Travel
Pertemuan Sejarah dan Budaya Pop Di Irlandia

3 Jan 2014


Mengunjungi Irlandia adalah mimpi saya, Yani Lauwoie,  sejak duduk di bangku SMA. Saya penasaran dengan kampung halaman boyband idola saya, Boyzone. Irlandia memang terkenal sebagai negara pencetak musikus kaliber internasional. Namun, ketika saya akhirnya bisa menjejakkan kaki ke sana pada September 2013 lalu, saya melihat Irlandia lebih dari itu. Sejarah dan landscape yang dimilikinya membuat saya jatuh cinta.



Puri Bersejarah
Salah satu jejak peninggalan Inggris di negara ini adalah Dublin Castle yang terletak di Dame Street. Dibangun pada masa pemerintahan King John of England pada tahun 1204 dengan tujuan untuk mempertahankan Dublin dari serangan bangsa Viking. Kini, Dublin Castle menjadi kompleks pemerintahan Republik Irlandia. Penasaran, saya mengambil tur keliling Dublin Castle dengan biaya 4,50 euro (Rp52.000).
    Tur dimulai dari bangunan bernama State Apartments. Di sini ada beberapa ruangan, di antaranya  Drawing Room, Throne Room, King’s Bedroom, dan St. Patrick’s Hall. Ruangan-ruangan itu kini beralih fungsi. Misalnya, King’s Bedroom  bukan lagi menjadi kamar tidur raja, melainkan dijadikan ruangan pertemuan para tokoh pemerintahan. Sedangkan St. Patrick’s Hall yang dulunya berfungsi sebagai ballroom, kini berganti menjadi ruangan pelantikan presiden terpilih. Karena itu,   jika ada acara pemerintahan, State Apartments ditutup untuk turis.
Tampilan luar State Apartments jauh dari kesan bangunan abad pertengahan. Menurut pemandu, sempat terjadi kebakaran besar pada tahun 1673 dan hampir semua bangunan dalam kompleks castle ini harus direnovasi.
“Satu-satunya bangunan orisinal yang selamat dari kebakaran adalah Record Tower,“ jelas pemandu, saat membawa saya ke luar State Apartments, untuk melanjutkan tur ke Undercroft, ruang bawah tanah, yang merupakan bagian terakhir dari tur tersebut. Selesai tur, saya sempatkan untuk duduk santai di tamannya dan memandangi Record Tower yang bersebelahan dengan Chapel Royal.


Jejak Viking

Viking memiliki bagian penting sejarah Irlandia. Itu saya ketahui ketika saya mengunjungi Dublinia, yang beralamat di St. Michael’s Hill. Dengan harga tiket masuk 7,50 euro (Rp115.000) saya mulai menjelajah museum 3 lantai ini. Saya disambut patung Viking dan di sampingnya ada keterangan bahwa Viking pertama kali mendarat di Dublin pada tahun 820 dan 830-an. Mereka kemudian membangun kekuasaan pada tahun 841. Raja pertama mereka saat itu adalah Olaf the White dari Norwegia. Selanjutnya ada banyak hal yang diungkapkan tentang bangsa Viking, seperti mereka berasal dari daerah Scandinavia, mereka percaya pada banyak dewa dan banyak lagi lainnya.
    Saya juga mendapat gambaran tentang bagaimana Dublin di abad pertengahan. Foto-foto bangunan dari abad pertengahan termasuk di antaranya Dublin Castle dan St. Patrick’s Cathedral. Lalu ada juga diorama penduduk Dublin abad pertengahan. Diorama ini mengingatkan saya pada penduduk desa yang saya lihat di film-film Robin Hood. Sedangkan di lantai 3, banyak info tentang kerja keras para arkeolog untuk bisa mengumpulkan berbagai kepingan sejarah.
    Perjalanan di museum ini diakhiri dengan jembatan berbentuk lorong yang mengarah ke Christ Church Cathedral. Ending yang sangat pas karena gereja ini adalah salah satu dari banyak bukti peninggalan Viking. Gereja ini mulai dibangun pada tahun 1030 pada masa pemerintahan Sitruic Silkbeard, seorang Viking yang saat itu menjabat sebagai raja Dublin. Selain bangunan, Viking juga meninggalkan konsep kota di Irlandia. Sebelum kedatangan Viking, Irlandia tidak mengenal pembagian wilayah ke dalam kota-kota melainkan dalam bentuk permukiman saja. Bahkan, beberapa nama kota di Irlandia, seperti Wexford dan Waterford, berasal dari bangsa Viking.  
Puri Bersejarah
Salah satu jejak peninggalan Inggris di negara ini adalah Dublin Castle yang terletak di Dame Street. Dibangun pada masa pemerintahan King John of England pada tahun 1204 dengan tujuan untuk mempertahankan Dublin dari serangan bangsa Viking. Kini, Dublin Castle menjadi kompleks pemerintahan Republik Irlandia. Penasaran, saya mengambil tur keliling Dublin Castle dengan biaya 4,50 euro (Rp52.000).
    Tur dimulai dari bangunan bernama State Apartments. Di sini ada beberapa ruangan, di antaranya  Drawing Room, Throne Room, King’s Bedroom, dan St. Patrick’s Hall. Ruangan-ruangan itu kini beralih fungsi. Misalnya, King’s Bedroom  bukan lagi menjadi kamar tidur raja, melainkan dijadikan ruangan pertemuan para tokoh pemerintahan. Sedangkan St. Patrick’s Hall yang dulunya berfungsi sebagai ballroom, kini berganti menjadi ruangan pelantikan presiden terpilih. Karena itu,   jika ada acara pemerintahan, State Apartments ditutup untuk turis.
Tampilan luar State Apartments jauh dari kesan bangunan abad pertengahan. Menurut pemandu, sempat terjadi kebakaran besar pada tahun 1673 dan hampir semua bangunan dalam kompleks castle ini harus direnovasi.
“Satu-satunya bangunan orisinal yang selamat dari kebakaran adalah Record Tower,“ jelas pemandu, saat membawa saya ke luar State Apartments, untuk melanjutkan tur ke Undercroft, ruang bawah tanah, yang merupakan bagian terakhir dari tur tersebut. Selesai tur, saya sempatkan untuk duduk santai di tamannya dan memandangi Record Tower yang bersebelahan dengan Chapel Royal.



