
Foto: Unsplash
Pandemi COVID-19 tak pelak lagi jadi hantaman bagi aktivitas bisnis di Tanah Air, salah satu yang merasakan imbasnya adalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Bank Indonesia sendiri menyebut jika mayoritas dari UMKM ini terdampak di sisi penjualannya.
Berbagai cara pun dilakukan UMKM untuk tetap survive dalam kondisi yang masih serba tak menentu ini, misalnya dengan menggeser strategi penjualan secara daring atau melakukan pengembangan lain seperti menambah variasi produk. Namun pengembangan itu pun tentunya juga memerlukan dukungan modal.
Menurut Subki Rifai, Chief Financial Officer (CFO) muda Rumah BUMN DIY, yang merupakan salah satu tempat untuk memfasilitasi UMKM, modal menjadi hal yang esensial ketika UMKM ingin meningkatkan usahanya.
"Modal memang diperlukan saat UMKM ingin scale up seperti misalnya menambah kapasitas produksi, membuat produk baru, memperluas pasar atau melakukan branding produk," kata pria yang akrab di sapa Uki ini.
Mengingat perannya yang esensial itu lah maka sebelum meminjam modal, UMKM perlu mencermati beberapa hal. Berikut beberapa diantaranya seperti yang disampaikan Uki saat berbincang dengan Femina.
1. Tentukan kebutuhan Anda
Sebelum mengajukan pinjaman ada baiknya Anda sudah memiliki rencana bisnis terlebih dahulu. Rencana tersebut untuk menentukan seberapa banyak kebutuhan modal yang Anda perlukan. Seperti misalnya apakah modal akan digunakan untuk menyewa tempat, membuat produk, atau promosi.
2. Gunakan untuk hal yang prioritas
Tips kedua adalah gunakan pinjaman untuk komponen usaha yang paling penting. Jika memang menambah kapasitas produksi menjadi yang utama maka manfaatkan modal untuk hal tersebut. Jangan sampai Anda menggunakannya untuk hal lain yang tak prioritas dan justru akan menganggu jalannya bisnis Anda. Ingat juga, prioritas masing-masing usaha berbeda sehingga jangan latah ketika melihat bisnis lain yang memiliki priortitas berbeda dengan Anda.
3. Perhitungan bunga
Saat Anda mengajukan pinjaman, jangan lupakan untuk menghitung bunganya. Uki pun menyarankan supaya menghindari besar bunga bank yang melebihi margin penjualan. Selain itu perhatikan pula apakah penambahan modal bisa menutupi pembayaran kewajiban di bank.
4. Jangan gunakan untuk konsumtif
Kalau modal sudah ditangan, beberapa orang mungkin akan tergiur memakainya untuk keperluan lain yang tak berhubungan dengan usaha. Contohnya, modal justru digunakan untuk membeli sepeda motor. Hal tersebut tak akan jadi masalah saat motor memang diperlukan untuk operasional usaha. Namun lain cerita jika barang tersebut dibeli sebagai barang konsumtif. Nah, kalau sudah begini saatnya tegas dengan diri Anda sendiri.
5. Bedakan investasi dan hutang
Saat meminjam modal biasaya kita akan datang ke bank. Namun ada pula yang meminjam secara personal ke kerabat atau teman. Di tahap tersebut ada baiknya perjelas status, apakah pinjaman diberikan karena kerabat berinvestasi ke usaha Anda atau pinjaman yang berbentuk hutang. Bedanya seperti ini, jika dalam bentuk investasi maka sebagai pelaku UMKM dan pemberi modal punya level yang sama atau naik turunnya usaha. Baik itu rugi maupun untung, kedua belah pihak punya potensi risiko yang sama. Namun jika pinjaman berbentuk hutang, maka Anda punya kewajiban untuk membayarkan bunga ke pemberi modal sesuai dengan kesepakatan bersama. (f)
Baca Juga:
Fitur Paylater, Memudahkan atau Jadi Buah Simalakama?
Tren Kopi Terus Tumbuh, Perhatikan 4 Hal Ini Saat Memulai Bisnis Kedai Kopi Kekinian
Ligwina Hananto (Lead Financial Trainer) : Merayakan Ke Mana Uangku Pergi, Setelah 1 Tahun Di Rumah Aja
Topic
#umkm, #modalusaha, #pandemi