Foto: Dok. Bluesheep Entertainment
Kila (Kila Putri Alam), gadis berusia delapan tahun yang ceria, cerdas, kritis, tapi juga keras kepala. Setelah ayahnya, Arya Winoyo (Dwi Sasono) yang berprofesi sebagai seorang tentara gugur saat bertugas, ia hanya tinggal bersama ibunya, Riska (Widi Mulia) dan asisten rumah tangga, Cicih (Tizza Radia).
Karena kesibukan ibunya sebagai wanita karier di salah satu bank, Kila dititipkan ke rumah kakeknya, Prapto Winoyo (Slamet Rahardjo Djarot) di Desa Goalpara, Sukabumi yang dikelilingi oleh alam yang asri untuk menghabiskan masa liburannya.
Prapto yang seorang pensiunan tentara dan terindikasi mengidap gangguan Alzheimer sempat menolak kehadiran Kila karena dinilai akan merepotkan.
Di desa yang asri tersebut Kila bertemu kembali dengan teman lamanya, Rintik (Widuri Puteri) yang diproteksi oleh ibunya karena menyandang disabilitas (bisa mendengar, namun tidak bisa berbicara).
Walau kerap dimarahi oleh kakeknya, terutama saat dipaksa harus makan sayur, namun hari-hari Kila tetap ceria kerena menemukan teman-teman baru. Bersama mereka, Kila menghabiskan waktu dengan bermain, bernyanyi riang, bahkan ikut latihan baris-berbaris dengan komando kakek Prapto. Berkat Kila, kepercayaan diri Rintik tumbuh dan tidak malu bermain dengan teman-teman sebayanya.
Keceriaan Kila dan ketenangan kehidupan masyarakat desa termasuk kakek Prapto sempat terusik karena ulah seorang pengusaha properti, Samsudi (Gary Iskak) yang ingin membeli lahan dan berencana membangun villa. Mampukah Kila menguak siapa Samsudi yang sesunguhnya?
Di dalam film ini, Kila digambarkan seperti anak-anak masa kini. Gemar main gadget, namun juga suka menulis dengan mengisi buku hariannya seperti halnya kakek Prapto.
Kila Putri Alam sendiri merupakan penyanyi cilik berusia 10 tahun, alumni Indonesian Idol Junior 2014. Selain bermain, Kila juga turut mengisi album soundtrack film ini yang berisi 10 lagu. Beberapa lagu yang dinyanyikan oleh Kila antara lain Burung Parkit dan Bahasa Isyarat. Sementara Buku Harianku dinyanyikan secara duet dengan kakek Prapto.
Andri Putra, salah satu eksekutif produser dari Bluesheep Entertainment mengatakan bahwa unsur utama film ini adalah lagu. Lagu-lagu tersebut ditulis untuk anak-anak, dengan bahasa anak-anak, dan aransemennya tetap dibuat menghibur untuk anak-anak.
“Setelah menonton filmnya, orang masih bisa menikmati lagu-lagunya dengan membeli album yang berisi soundtrack Buku Harianku. Hal tersebut membuat pengalaman menikmati Buku Harianku tidak berhenti cuma lewat film saja,” kata Andri dalam acara press screening film Buku Harianku di Jakarta beberapa waktu lalu.
Film ini sarat pesan moral, tapi tidak terkesan menggurui. Mengingatkan kembali betapa baiknya menulis buku harian yang mungkin sudah ditinggalkan banyak orang. Lewat Kila juga, film ini mengajak penonton untuk lebih peduli bagi mereka penyandang disabilitas dan pengidap Alzheimer.
Film yang naskahnya ditulis oleh Alim Sudio ini merupakan film keluarga yang menawarkan paket lengkap. Ada konflik antara mertua dengan menantu, kakek dengan cucu, ibu dengan anak, suami dengan istrinya, juga konflik sesama anak.
Konflik yang terjadi antara Kila dan kakeknya, serta Kila dan Rintik akan membuat setiap penonton merasa sedih dan terharu.
Penasaran seperti apa kisah dalam film Buku Harianku? Jangan lewatkan untuk menontonnya di bioskop tanah air mulai 12 Maret 2020. (f)
Baca Juga:
7 Drama Korea Baru di Awal Bulan Maret
Film dan Drama Ini Cerita Tentang Hubungan Korea Selatan dan Utara
Pertualangan Harrison Ford dalam The Call of the Wild
Topic
#film, #reviewfilm