Health & Diet
Mimpi Buruk Pengejar ‘Cantik’

23 Jul 2019


Dok: Shutterstock


“Beauty is in the eye of the beholder.” Begitu kata ungkapan. Akan tetapi, tiap orang memiliki persepsi yang berbeda tentang kecantikan. Ada yang dalam upayanya untuk cantik, terjebak pada ‘tangan’ ataupun produk yang salah, sehingga bukannya cantik yang didapat, malah berbuah petaka. Simak cerita Juliana Yu, MD.H NH dan dokter bedah plastik dr. Tompi tentang apa saja beauty disaster yang pernah mereka temui di ruang praktik.  
 

Juliana Yu, MD.H NH, DermatologistCosmetologist, Pemilik House of Herbal Skinovation

Tragedi  Wajah Akibat Ingin Hasil Instan

Orang awam sering kali berpikir bagaimana cara termudah, tercepat, dan termurah dalam mendapatkan perawatan wajah. Hal seperti itu memicu banyak kejadian. ‘Kecelakaan’ pertama yang paling sering saya temui adalah pada alis, setelah tindakan tato atau sulam alis. 

Sekarang, ada banyak tempat yang menawarkan tato dan sulam alis. Tidak semua aman dan tidak semua hasilnya sebagus yang diinginkan.  Ada banyak kasus, tato alis yang dilakukan ternyata hasilnya tinggi sebelah, terlalu tebal, atau gambar yang tidak sesuai dengan wajah.  

Alis ibarat dapur kita. Alis berfungsi melindungi wajah kita, yang memberikan figur dan karakter. Alis itu penting. Orang mendapatkan kesan pertama karakter kita dari alis. Ketika seseorang datang ke tato alis, lantas dia hanya memilih dari foto yang tersedia, itu jelas berisiko.  

Untuk menghindari kesalahan akibat gambar permanen yang tidak sesuai kemauan kita, cobalah minta contoh digambar langsung di wajah. Kira-kira akan seperti apa hasilnya. Tato sifatnya permanen. Tidak akan hilang, tapi  bisa berubah warna, menjadi abu-abu atau biru. Kalau sulam alis bisa hilang dalam waktu 1-2 tahun. 

Sebelum melakukan tato, pastikan dulu apa yang diinginkan. Jangan sekadar termakan iklan atau tergiur karena harganya yang murah. Tujuan dari membuat alis adalah estetika, membuat diri kita jadi lebih bagus, bukan aneh.

Tidak sekadar dibuat tebal atau malah jadi seperti penari wayang. Bentuk alis harus sesuai dengan karakter yang ingin kita tunjukkan, dan disesuaikan dengan profesi. 

Jika gagal, satu-satunya cara adalah menghilangkannya dengan laser. Setelah itu dilakukan tindakan lagi, jika ingin disulam kembali untuk perbaikannya. Laser ada banyak macamnya. Laser untuk tato removal tidak ada efeknya dan bisa menghilangkan bekas. Untuk melakukan penghilangan, butuh waktu yang berbeda-beda. Ada yang 3-4 kali, ada pula yang harus 5-6 kali. Jeda antara perawatan sekitar 2 minggu, untuk memberi waktu regenerasi kulit. 


Dok: Pribadi

Ada juga disaster karena chemical peeling. Dalam hal ini karena penggunaan yang berlebihan. Pernah ada seorang pasien datang ke saya dalam keadaan wajah gosong. Pasien tersebut telah melakukan chemical peeling selama 8 tahun. Dan, selama 2 tahun belakangan ia mangalami kondisi wajah gosong. Sudah ‘berobat’ ke mana-mana untuk memulihkan, tapi tak berhasil, termasuk juga ke klinik di Amerika Serikat. 

Kalau sudah telanjur gosong seperti itu, penanganannya sudah susah. Dengan mikrodermabrasi juga tidak akan mempan. Malah bisa tambah parah. Intinya, jika wajah sudah kena chemical peeling, status wajah sudah berubah, jadi lebih sensitif terhadap sinar matahari, juga terhadap pemakaian produk perawatan biasa. Wajah hanya boleh menggunakan produk yang mengandung unsur air atau produk yang mengandung emolien tinggi. 

Emolien berfungsi membentuk lapisan berminyak pada bagian kulit terluar untuk menahan air agar tetap berada di kulit. Kita perlu barrier. Di dunia kecantikan, barrier kulit disebut juga lapisan kulit terluar. Barrier itu berfungsi sebagai bantalan kulit kita. Kalau tidak terjaga dan terlindungi dengan sempurna, kulit akan rusak.

Mengapa banyak orang tertarik untuk melakukan chemical peeling? Karena banyak orang memimpikan sesuatu yang instan.  Dalam waktu dua minggu kulit sudah tampak lebih muda. Cara termudah adalah dengan memaksa kulit kita untuk melakukan regenerasi lebih cepat dari normalnya kulit beregenerasi. 

Selain itu, banyak wanita mendambakan memiliki kulit wajah seperti kulit bayi. Padahal, hal itu jelas tidak mungkin, karena produksi sebum kita tidak sama dengan bayi. Pada kasus pasien yang kulit wajahnya gosong itu, ia menjalani perawatan di klinik saya selama 8 bulan. 

Disaster lain yang sering saya temukan adalah kulit wajah melepuh akibat salah penggunaan produk kecantikan. Bukan berarti pasien tersebut menggunakan produk murahan. Ada yang menggunakan produk mahal ataupun resep dari dokter. Tapi, karena produk tersebut tidak cocok dengan kulitnya, misalnya kulit wajah sensitif, yang tidak tahan jika diberi obat keras, hasilnya wajah jadi beruntusan, merah, dan melepuh. Pada kasus semacam ini, biasanya saya berikan perawatan untuk kulit hipersensitif. Prinsipnya, berikan barrier pada jaringan kulit. 

Ada juga kasus pasien tanam benang yang mengeluhkan wajahnya tidak simetris. Sebelah terangkat, yang sebelah lagi turun. Tanam benang adalah teknik memasukkan benang di bagian wajah yang terlihat turun. Wajah jadi tampak bulat seperti bulan sabit. Benang sepanjang 5-10 cm dimasukkan ke kulit wajah, dengan iming-iming nanti akan jadi kolagen. Faktanya, tidak ada benang yang bisa jadi kolagen.  

Bahayanya, tanam benang ini juga memberi efek adiksi. Sekali dilakukan, nanti begitu wajah tampak turun sedikit, dia ingin tambah benang lagi, tambah benang lagi. Cara ini bukannya tidak menimbulkan rasa sakit. Pertama kali dilakukan, pasti bengkak. Tapi, karena pasien percaya, beauty is pain, dia mau menjalaninya.

Saran saya, jika ingin wajah tirus, gunakan cara alami. Salah satunya dengan teknik reshaping therapy. Caranya sederhana, yakni dengan merangsang kolagen untuk keluar, sehingga akan membuat wajah kita naik lagi. Hasilnya, wajah akan terlihat lebih glowing.

Baca Juga: dr. Tompi, Dokter Bedah Plastik, Klinik Beyoutiful



Topic

#bedahplastik

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?