
Pernah Jatuh Bangun
Di mata Indigo, karier dan pekerjaan bukan semata tentang bagaimana agar cepat naik pangkat atau sukses mencapai puncak. Lebih dalam dari itu, karier adalah tentang hidup itu sendiri.
“Ketimbang meng-coach orang yang ingin dipromosikan, saya lebih suka meng-coach orang untuk punya kehidupan yang lebih baik. Saya ingin menyentuh hidup orang. Saya menyebutnya transformational coaching,” kata ibu tiga anak ini.
Pandangannya yang cukup filosofis ini bukanlah sebuah ilham yang datang dalam semalam, melainkan berasal dari pelajaran hidup yang ia alami berpuluh tahun.
“Saya punya kehidupan yang sempurna. Rumah besar, bisa jalan-jalan keliling dunia. Saya punya segalanya. Tapi, semua itu sirna seketika ketika orang kepercayaan saya menggelapkan uang perusahaan. Saya kehilangan segalanya,” jawab Dr. Indigo, ketika mengisahkan tentang jatuh bangun yang pernah dialaminya. Meskipun dirinya memenangkan peradilan hasil sidang yang membuatnya mendapatkan hak atas kerugian sebesar 2 juta dolar AS, Dr. Indigo paham kalau sesungguhnya dia tidak akan mendapatkan semua hal yang telah hilang.
Sebelum kasus itu terungkap, ia baru mengalami perceraian di usianya yang memasuki 50 tahun. “Dari perceraian itu saya harus membayar kepada suami 500 ratus ribu dolar AS, rumah dan seluruh perabot, serta hak asuh anak bungsu. Putusan pengadilan itu didasarkan dari membagi dua omzet bisnis saya, dihitung dari seluruh kontrak yang saya pegang,” kenang penyuka aromaterapi ini.
Demi memulai lembaran baru, tahun 2016 Dr. Indigo pindah ke Malaysia dan mendirikan perusahaan baru dengan nama 4D Performances. Namun ternyata, ujian masih harus dihadapinya. Sebuah peristiwa mengubah pandangannya tentang hidup.
“Enam bulan setelah pindah, jiwa saya pernah hampir terancam Saya mengalami pulmonary embolism (emboli paru), penyumbatan yang terjadi di salah satu arteri paru disebabkan oleh gumpalan darah beku yang mengalir ke paru-paru dari trombosis vena dalam. Kata ibu saya yang menunggui saya di rumah sakit, saya seharusnya sudah mati karena kejadian ini,” cerita Dr Indigo.
Seperti mendapat mukjizat, begitulah yang ia sadari. Ia merasa bersyukur masih diberi kesempatan hidup. “Saya merasa punya tujuan. Saya punya misi untuk melakukan sesuatu. It was a beautiful perfect storm. Saya bukan lagi orang yang dulu. Saya melihat segala sesuatunya dengan berbeda.”
Mengutip Mark Twain, ada dua momen paling penting dari hidup kita. Pertama, hari ketika kita dilahirkan. Kedua, hari ketika kita tahu kenapa kita dilahirkan. Bagi Dr. Indigo, datang ke Asia adalah sebuah ‘panggilan’.
“Saya merasa terpanggil ke sini. Untuk membantu wanita di Asia menemukan kebebasan, sebuah kehidupan yang baru,” tutur pengagum Harriet Tubman, wanita kulit hitam yang berhasil membebaskan 700 budak di Amerika, ini. (f)
Baca Juga:
“Ketimbang meng-coach orang yang ingin dipromosikan, saya lebih suka meng-coach orang untuk punya kehidupan yang lebih baik. Saya ingin menyentuh hidup orang. Saya menyebutnya transformational coaching,” kata ibu tiga anak ini.
Pandangannya yang cukup filosofis ini bukanlah sebuah ilham yang datang dalam semalam, melainkan berasal dari pelajaran hidup yang ia alami berpuluh tahun.
“Saya punya kehidupan yang sempurna. Rumah besar, bisa jalan-jalan keliling dunia. Saya punya segalanya. Tapi, semua itu sirna seketika ketika orang kepercayaan saya menggelapkan uang perusahaan. Saya kehilangan segalanya,” jawab Dr. Indigo, ketika mengisahkan tentang jatuh bangun yang pernah dialaminya. Meskipun dirinya memenangkan peradilan hasil sidang yang membuatnya mendapatkan hak atas kerugian sebesar 2 juta dolar AS, Dr. Indigo paham kalau sesungguhnya dia tidak akan mendapatkan semua hal yang telah hilang.
Sebelum kasus itu terungkap, ia baru mengalami perceraian di usianya yang memasuki 50 tahun. “Dari perceraian itu saya harus membayar kepada suami 500 ratus ribu dolar AS, rumah dan seluruh perabot, serta hak asuh anak bungsu. Putusan pengadilan itu didasarkan dari membagi dua omzet bisnis saya, dihitung dari seluruh kontrak yang saya pegang,” kenang penyuka aromaterapi ini.
Demi memulai lembaran baru, tahun 2016 Dr. Indigo pindah ke Malaysia dan mendirikan perusahaan baru dengan nama 4D Performances. Namun ternyata, ujian masih harus dihadapinya. Sebuah peristiwa mengubah pandangannya tentang hidup.
“Enam bulan setelah pindah, jiwa saya pernah hampir terancam Saya mengalami pulmonary embolism (emboli paru), penyumbatan yang terjadi di salah satu arteri paru disebabkan oleh gumpalan darah beku yang mengalir ke paru-paru dari trombosis vena dalam. Kata ibu saya yang menunggui saya di rumah sakit, saya seharusnya sudah mati karena kejadian ini,” cerita Dr Indigo.
Seperti mendapat mukjizat, begitulah yang ia sadari. Ia merasa bersyukur masih diberi kesempatan hidup. “Saya merasa punya tujuan. Saya punya misi untuk melakukan sesuatu. It was a beautiful perfect storm. Saya bukan lagi orang yang dulu. Saya melihat segala sesuatunya dengan berbeda.”
Mengutip Mark Twain, ada dua momen paling penting dari hidup kita. Pertama, hari ketika kita dilahirkan. Kedua, hari ketika kita tahu kenapa kita dilahirkan. Bagi Dr. Indigo, datang ke Asia adalah sebuah ‘panggilan’.
“Saya merasa terpanggil ke sini. Untuk membantu wanita di Asia menemukan kebebasan, sebuah kehidupan yang baru,” tutur pengagum Harriet Tubman, wanita kulit hitam yang berhasil membebaskan 700 budak di Amerika, ini. (f)
Baca Juga:
8 Perempuan Supreme: Sakdiyah Ma’ruf
8 Perempuan Supreme: Najelaa Shihab
8 Perempuan Supreme: Sri Luce & Franka Franklin
Topic
#profil, #iwf2018, #indonesianwomensforum