St. Patrick’s Park
Salah satu yang membuat saya jatuh hati pada Dublin adalah banyaknya taman hijau. Salah satunya St. Patrick’s Park. Bukan sekadar taman, St Patrcik’s Park menyimpan sejarah. Di sinilah St. Patrick, misionaris dan uskup yang hidup pada abad ke-5, dibaptis. Dialah yang memperkenalkan ajaran Nasrani di Irlandia. Sebelumnya, orang-orang Irlandia menyembah berhala dengan banyak dewa.
Orang-orang Irlandia sangat menghormati St. Patrick. Bahkan hari meninggalnya St. Patrick, 17 Maret, menjadi perayaan besar-besaran  tiap tahunnya, yaitu St. Patrick’s Day. Bukan hanya itu, nama St. Patrick juga diabadikan sebagai nama katedral terbesar di Irlandia, St. Patrick’s Cathedral, yang ada sejak tahun 1191.
    Untungnya hari itu cuaca di Dublin sangat cerah. Meskipun anginnya dingin, matahari bersinar terang. Saya lihat ada beberapa orang di bangku taman, sementara yang lain tiduran di atas rumput. Mereka membaca buku atau sekadar menikmati siraman matahari.


Tanah Para Musikus
Irlandia telah mencetak banyak musikus sukses. Sebut saja U2, The Cranberries, The Script, The Corrs, Van Morrison, Enya, Sinéad O'Connor, Damien Rice, Westlife dan Boyzone. Saya menyempatkan diri untuk datang ke tempat yang dulunya jadi studio rekaman U2, yaitu Windmill Lane Studios, atau lebih dikenal dengan nama U2 Studio. Studio rekaman ini pertama kali dibuka pada tahun 1978 dan awalnya digunakan untuk merekam musik tradisional Irlandia. Sejak U2 mulai rekaman album pertama mereka, Boy (1980), di studio ini, banyak musikus rock dan pop lain, seperti  Van Morrison dan Sinéad O'Connor ikut rekaman di sini. 
Saat saya datang ke sana, studio rekaman itu sudah menjadi gedung kosong karena Windmill Lane Recording Studios sudah pindah lokasi ke Ringsend Road, Dublin 4, sejak tahun 1989. Namun, gedung studio asli yang terletak di Windmill Lane, Dublin 2, ini masih ramai dikunjungi turis. Gedung ini sekarang dipenuhi oleh coretan graffiti dari para fans U2.
    Irlandia sepertinya memang ditakdirkan ‘lekat’ dengan musik. Simbol negara ini sejak merdeka dari Inggris saja berupa harpa. Di tengah kota, terdapat  Samuel Beckett Bridge, yang berbentuk harpa. Nama jembatan ini diambil dari nama penulis Irlandia, Samuel Beckett.
Sebuah mitos  menyebutkan bahwa harpa paling terkenal di Irlandia bernama Uaithne adalah milik Dagda, dewa pelindung dalam mitologi Irlandia. Saat memainkan harpa ini Dagda bisa membuat yang mendengarkan menjadi sedih, gembira, atau relaks, tergantung dari permainannya.



