
Dok. Kedutaan Irlandia
Status level PPKM di kota-kota besar di Indonesia, termasuk Jakarta yang berada di level 1 membuka kembali kebebasan bagi masyarakat untuk beraktivitas di tempat-tempat umum. Berbagai kegiatan pun kembali diselenggarakan, termasuk kegiatan kesenian. Salah satunya pameran seni enam seniman asal Irlandia di World Trade Center 2 Jakarta yang berlangsung dari tanggal 17 Maret hingga 17 Juni 2022.
Pameran seni bertajuk Mata Irlandia atau “Ireland’s Eye” ini adalah sebuah pameran seni anyar yang mengeksplorasi ide tentang seni visual yang dikurasi oleh Mark Joyce (@mark_joyce_) dari Institute of Art, Design and Technology dan Dr. Sarah Durcan (@durcansarah) dari National College of Art and Design, Dublin.
Kedutaan Irlandia di Indonesia dan Jakarta Land, bekerja sama dengan ISA Art and Design menghadirkan enam seniman pendatang baru lulusan program pascasarjana Seni Rupa di Institute of Art, Design, and Technology (www.iadt.ie; @myiadt.ie) dan National College of Art and Design (www.ncad.ie; @ncad_dublin) di Dublin, Ireland.
Sebagai informasi, Institute of Art Design and Technology saat ini memiliki 2.500 mahasiswa dan rumah bagi National Film Schools yang termaktub di Top Film Schools 2020 versi majalah Variety. Ini pertama kalinya sebuah kampus di Irlandia masuk ke daftar prestisius tersebut. Sedangkan, National College of Art and Design, yang buka pertama kali sebagai Drawing School pada tahun 1746 ini merupakan institusi seni dan desain tertua di Irlandia. National College of Art and Design merupakan anggota penting dari European League of Art Institutes, bagian dari University College Dublin, dan terletak di bangunan bekas pabrik penyulingan di jantung kota Dublin yang telah melalui tahap renovasi total.
Menggunakan pendekatan yang beragam, enam artis bertalenta tersebut berusaha menjadi critical eye terhadap dunia saat ini yang makin terhubung namun juga terpolarisasi. Mereka bergulat dengan pertanyaan-pertanyaan tentang individualitas, globalisasi, sejarah dan identitas serta bagaimana seniman menciptakan karya-karya tentang mereka dan tempat yang selama ini mereka sebut ‘rumah’ di abad ke-21. Dalam pameran ini, keenamnya mengeksplorasi cara manusia merepresentasikan dirinya di dalam sebuah tempat seperti Irlandia.
Mari berkenalan dengan keenam seniman generasi baru Irlandia di pameran Mata Irlandia atau “Ireland’s Eye” :
1/ Anishta Chooramun (@anishtachooramun) terlahir di Mauritius, Anistha mengeksplorasi tentang perpindahan dan perubahan aspek identitas yang terus bergulir. Selama ini dia mengerjakan interpretasi patung dari sebuah tarian yang dilakukan oleh pelancong nomaden. Anishta fokus pada elemen ritual dan dongeng yang ada dalam tradisi tari klasik Kathak (tari Indian) dan menemukan cara untuk menerjemahkan gerak tubuh ke dalam objek.
2/ Jamie Cross (@crossjamie) mengeksplorasi peralatan-peralatan rumah tangga yang kerap ditemui serta ruang yang ditempatinya. Dalam karyanya, dia mencoba menjawab pertanyaan: “Kapan sebuah ruang bermula?” Dia senang mengeksplorasi ruang-ruang tak berpenghuni serta menciptakan konsep ruang melalui pengalaman seseorang.
3/ Louis Haugh (@louishaugh) membuat karya yang beragam mulai dari fotografi, video, dan instalasi seni untuk galeri maupun publik. Lingkup kerjanya mencakup ekologi, sejarah, sosiologi, identitas manusia, dan ruang. Proyek riset jangka panjangnya menyorot sejarah hutan komersial di Irlandia dan hubungannya dengan sejarah kolonial yang berujung pada penggundulan hutan besar-besaran hingga 1850 dan reboisasi pasca-kemerdekaan di Irlandia selama satu abad terakhir.
4/ Vanessa Jones (@vanessaleejones81) adalah seorang pelukis beraliran figuratif yang mengeksplor tema-tema seputar feminim menggunakan objek self-portraiture. Vanessa menggunakan cat minyak dan kerap memasukkan unsur gaya lukisan khas Barat beserta simbol-simbol medieval dan primordial, dan terlibat dengan mitos, keindahan, replikasi dan dualitas yang terkait dengan pola-pola feminim. Kepribadiannya menghuni lanskap yang akrab namun namun tidak populer yang kaya akan simbol-simbol kebudayaan. Sebagai self- portrait atau gambar diri, lukisan-lukisan Vanessa menggabungkan elemen budaya Barat dan Timur yang merefleksikan darah Amerika dan Korea yang mengalir di tubuhnya.
5/ Bara Palcik (@palcik4) bermain dengan identitas, kehilangan jati diri, serta ruang di antaranya. Ide tersebut tidak hanya mencakup ruang fisik namun juga identitas seksual, orientasi seksual, serta ruang di antaranya yang kerap disebut non-binary. Inspirasi Bara dipetik dari memori serta pengalaman hidupnya tumbuh di Republik Ceko.
6/ Ciara Roche (@ciara.roche) bereksplorasi dengan pengalaman sehari-hari di ruang publik. Dia mengobservasi cara manusia melewati ruang-ruang publik seperti pusat pengisian bahan bakar dan toko ritel mewah di mana keduanya mendorong manusia untuk menghabiskan waktu dan uang. Melalui penelitian yang terperinci dan representasi lukisannya, dia mengeksplorasi bagaimana tempat-tempat ini dibangun guna memfasilitasi kebutuhan dan bagaimana kepemilikan objek material digunakan untuk mengukur kadar kesuksesan seseorang. Hal tersebut menunjukkan pada kita bagaimana kita terobsesi mencari hal-hal baru yang membahagiakan, namun sejatinya tak pernah benar-benar bikin bahagia.
Don't miss it! (f)
Baca juga:
TEGAK SETELAH OMBAK, Monolog Happy Salma dalam Teater Musikal Inggit Garnasih
Ada Wellness Destination Baru di Sarinah, Jakarta
Yuk, Dukung Jamu Sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia
Bennita Luisa
Topic
#Pameran, #Irlandia, #Seni