Pentingnya Bersikap Profesional
Hal lain yang sering menjadi bahan curhat para wanita pebisnis UKM adalah segala hal dikerjakan sendiri. Wajar memang, ketika memulai usaha, kita menjadi CEO alias chief everything officer. Bagi pebisnis fashion misalnya, mulai dari mendesain, belanja bahan, melayani chatting pembeli di sosial media, hingga membuat pancatatan keuangan semua dikerjakan sendiri. Mungkin hanya angkut-angkut saja yang dikerjakan oleh orang lain.
Feny Mustafa pun pernah melakoni fase ini semasa mengawali bisnis. Tapi, Feny mengatakan, sejak awal ia menginginkan usaha yang profesional. Karena itu, sejak awal ia pun berusaha untuk merekrut profesional sebagai tenaga kerja. “Saya desainer, seniman, karena itu karyawan pertama yang saya rekrut adalah bagian akunting. Jadi, sejak awal bisnis saya sudah rapi dalam hal keuangan,” katanya.
Bagi wanita yang kini juga menjadi mentor di Program MBA CCE ITB Bandung ini, ingin menjadi apa bentuk bisnis yang kita inginkan, semua ada di tangan kita. “Ada yang ingin hanya jualan seminggu sekali, ada yang ingin jualan pada waktu-waktu tertentu saja misalnya menjelang lebaran, tapi sejak awal saya menginginkan bisnis yang bisa menjadi industri. Karena itu, saya membuat produk dengan segmentasi pasar yang memungkinkan menjadi industri,” ujar Feny.
Yang dimaksud Feny adalah ketika pertama mendirikan Shafira, ia ingin meraup semua segmen konsumen. Ternyata tidak bisa, karena ada kelompok konsumen yang merasa harga Shafira terlalu mahal. Karena itu kemudian ia membuka Zoya, untuk pasar kelas menengah.
“Karena kelas menengah kita saat ini mendominasi pasar sehingga perkembangan Zoya sangat pesat dengan kini kami memiliki 120 lebih toko di Jawa, Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan. Sedangkan Shafira sudah ada 24 toko,” cerita Feny.
Lewat bendera Shafira Corporation (Shafco), berdiri juga brand Mezora untuk segmen menengah sedikit ke bawah yang kini sudah memiliki 60 toko. Untuk bisa bersaing dengan retail dari luar negeri di mal-mal, Shafco mendirikan Encyclo, yang saat ini diakui Feny masih berjuang untuk bisa eksis di pasaran.
"Untuk bisa mendapatkan gerai di mal tidak mudah meski kita memiliki uang. Encyclo hanya mendapat gerai di mal-mal yang sepi pengunjung sehingga akhirnya produk kami tarik dan dijual di toko-toko Shafco," kata Feny.
Lalu, bagaimana dengan kompetitor? Feny mengakui bahwa saat ini pasar memang sangat kompetitif. “Dulu boleh dibilang Shafira sendirian, tapi dulu kami juga berjuang membangun pasar apalagi dulu wanita berhijab belum sebanyak sekarang. Namun, supaya kita tetap tumbuh kita harus memiliki produk berkualitas dan memiliki daya saing sehingga produk kita tetap diminati,” ujar wanita penyuka traveling dan kegiatan sosial ini.
Caranya? “Saat ini kami memiliki tim desainer sendiri di setiap brand. Kami juga menerapkan SOP produksi yang ketat untuk menjaga kualitas,” katanya. Dengan demikian, maka kualitas produk pun bisa terus terjaga. (f)
Feny Mustafa pun pernah melakoni fase ini semasa mengawali bisnis. Tapi, Feny mengatakan, sejak awal ia menginginkan usaha yang profesional. Karena itu, sejak awal ia pun berusaha untuk merekrut profesional sebagai tenaga kerja. “Saya desainer, seniman, karena itu karyawan pertama yang saya rekrut adalah bagian akunting. Jadi, sejak awal bisnis saya sudah rapi dalam hal keuangan,” katanya.
Bagi wanita yang kini juga menjadi mentor di Program MBA CCE ITB Bandung ini, ingin menjadi apa bentuk bisnis yang kita inginkan, semua ada di tangan kita. “Ada yang ingin hanya jualan seminggu sekali, ada yang ingin jualan pada waktu-waktu tertentu saja misalnya menjelang lebaran, tapi sejak awal saya menginginkan bisnis yang bisa menjadi industri. Karena itu, saya membuat produk dengan segmentasi pasar yang memungkinkan menjadi industri,” ujar Feny.
Yang dimaksud Feny adalah ketika pertama mendirikan Shafira, ia ingin meraup semua segmen konsumen. Ternyata tidak bisa, karena ada kelompok konsumen yang merasa harga Shafira terlalu mahal. Karena itu kemudian ia membuka Zoya, untuk pasar kelas menengah.
“Karena kelas menengah kita saat ini mendominasi pasar sehingga perkembangan Zoya sangat pesat dengan kini kami memiliki 120 lebih toko di Jawa, Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan. Sedangkan Shafira sudah ada 24 toko,” cerita Feny.
Lewat bendera Shafira Corporation (Shafco), berdiri juga brand Mezora untuk segmen menengah sedikit ke bawah yang kini sudah memiliki 60 toko. Untuk bisa bersaing dengan retail dari luar negeri di mal-mal, Shafco mendirikan Encyclo, yang saat ini diakui Feny masih berjuang untuk bisa eksis di pasaran.
"Untuk bisa mendapatkan gerai di mal tidak mudah meski kita memiliki uang. Encyclo hanya mendapat gerai di mal-mal yang sepi pengunjung sehingga akhirnya produk kami tarik dan dijual di toko-toko Shafco," kata Feny.
Lalu, bagaimana dengan kompetitor? Feny mengakui bahwa saat ini pasar memang sangat kompetitif. “Dulu boleh dibilang Shafira sendirian, tapi dulu kami juga berjuang membangun pasar apalagi dulu wanita berhijab belum sebanyak sekarang. Namun, supaya kita tetap tumbuh kita harus memiliki produk berkualitas dan memiliki daya saing sehingga produk kita tetap diminati,” ujar wanita penyuka traveling dan kegiatan sosial ini.
Caranya? “Saat ini kami memiliki tim desainer sendiri di setiap brand. Kami juga menerapkan SOP produksi yang ketat untuk menjaga kualitas,” katanya. Dengan demikian, maka kualitas produk pun bisa terus terjaga. (f)
Baca Juga:
Wise Women Bandung, Laporan Keuangan Yang Baik untuk Perkembangan Bisnis & Tip Sukses Berbisnis Fashion dari Pendiri Baju Muslim Shafira
WISE Women Jakarta: Pebisnis Fashion Belajar Tentang Keuangan Bersama Bank Commonwealth
Topic
#kisahsukses, #wanwir, #bajumuslim, #tipbisnis, #wisewomen, #wisefemina