
Foto: Fotosearch
Peredaran vaksin palsu yang terungkap beberapa waktu lalu, memang mengkhawatirkan. Hal yang lebih mencemaskan lagi, sebetulnya jika berkaitan dengan obat, banyak hal yang perlu kita waspadai. Di luar sana, marak peredaran obat palsu, terutama yang dijual bebas.
Marius Widjajarta, ketua Yayasan Lembaga Kesehatan Konsumen Indonesia, mengamati, ada obat maag yang dijual sebagai obat aborsi. “Di pasaran, ada yang menjual botol obat kosong yang ada segelnya, dijual seharga Rp20 ribu. Ada pula, botol untuk obat penyakit jantung, botol kosongnya saja dijual Rp75 ribu. Kalau yang sudah terisi, harganya bisa mencapai Rp1,2 juta. Saya enggak tahu diisi apa,” cetus Marius, yang mengecam praktik semacam ini untuk sebaiknya segera dilakukan tindakan.
Selain itu, ada pula minyak telon palsu. “Minyak telon tapi ternyata isinya turpentine, bahan dasar cat. Kalau kena tubuh bayi, akibatnya bisa lecet semua,” cerita Marius, geram.
Ada pula pemalsuan obat emergency untuk jantung. Biasanya pemalsu menggunakan botol bekas yang diisi protein. “Dalam keadaan emergency, kalau diberi obat yang berisi protein, penderita jantung bisa meninggal,” tutur Marius.
Lebih lanjut, Marius juga menyoroti, ada pula modus obat palsu dengan cara mengubah tanggal kadaluwarsa pada obat legal yang sebetulnya telah kadaluwarsa.
Marius mengatakan, “Susah untuk mengetahui keaslian suatu obat. Jangankan masyarakat awam, para praktisi medis saja belum tentu bisa mengenali obat palsu. Sebagai dokter, saya baru bisa tahu obat palsu setelah bergelut 20 tahun lebih dengan kasus-kasus semacam ini,” jelas Marius, yang mengatakan, dirinya sudah menemukan keberadaan obat palsu sejak tahun 2000. (f)