Seni Pertunjukan
Kekerasan Seksual di Belakang Panggung

9 Mar 2020


Dok. Femina Media / Citra Narada




Menurut temuan Lentera Sintas Indonesia, setiap dua jam tiga wanita mengalami pelecehan seksual. Dan yang menyedihkan, 93 persen penyintas memilih untuk tidak melaporkan pengalaman tersebut dan 72 persennya tidak menceritakannya kepada siapapun.

Kekerasan seksual terhadap wanita memang masih menjadi momok yang menakutkan bagi kaum hawa. Bagaimana tidak? Setelah mengalami peristiwa tidak mengenakkan, para wanita penyintas itu sendiri bukannya dilindungi tapi justru kerap mengalami penghakiman dari masyarakat sekitar. Bahkan para korban justru harus membungkam mulutnya rapat-rapat karena keluarga merasa kekerasan seksual yang dialaminya adalah aib. 

Bukan hal yang mudah bagi wanita untuk mulai bicara tentang peristiwa tersebut karena ketakutan terhadap stigma dan penghakiman pada para korban. Maka dari itu, demi memberanikan para wanita untuk #mulaibicara, Lentera Sintas Indonesia pun menghadirkan drama musikal bertajuk
Belakang Panggung

Drama musikal yang dimainkan pada 6-8 Maret 2020 di Institute Francais Indonesie ini pun menjadi media untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap isu kekerasan seksual. Diperankan oleh
Mian Tiara (sebagai Rani), Rama Widi (sebagai Aditya), Muhammad Khan (sebagai Andri), Marissa Anita (sebagai Meta), dan Kiki Narendra (sebagai Pak Teguh).

 


Dok. Femina Media / Citra Narada



Drama musikal yang dibagi dalam dua babak ini menceritakan tentang Rani, seorang aktris teater yang berperan sebagai Shinta dalam Musikal Ayodya. Ia pun dipasangkan oleh Aditya yang berperan sebagai Rama, yang juga merupakan seorang pemain sinetron terkenal dan putra dari sutradara tersohor Pak Teguh.

Awalnya, Rani dan Aditya terlihat serasi dipasangkan sebagai Rama dan Shinta. Bahkan Aditya tak segan untuk membantu Rani yang kerap mengalami kesulitan. Namun nyatanya, kebaikan-kebaikan Aditya telah membuat Rani terjebak dalam kekerasan seksual.

Berat untuk Rani menceritakan pengalaman tidak menyenangkan itu kepada siapapun. Karena ia tahu, tak akan ada orang yang percaya.

Pun pada akhirnya, banyak orang yang justru menunjukkan jari telunjuk kepada dirinya alih-alih pada pelaku. Menyebutnya wanita murahan, mengomentari cara berpakaiannya atau bahkan menyalahkannya yang telah membuka ‘aib’ setelah menjadi korban pelecehan seksual. 

Apa yang terjadi para Rani terdengar familiar di masyarakat sekitar atau bahkan dialami oleh kita sendiri. Pun begitu banyak orang tahu bahwa pelecehan seksual adalah sebuah hal yang salah, tak ada pula yang membantu korban atau melindunginya, alih-alih mereka malah bungkam. 

Drama musikal ini pun seakan menjadi tamparan bagi para penontonnya untuk membuka mata dan mengenali diri. Karena mungkin saja kita adalah Rani si korban yang berani bicara tapi dihakimi, Meta si penyintas yang menutup traumanya dalam-dalam, Andri yang menjadi saksi tanpa aksi, Pak Teguh si penguasa yang suka membungkam atau yang terburuk Aditya si pelaku tanpa rasa bersalah.
 (f)



BACA JUGA : 
Pentas Teater Musikal 13 Peserta Indonesia Menuju Broadway, Kaya Bakat Namun Minim Kejutan Panggung
Tari Berusia Ratusan Tahun Karya Raja Pakubuwana VIII Tampil di World Dance Day 2019
Mengintip Latihan Pementasan Opera Ainun


 


Topic

#PelecehanSeksual

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda? 

https://www.helpforassessment.com/blog/style/ https://www.baconcollision.com/css/ https://seomush.com/ https://radglbl.com/ https://stmatthewscommunityhall.co.uk/vendor/ https://www.bgquiklube.com/style/ https://proton.co.ke/css/ https://www.888removalist.com.au/vendor/ https://quill.co.id/js/ https://aniworld.com.de/css/ https://gmitklasiskupangbarat.or.id/js/ slot gacor สล็อตออนไลน์" เว็บตรงสล็อต MAX33 คาสิโนออนไลน์ MAX33 สล็อตเว็บตรง