Lokasi Syuting Harry Potter
Cliffs of Moher adalah salah satu tempat wisata paling banyak dikunjungi di Irlandia. Tiap tahunnya bisa mencapai sampai 1 juta pengunjung. Daya tariknya terletak pada deretan tebing yang berada di pinggir Lautan Atlantik. Memandanginya mengingatkan saya pada Uluwatu yang ada di Bali. Hanya, tebing-tebing yang ada di sini terlihat lebih rapi. Tebing-tebing itu seolah karya pemahat andal. Tebing tertinggi mencapai 214 meter.
Tebing-tebing ini mulai terbentuk sekitar 320 juta tahun lalu. Saat itu, area ini terletak di mulut sebuah sungai yang sangat besar. Arus sungai membawa lumpur dan pasir yang akhirnya membentuk tebing-tebing tersebut. Saya menikmati pemandangan yang ada di depan mata. Tebing-tebing itu terlihat kokoh, meski dihantam ombak berkali-kali. Banyak film mengambil lokasi syuting di sini, termasuk Harry Potter and the Half-Blood Prince.
Saya mendaki anak tangga untuk menuju tower bernama O’Brien’s Tower. Makin ke atas angin  makin kencang. Hanya beberapa langkah sebelum sampai di tower,  angin luar biasa kencang datang seperti menyapu saya ke arah berlawanan. Tubuh saya setengah terbang. Takut tersapu angin dan jatuh ke laut, saya memutuskan untuk jongkok. Setelah angin mereda, saya pun turun. Di sisi lain, saya melihat ada monumen batu bertuliskan ‘In memory of those who have lost their lives at the Cliffs of Moher’. Rupanya, tebing ini sering ‘memakan’ korban. Saya gemetar sendiri membayangkan bagaimana kalu tadi  saya tertiup angin dan jatuh ke laut.



Cantiknya Doolin Village
Saya sempat mampir ke Doolin Village, di County Clare. Ini bukan desa biasa. Rumah–rumah cantik yang dikelilingi taman hijau di sini bukan rumah penduduk, melainkan penginapan. Posisinya yang di pesisir  Lautan Atlantik membuat ombak di daerah sini cocok untuk berselancar. Banyak surfer datang ke tempat ini karena pantai di Doolin terkenal memiliki ombak terbesar di Irlandia. Selain itu, tempat ini terkenal sebagai pusatnya musik tradisional Irlandia. Kabarnya, musik khas Irlandia ini sering dimainkan di pub-pub di Doolin. Pub-pubnya juga menarik untuk diulik karena umurnya sudah mencapai ratusan tahun. Di antaranya, Gus O’Connor’s Pub, yang sudah berdiri sejak tahun 1832 dan McDermott’s Pub sejak tahun 1867.


Tip:
  • Siapkan jaket tahan angin dan jas hujan disposable. Selain anginnya cukup dingin, Irlandia langganan hujan.
  • Jangan lupa oleskan lipbalm dan body butter.
  • Keliling tempat wisata di Dublin bisa dilakukan dengan jalan kaki. Peta gratis bisa didapat di Tourism Information Centre. Atau ikut Free Walking Tour. Gratis, kita hanya perlu memberi tip serelanya.
  • Bila tidak ingin jalan kaki, bisa naik hop on hop off tour bus yang akan berhenti di tempat-tempat wisata. Cukup bayar 1 kali, bisa naik turun bus sepuasnya.
  • Tiket one day tour ke tempat-tempat wisata di luar Dublin bisa dibeli di Tourism Information Centre atau di hotel tempat menginap.
  • Beli oleh-oleh bisa dilakukan di Carroll’s Irish Gifts yang banyak tersebar di pusat Kota Dublin. Toko ini menjual aneka suvenir, seperti T-shirt, frame, mug, gantungan kunci, magnet, dan banyak lainnya.(f)




Topic

#TravelingIrlandia