharga 68 dollar AS ini didesain oleh seorang arsitek asal Georgia, Irakli Kiziria. Kemasannya dicetak dengan motif monogram keemasan berlatar warna cokelat khas produk LV. Di permukaan kondommnya juga terdapat logo LV yang dicetak embossed. Tapi, berhubung bukan produksi resmi LV, kondom ini nggak tersedia di outlet LV. Kondom ini dibuat khusus untuk Design Provocation, program yang mendukung Hari AIDS Sedunia. Nantinya, hasil penjualan kondom didonasikan ke yayasan riset HIV/AIDS. Wah, perlindungan mahal sekaligus beramal, nih.
Di-recycle jadi ikat rambut
Kondom-kondom yang nggak lolos uji akan di-recycle jadi karet gelang hingga karet rambut oleh perusahaan yang telah ditentukan. Jadi, bukan kondom bekas pakai yang di-recycle, ya… (f)
Fakta lain:
- Svangers-kabsforeby-ggendemiddel adalah bahasa Denmark untuk kondom.
- Di Jerman, kondom telah dijual di vending machine sejak 1928, pencetusnya adalah Julius Fromm.
- Selama Perang Dunia II, kondom digunakan untuk menutupi barel senapan supaya nggak rusak terkena air garam saat prajurit harus terjun di wilayah pantai.
- Kondom sudah digunakan sejak zaman Mesir kuno—sekitar 135 tahun SM. Di zaman itu, kondom dibuat dari saluran kantung kemih hewan atau usus domba.
- Rasa favorit di Asia adalah stroberi dan pisang, Brasil = menthol dan peppermint, Kaukasia = caramel dan cokelat.(f)
Amelia Yustiana
Perlu 10 hari
Sekitar 90 persen kondom terbuat dari lateks. Sebelum diolah, lateks murni yang masih berbentuk cairan kental ditempatkan di dalam drum besar selama beberapa hari untuk diencerkan dengan bahan kimia. Setelah adonan lateks siap, dimulailah proses dipping. Ke dalam cairan lateks, dicelupkan cetakan kaca yang berbentuk seperti penis. Di sini, ukuran kondom dan bentuknya sudah ditentukan, apakah mau membuat kondom polos atau bertekstur—cetakan penisnya bervariasi, tuh. Setelah kering, didapat kondom ‘mentah’ yang berlapis powder sehingga mudah dilepas dari cetakan. Habis itu, kondom dicuci untuk memisahkan residu dari bahan kimia, lalu dikeringkan—dalam oven 70 derajat celcius selama tujuh hari. Untuk melihat apakah ada bagian yang sobek atau berlubang, kondom melewati pengujian elektronik dengan lampu ultraviolet. Kondom yang cacat secara otomatis akan dibuang oleh mesin. Kondom masih diuji kelenturannya lagi terhadap udara, alias ditiup! Tujuannya, untuk melihat kekuatan kondom. Langkah terakhir, kondom diberikan lubrikan yang dibuat dari minyak silicon, sekaligus ditambahkan aroma dan rasa—seperti buah—sesuai request. Baru, deh, akhirnya dikemas. FYI, dari awal hingga akhir, proses pembuatan kondom bisa memakan waktu lebih dari 10 hari! Lama, ya—padahal hanya untuk dipakai bersenang-senang selama belasan menit, hi hi hi.
Kedaluwarsa 2-5 tahun
Menurut standar WHO, umur kondom nggak boleh lebih dari lima tahun setelah diproduksi. Pasalnya, pelumas kondom biasanya sudah mengering sehingga lapisan powder bisa mengikis lateksnya. Bahkan, kondom yang memiliki rasa akan kedaluwarsa dalam waktu dua tahun—umumnya ditambahkan gula, sih, sehingga bisa menumbuhkan mikroorganisme yang ‘memakan’ lapisan powder. Bukan hanya bercinta jadi nggak nyaman, tapi kebocoran kondom patut dicurigai, tuh.
Extreme tests
- Sekitar 700 dari 150.000 kondom yang diproduksi akan dihancurkan karena nggak lolos uji.
- 320 dari 150.000 kondiom diambil dalam random sampling, lalu masing-masing diisi 400 mililiter air untuk diuji kebocoran. Jika ditemukan lebih dari dua kebocoran, seluruh 150.000 kondom langsung dihancurkan, dianggap produk gagal.
- Saat ditiup untuk mengetes kelenturan dan kekuatannya, kondom diisi udara sekitar 18.000 sentimeter kubik, bahkan sebagian hingga 50.000 sentimeter kubik—besarnya cukup untuk memasukkan anak umur dua tahun!
(Sumber: Medical-Latex Factory)
Termahal di dunia…
… jatuh pada kondom berlogo Louis Vuitton! Kondom seharga 68 dollar AS ini didesain oleh seorang arsitek asal Georgia, Irakli Kiziria. Kemasannya dicetak dengan motif monogram keemasan berlatar warna cokelat khas produk LV. Di permukaan kondommnya juga terdapat logo LV yang dicetak embossed. Tapi, berhubung bukan produksi resmi LV, kondom ini nggak tersedia di outlet LV. Kondom ini dibuat khusus untuk Design Provocation, program yang mendukung Hari AIDS Sedunia. Nantinya, hasil penjualan kondom didonasikan ke yayasan riset HIV/AIDS. Wah, perlindungan mahal sekaligus beramal, nih.
Di-recycle jadi ikat rambut
Kondom-kondom yang nggak lolos uji akan di-recycle jadi karet gelang hingga karet rambut oleh perusahaan yang telah ditentukan. Jadi, bukan kondom bekas pakai yang di-recycle, ya… (f)
Fakta lain:
- Svangers-kabsforeby-ggendemiddel adalah bahasa Denmark untuk kondom.
- Di Jerman, kondom telah dijual di vending machine sejak 1928, pencetusnya adalah Julius Fromm.
- Selama Perang Dunia II, kondom digunakan untuk menutupi barel senapan supaya nggak rusak terkena air garam saat prajurit harus terjun di wilayah pantai.
- Kondom sudah digunakan sejak zaman Mesir kuno—sekitar 135 tahun SM. Di zaman itu, kondom dibuat dari saluran kantung kemih hewan atau usus domba.
- Rasa favorit di Asia adalah stroberi dan pisang, Brasil = menthol dan peppermint, Kaukasia = caramel dan cokelat.(f)
Amelia Yustiana
Topic
#kondom