
Foto: Fotosearch
Pada dasarnya, reksa dana adalah bentuk investasi secara kolektif. Berhubung persyaratan investasi awal di instrumen investasi sering berjumlah besar dan pemilihan instrumen pun rumit, manajer investasi diberi kesempatan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mengumpulkan dana dari masyarakat.
“Nantinya, dana yang terkumpul akan dikelola secara profesional oleh manajer investasi. Nah, manajer investasi akan menginvestasikannya ke berbagai macam instrumen, deh, seperti saham, deposito, surat utang (obligasi), dan lainnya,” jelas perencana keuangan Pandji Harsanto.
Untuk tujuan keuangan di bawah dua tahun (misalnya ngumpulin dana buat beli smartphone), menabung secara konvensional sudah cukup. Tapi untuk tujuan keuangan di atas dua tahun (seperti menyiapkan dana pensiun), menabung secara konvesional nggak akan mampu mengikuti inflasi.
“Untuk inflasi inti saja sudah 5-6 persen per tahun, sementara riilnya menurut perhitungan saya adalah 12 persen. Jika pakai tabungan, bunganya paling tinggi 5,5-6 persen, itu pun belum dipotong pajak. Setelah dipotong pajak, bunga tabungan yang diterima paling cuma 4,8 persen. Bila inflasinya 12 persen, tentu nggak terkejar, dong?
“Sementara reksa dana, return-nya bisa 8 persen per tahun, bahkan ada yang di atas 25 persen, tergantung jenisnya,” kata Pandji.
Jadi jika ingin memperoleh return yang melebihi inflasi, reksa dana merupakan pilihan tepat untuk berinvestasi! (f)
Baca juga:
4 Jenis Reksa Dana yang Bisa Anda Pilih untuk Berinvestasi
Mengenal Risiko Berinvestasi Reksa Dana
Begini Cara Memilih Jenis Reksa Dana
Amelia Yustiana
Topic
#reksadana